Maaf karena ada beberapa masalah author jadi nggak fokus saat update kemarin😭
Elena membaca banyak mantra dari level rendah sampai tinggi sayangnya, tidak ada satu pun mantra yang berhasil mendatangkan apa saja. Dia tidak percaya bahkan setelah mengulang kehidupannya, ia tetap tidak bisa selangkah lebih maju dari orang lain.
"Akh, tanganku sakit." Elena meringis kesakitan karena ia terlalu banyak menusuk tangannya untuk melakukan pemanggilan dengan darahnya.
"Lupakan saja, aku harus pergi ke kantin sekarang," batin Elena, ia mengembalikan semua buku itu pada tempatnya. Tanpa sadar Elena tidak tahu jika darahnya masih menetes ke lantai, dan tetesan itu mengalir masuk ke celah di bawah rak buku menuju pada sebuah ruangan yang aneh.
"Aku mau makan roti kukus isi daging, nasi hangat, sup ikan, dan makanan penutup kue cokelat. Enak sekali," batin Elena memikirkan semuanya.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan lalu terjadi gempa bumi, Elena yang belum terlalu jauh dari area kelasnya langsung berlari kembali ke sana.
"Woah!" mata Elena berbinar menatap Naga hitam di depannya.
"Bau itu berasal dari mu," ucap Naga tersebut membuat Elena kebingungan.
"Buatlah kontrak denganku, jadikan aku bagian dari dirimu. Bukankah kau ingin itu? mendekatlah padaku," lanjutnya.
Elena seolah tersihir oleh kata-kata naga itu sampai tanpa sadar ia berjalan mendekatinya. Naga itu tersenyum lalu ia merapalkan sebuah mantra, seiringan dengan itu sebuah lingkaran hitam muncul di bawah kaki mereka
"Tidurlah," bisik seorang pria yang entah siapa. Elena tidak bisa mempertahankan kesadarannya, ia merasakan kehangatan yang khusus sampai akhirnya terlelap.
Perlahan rambut Elena berubah menjadi hijau, bahkan warna bola matanya berubah menjadi kuning keemasan. Ia saat ini di rasuki oleh dewa angin.
"Kalian para dewa selalu ikut campur. Dia adalah penguasa kami, keluar dari tubuhnya!" teriak naga hitam itu.
"Penguasa mu ini adalah keturunan ku, terutama gadis ini sangat di cintai oleh angin. Jangan coba-coba untuk merebutnya, karena saat ini kekuatan itu masih terkunci. Dan aku akan menjamin kekuatan itu tidak akan pernah bisa terbuka."
"Beraninya kau …." Naga itu terbang lalu menerjang Elena.
"Perisai angin." Dewa dalam tubuh Elena dengan cepat membuat pelindung, karena itu sang naga tidak bisa mendekat. Perisai angin milik dewa angin sangat kuat, jika melawan perisai itu maka ia bisa di bawah oleh angin.
"Jika kau punya nyali maka keluarlah dari sana, dewa berengsek. Aku tidak akan mengampuni mu," tantang sang naga.
Jleb!
Sayap naga tersebut tertusuk oleh panah angin yang sangat besar, dan pelakunya adalah Aaron.
"Anak itu sudah mencapai tingkat 11 level misteri hanya dalam waktu dua hari. Sangat hebat," batin dewa angin.
Karena Aaron sudah datang maka dewa angin memutuskan untuk pergi, perisai angin itu hilang seiringan dengan pingsannya Elena.
Naga hitam itu berdecak kesal lalu dia menghilang dengan kekuatan teleportasi, saat ini dia belum bisa mendekati Elena karena tubuhnya terluka parah apalagi orang-orang mulai berdatangan ke area kelas pemanggil.
"Elena, Elena bangun! bangunlah!" Aaron menepuk pelan wajah sang adik. Namun sayangnya tidak ada respon sama sekali, lalu tidak lama para guru datang.
Adrian langsung meminta ketua ahli ramuan untuk memeriksa keadaan Elena, beruntung Elena hanya tertidur. Sementara Aaron di minta untuk menjelaskan apa yang terjadi karena dia tiba lebih awal di tempat itu.
Aaron menceritakan semua yang dia lihat tanpa ada yang di tutupi, dengan demikian para tetua sekaligus kepala akademik harus segera mencari tentang naga itu.
*****
2 jam kemudian Elena pun bangun dari tidurnya. Saat itu ada Aaron bersama dengan Malvia di sampingnya. Malvia adalah rekan sekamar Elena yang jarang terlihat di kamar. Dia adalah bagian dari organisasi perlindungan akademik, identitasnya itu membuatnya sampai jarang berada di asrama. Kali ini dia di minta untuk melindungi Elena oleh pihak tetua akademik, mereka takut naga itu akan kembali mengincar Elena.
"Ana, apa kau baik … akh!" Aaron meringis kesakitan saat Elena memukul kepalanya.
"Panggil aku Irene, ingat itu. Jika kau masih sayang kepala mu," bisik Elena pada Aaron.
"Maafkan aku pak, tadi di kepala mu ada lalat. Aku membantu mu mengusir lalat itu. Tidak perlu berterima kasih," ucap Elena bersandiwara di depan Malvia.
"Apa kau baik-baik saja, Irene?" tanya Malvia mendekati Elena.
"Aku baik-baik saja, terima kasih telah mengkhawatirkan aku," jawab Elena tersenyum pada Malvia.
"Aku bawakan makanan untuk kalian," ucap Qinthia yang baru saja datang sambil membawa 3 kotak makanan.
"Ini tidak ada racun kan?" tanya Elena iseng ingin membuat Qinthia marah.
"Ada, banyak sekali jenis racun mematikan di dalam," jawab Qinthia dengan ketus.
Aaron tersenyum melihat tingkah keduanya. Barulah setelah itu ia mengambil kotak makanan bersama dengan Malvia.
"Kalian makanlah, biar aku yang menyuapi Elena. Jangan menahan lapar hanya karena anak bodoh ini," ucap Qinthia mengambil satu kotak makanan untuk Elena.
Tanpa rasa waspada sedikit pun Elena makan makanan dari suapan Qinthia, jika seperti ini orang yang melihat akan berpikir dengan sangat akur. Tidak ada yang tahu jika mereka bertengkar lewat telepati.
Saat semua selesai makan, Qinthia merapikan kotak makanan itu sementara Malvia pergi mencuci tangan sebentar.
"Jepitan itu menjadi sangat cantik di rambut mu," bisik Aaron membuat wajah Qinthia seketika memerah seperti tomat.
"Apa dia yang Qinthia maksud itu kakak? mungkin benar. Lagi pula hanya kakak yang suka memanggilku Ana," batin Elena menatap keduanya dengan tatapan berbinar.
*****
Perjalanan Jovanka ke akademik bulan sabit tidak berjalan mulus karena dia di serang oleh bandit di tengan jalan, sampai ia harus terjebak selama seminggu di rumah salah satu penduduk desa.
Hari ini adalah hari terakhir Jovanka di rumah itu karena kereta keluarga Ransom sudah datang untuk menjemputnya, barulah ia bisa bernafas lega.
"Silahkan duchess." Marry memberikan surat kabar pada Jovanka, Jovanka menerimanya. Sudah seminggu ia tidak tau kabar tentang ibu kota, jadi dia akan membaca surat kabar selama dalam perjalanan pulang.
"Apa ini Marry?" tanya Jovanka menujuk foto Ernest menggendong Sonia di atas kuda.
"Saya tidak tau pasti. Hanya saja hari itu Nona Sonia membuat keributan di pesta teh Tuan Ernest, lalu Nona Sonia kesal dan pergi. Tuan mengejarnya tanpa peduli pada para nona bangsawan di pesta itu. Besoknya surat kabar itu terbit kata tuan itu hanya sebuah gendongan jadi jangan berpikir berlebihan," jawab Marry.
"Hanya sebuah gendongan? kurang ajar." Jovanka membuang kertas itu lalu meminta kusir melaju dengan cepat, ia sudah tidak sabar ingin menampar wajah Sonia.
Sesampainya di ibu kota Jovanka langsung ke kediaman Sonia, dan ternyata oh ternyata Jovanka di sambut oleh kemesraan antara Ernest dan Sonia. Mereka duduk berhadapan sambil saling menyuapi potongan kue satu sama lain.
Prok prok prok.
Jovanka bertepuk tangan sambil melangkah mendekati keduanya, melihat Jovanka membuat Sonia ketakutan. Ia tidak menyangka wanita tua itu akan datang ke kediamannya.
*****
Bersambung
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
kanar>=>kabar kali Thor😅
2023-05-07
0
Livyana 171
Emng ya bukan salah sonia seorang sih yg bs merusak sebuah hbngan krn klo si ernest itu tdk memberi kesempatan dan celah jg pasti ga akan mngkn sonia bs masuk😏ini mah saking 22 nya aja yg gatel😏
2023-04-30
2
Livyana 171
Kesalah pahaman semakin melebar ya😅😅😅😅🤭
2023-04-30
0