Keesokan harinya setelah jam makan siang Qinthia membantu Louis mencari liotinnya, Qinthia tidak bisa menolak karena Louis terlihat sangat cemas.
"Kau mencari apa?" tanya Aaron pada Qinthia. Mendengar suara Aaron membuat jantungnya berdetak kencang.
"Li-liotin," jawab Qinthia singkat.
"Aku akan membantu mu. Aku sangat ahli dalam hal mencari sesuatu," ucap Aaron. Ia meletakan buku-buku yang di bawa di bangku taman, lalu ia ikut mencari bersama Qinthia.
"Dulu adik ku sering kehilangan barang-barang dari pria yang dia cintai, jika barang itu susah ditemukan maka dia akan menangis sangat keras bahkan tidak akan makan selama berhari-hari," lanjut Aaron lagi.
"Lalu apa yang akan anda lakukan, pak?" tanya Qinthia penasaran.
"Aku? aku akan sangat kesal sampai menghina pria itu di depannya."
"Bukan kah anda keterlaluan?"
"Aku tau. Tapi, aku tidak suka pria itu. Dia seperti penyihir yang menggunakan sihirnya untuk memikat adik ku, bagaimana tidak? dunia adik ku hanya berputar di sekitarnya."
"Saat seseorang jatuh cinta maka wajar bukan, jika dia menjadikan orang yang dia cintai itu dunianya. Tidak mau kehilangan barang pemberiannya, selalu berusaha menjadi seperti apa yang pria itu inginkan, dan rela melakukan apa saja untuk tetap berada di sampingnya."
"Tidak. Cinta itu adalah perasaan yang murni, tidak ada syarat apa pun dalam cinta. Saat seorang pria benar-benar jatuh cinta maka dia siap menerima kekurangan dan kelebihan wanitanya. Dia akan menjadikan rasa percaya sebagai pondasi dalam hubungan mereka, jika cinta yang kau sebutkan tadi itu adalah obsesi dan rasa takut, kau terobsesi padanya dan takut kehilangannya maka dari itu dunia mu hanya berpusat padanya. Cinta yang seperti itu akan membuat kau kehilangan kebebasan mu untuk merasakan cinta yang murni," jelas Aaron panjang lebar, mendengar itu Qinthia mulai berpikir jika apa yang ia rasakan pada Louis selama ini hanyalah obsesi semata.
"Rasa jatuh cinta yang murni itu sangat aneh. Kadang saat melihatnya jantung mu akan berdetak kencang, berada di sisinya membuat wajahmu terasa panas sampai menjadi sangat gugup, dan saat dia jauh dari mu maka wajahnya tidak akan pernah lepas dari pikiranmu. Itulah cinta," lanjut Aaron tersenyum menatap Qinthia.
Semua yang Aaron katakan adalah yang sudah beberapa hari terakhir Qinthia rasakan, kini ia menyadari jika dia telah kehilangan rasa cinta yang murni pada Louis. Ia sendiri tidak tau sejak kapan.
"Tapi adik ku mendadak berubah, aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba begitu. Apa cinta bisa berubah secepat itu?" tanya Aaron pada Qinthia.
"Mungkin saja," jawab Qinthia.
Tidak lama kemudian bel berbunyi Aaron bangkit mengambil buku-bukunya, dan pamit pada Qinthia karena dia ada kelas saat ini. Qinthia mengangguk sambil tersenyum. Mereka berdua tidak menyadari jika ada yang memperhatikan mereka sejak tadi dengan perasaan kesal.
*****
Beberapa hari kemudian.
Elena menutup matanya lalu berkata, "Memanggil, Slyph."
Sebuah lingkaran dengan cahaya hijau muncul, dan dari dalam sana Slyph keluar.
"Nona …." Teriak Slyph yang langsung memeluk Elena.
Kejadian kemarin membuat Slyph terluka parah. Tapi setelah kembali ke dunia spirit, luka di tubuhnya pulih seketika. Dia berpikir semalaman kenapa saat itu dia tidak langsung tiada, lalu terlintaslah di pikirannya jika Elena masih ada di hutan itu. Ia sangat cemas sampai tidak tidur dan terus menunggu Elena memanggilnya.
"Kau di serang oleh singa api? yang benar saja, lalu siapa yang membawa ku keluar hutan?" tanya Elena setelah mendengar apa yang Slyph ceritakan.
"Mungkin para kesatria suci itu. Ayo panggil mereka," desak Slyph.
"Mereka akan sangat mencolok jika aku panggil ke mari. Lagi pula aku bisa memanggilnya nanti, hari ini aku akan menambah teman kalian."
"Apa anda yakin? lalu siapa yang akan anda panggil? apa itu Undine?"
"Bukan. Aku akan memanggil Salamander. Aku baru saja mendapatkan mantra pemanggilnya." Elena menunjukan secarik kertas pada Slyph.
"Ti-tidak bisa. Salamander itu adalah mahluk spirit dengan sifat yang buruk, jangan sampai anda memanggilnya," balas Slyph.
"Oh, benarkah? coba jelaskan bagaimana bisa mereka sangat buruk?" tanya Elena pada Slyph.
Slyph menjelaskan pada Elena dengan sangat baik, sementara itu Elena sibuk menggambar lingkaran mantra pemanggil.
"Apa Irene sudah selesai latihan? aku akan menjelaskan padanya nanti, mungkin saja dia bisa mencoba memanggil satu spirit tingkat rendah. Aku rasa Undine cocok untuknya," gumam Adrian berjalan menuju kelasnya.
Seketika cahaya merah muncul. Namun hanya sekejab, melihat itu Adrian langsung berlari. Ia takut jika naga itu kembali menyerang Elena, karena sampai saat ini penyelidikan tentang naga itu belum membuahkan hasilnya yang bagus.
"Memanggil Gnome." Adrian memanggil spirit untuk berjaga-jaga jika nanti ia memang harus menyerang.
"Ire …." Ucapan Adrian terhenti saat melihat apa yang ada di depan matanya.
"Menjauhlah dari master ku dasar kau kadal menjijikan." Slyph mendorong salah satu kepala Salamnder menggunakan kakinya.
Jangankan terdorong Salamander bahkan tidak bergerak seinci saja karena dorongan Slyph, ia tetap menempel pada Elena layaknya anjing peliharaan yang patuh.
"Hentikan!" tukas Elena. Ia berdiri lalu mengambil ranting.
"Sala." Panggil Elena membuat tatapan Salamander teralihkan padanya.
"Tangkap ini, cepat!" Elena melempar ranting itu sejauh mungkin.
Salamnder dengan cepat langsung menangkap ranting itu bahkan sebelum ratingnya menyentuh tanah, melihat itu Elena merasa sangat senang karena setelah sekian lama akhirnya dia bisa punya peliharaan sungguhan.
"Cih! dasar kadal penjilat. Dia menggoda nona dengan cara bertingkah seperti anjing," batin Slyph.
"Irene," panggil Adrian yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Akh! Pa-Pak Adrian." Elena terkejut melihat pria tampan berkacamata itu.
Elena mengutuk dirinya sendiri karena telah lengah dengan keadaan sekitar dan malah asik bermain, Elena tidak tau bagaimana ia bisa menjelaskan semua itu.
"Kembalilah," gumam Elena membuat Slyph dan Salamander perlahan menghilang.
"Pak yang tadi itu … mereka …." Elena tidak bisa berkata dengan benar karena takut.
"Entah aku harus mulai dari mana setelah semua yang aku lihat. Elena kau itu …." Adrian tidak melanjutkan ucapannya, ia malah memeluk Elena.
"Kau sangat hebat. Sungguh! awalnya aku tidak tau harus bagaimana karena ini pertama kalinya aku melihat Salamander tingkat tinggi secara langsung, padahal tingkatan mu masih jauh di bawah ku. Tapi kau telah menunjukan pada ku jika kau itu genius, butuh waktu 6 bulan untuk memanggil satu spirit tingkat rendah. Dan kau bisa memanggil spirit tingkat tinggi 2 sekaligus dalam waktu 2 bulan saja. Luar biasa aku bangga menjadi guru mu," lanjut Adrian di luar perkiraan Elena.
Setelah itu Adrian membawa Elena ke ruang kelas dan menjelaskan beberapa hal padanya, tentu saja Elena mencatat semua itu lalu menggabungkan materi Adrian dengan materi yang dia dapat pada kehidupan sebelumnya hingga ia bisa berkembang dengan baik.
"Aku pasti akan membawa keluarga ku maju lebih dari ini," batin Elena tersenyum.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Frando Kanan
lah? mlh nempel? beda cerita Dr slyph bah
2023-03-06
1
Frando Kanan
ternyata hanya terluka parah
2023-03-06
1
Frando Kanan
hmph 🙄...dsr jlng bodoh....
2023-03-06
1