"Aduh!" Elena meringis kesakitan saat ia membuka mata.
"Apa ini?" Elena terkejut mendapati dirinya ternyata terbaring di luar hutan.
"Sial! aku tadinya ada di dalam ke hutan lalu kenapa malah tertidur di sini? di tambah lagi aku bermimpi aneh. Mungkin saja saat aku pingsan Slyph membawa ku ke mari. Aku harus berterima kasih padanya nanti," gumam Elena.
Ia dengan cepat beranjak dari sana menuju asrama, lagi-lagi apa yang terjadi di anggap hanyalah mimpi bagi Elena karena dewa angin. Dewa angin ingin menjadikan Elena avatarnya, jadi ia tidak ingin Elena ingat apa pun tentang kekuatan gelap.
******
Tok tok tok
"Sonia, apa kau di dalam?" tanya Sarah setelah mengetuk pintu kamarnya, tidak lama kemudian Sonia membuka pintu.
"Ada apa lagi, kak? bisa tidak kau itu jangan mengetuk pintu kamar ku terus menerus," balas Sonia dengan suara meninggi.
"Berhentilah marah-marah karena itu semua sia-sia. Kau tidak akan mendapatkan apa pun dengan marah pada ku atau ayah," ucap Sarah, ia berusaha untuk meredakan amarah sang adik.
Sonia berdecak kesal seraya berkata, "Lebih baik kau pulang saja ke rumah suami mu, keberadaan mu di sini tidak dibutuhkan oleh siapa pun."
"Ini rumah ayah bukan rumah mu, aku akan tetap di sini sampai kakak ipar mu menjemput ku."
"Dia suami mu. Tapi bukan kakak ipar ku, jangan pernah sebut dia kakak ipar ku lagi karena petani itu tidak pantas."
"Sadarlah Sonia, kau sudah kelewatan. Sebelumnya kau tidak begini lalu kenapa kau berubah? mendapatkan gelar bangsawan bukan berarti kau harus hidup mewah seperti bangsawan, itu hanya sebuah gelar saja."
"Memangnya kau tau apa? gelar itu sangat penting bagi ku. Aku harus mendapatkan gelar yang lebih tinggi lagi agar pantas berdiri di samping Ernest, maka dari itu aku ingin masuk akademik yang sama dengannya. Aku tidak mau kembali ke kehiupan kita yang dulu, aku tidak mau menikah dengan seorang petani lalu memasak untuknya setiap hari."
"Terlalu memaksakan keadaan itu tidak baik, Sonia. Apalagi pria itu adalah milik sahabat mu sendiri, kau bisa mendapatkan gaun indah serta perhiasan itu berkat dia lalu kau akan mengkhianatinya. Itu tidaklah benar."
"Aku tidak peduli akan itu. Aku hanya ingin mencapai posisi tertinggi lalu hidup bahagia, hidup sebagai rakyat jelata hanya akan membuat kita mendapatkan hinaan."
"Kaau akan menyesali perbuatanmu ini, berhentilah sebelum semuanya memburuk. Tidak ada yang benar dari cara mu," nasehat Sarah. Namun Sonia tidak mau mendengarkannya lagi, ia langsung menutup pintu kamar dengan keras tanpa peduli pada Sarah.
"Dia keras kepala bukan?" tanya Daran yang mendekati Sarah, ia sudah mendengar semua perdebatan kedua putrinya.
Sarah meletakan nampan yang ia bawa lalu memeluk Daran, dalam pelukan sang ayah Sarah menangis karena ia merasa dirinya adalah kakak yang gagal.
"Sudahlah. Kita jual saja semua barang dari ibu mu lalu kirim dia ke akademik, dengan begitu dia akan selalu tersenyum," ucap Daran sambil menepuk pelan punggung Sarah.
"Ayah sangat murah hati dalam memberikan kasih sayang, lalu kenapa Sonia tidak mau mengerti akan hal itu?" batin Sarah.
*****
Elena berjalan hampir sampai di asrama lalu tanpa sengaja ia menginjak sesuatu yang keras, dia pikir itu hanyalah batu. Tapi, ternyata itu adalah liotin giok.
"Warna hijau yang indah," batin Elena karena terpesona dengan warna liotin itu.
"Kenapa ini terasa tidak asing?" pikirnya.
Elena mencoba mengingat di mana dia pernah melihat giok itu. Namun karena sekarang Elena merasa lelah, ia memutuskan untuk menyimpan liotin itu. Ia akan mencari pemiliknya besok berhubung hari juga sudah gelap.
Setelah Elena beranjak dari sana tidak lama kemudian Louis muncul di tempat yang sama, ia sangat gelisah karena tidak sengaja menjatuhkan barang berharganya.
"Di mana itu? tadi aku hanya ke sini sebelum ke kantin, jika di kantin tidak ada maka di mana itu," batin Louis. Ia membongkar tempat sampah sampai semak-semak untuk mencari liotin miliknya.
Di kehidupan sebelumnya.
Saat itu Louis melemparkan batu ke sungai karena pikirannya sedang kacau, ia kehabisan rencana untuk mendekati Elena.
"Ikan bisa lari jika airnya tidak tenang," tegur Elena membuat Louis terkejut.
Karena terkejut Louis langsung berbalik tanpa sadar ia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam sungai, Elena yang melihat itu tertawa terbahak-bahak.
"Apa karena kehabisan batu kau memilih untuk melempar diri sendiri ke sungai? kau sangat lucu," ucap Elena yang terus tertawa. Melihat tawa itu membuat Louis senang, demi tawa itu ia tidak masalah jika ia terlihat seperti orang bodoh di depan Elena.
"Ayo!" Elena mengeluarkan tangannya untuk membantu Louis berdiri, Louis pun pasrah mengenggam tangan Elena dan membiarkan wanita itu menariknya dari dalam sungai.
Setelah itu Elena memberikan teh hangat yang sengaja ia bawa sebagai bekal untuk memancing, sambil menemani Elena memancing Louis juga mengeringkan badannya. Mereka berbagai cerita tentang banyak hal hingga tanpa disadari keduanya menjadi dekat.
"Aku sangat tidak beruntung selama beberapa hari ini, entah apa yang terjadi padaku," keluh Louis saat sedang makan saat piknik bersama Elena.
"Memangnya kenapa sampai kau berpikir seperti itu, Gotu?" tanya Elena menyodorkan cangkir teh pada Louis. Saat ini Louis yang sedang menyamar sebagai Gotu di akademik yang sama dengan Elena.
"Contohnya, selama 3 kehidupan wanita yang aku cintai tidak pernah membalas cinta ku bahkan dia tidak tau aku ini mencintainya. Bahkan lebih parahnya lagi Dia akan segera menikah, mungkin."
"Mungkin? jika hanya mungkin maka masih ada peluang untuk mu. Kenapa tidak berjuang?"
"Bagaimana bisa berjuang jika wanita itu sangat mencintai tunangannya?"
"Memangnya kenapa? jika orang yang sudah menikah masih bisa berpisah maka orang yang bertunangan justru sangat bisa. Jangan menyerah, manfaatkan waktu mu sebaik mungkin. Mau sebesar apa pun cinta masih bisa berubah," ucap Elena dengan sangat percaya diri.
"Jika kau tidak percaya maka terima lah ini." Elena melepaskan liotin di lehernya lalu memakaikan liotin itu pada Louis, "Itu jimat keberuntungan ku dari nenek. Kau akan mendapatkan cinta mu itu di kehidupan berikutnya, walau kehidupan selanjutnya itu benar ada atau tidak."
"Semoga tuhan memberikan keberuntungan pada ku lewat jimat ini," balas Louis memegang Liotin tersebut.
Itulah ingatan terakhir kebersamaan Elena dan Louis, karena setelah itu keduanya tidak pernah bertemu lagi. Saat Louis bertemu dengannya, itu adalah waktu di mana Elena menghembuskan nafas terakhirnya.
"Di mana liotin itu? aku tidak bisa kehilangan itu, itu kenangan yang tertinggal darinya. Semoga saja itu cepat ku temukan, aku bisa gila nanti," batin Louis frustasi kemudian mencarinya ke tempat lain.
Louis tidak tahu jika Liotin itu telah kembali kepada pemiliknya, saat ini Elena sedang memberishkan Liotin karena ada tanah yang menempel pada Liotinnya.
*****
Bersambung.
Silakan tinggal jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Frando Kanan
lah? Sonia Dan saudara itu ternyata dlo rakyat jelata... ckckck 🙄
2023-03-06
2
Frando Kanan
si dewa angin ini 🤦
2023-03-06
1