Beberapa saat yang lalu.
Setelah makan Elena mulai berpikir bagaimana caranya dia menjelaskan alasan jatuhnya Qinthia dari atas tebing area kelas pemanggil, walau pun tebingnya tidak tinggi Qinthia tetap akan terluka.
Lalu muncul ide licik di kepala kecilnya, dia membuat sandiwara dengan mencambuk dirinya sendiri hingga terluka. Tapi luka ini tidak akan membunuh atau menyakiti dirinya, sebab ini bisa sembuh dalam sekejab dengan ramuan Adrian.
Dan saat Adrian datang ia sangat terkejut melihat keadaan Elena, tanpa di jelaskan oleh Elena dia sudah tau apa yang terjadi dan karena ulah siapa sampai Elena mendapatkan semua luka itu.
Tanpa berpikir panjang Adrian membawa Elena menemui Qinthia, lalu seperti inilah yang terjadi.
"Kau bisa membela dia jika kau rasa dia benar. Tapi nak, aku punya bukti yaitu luka Irene yang disebabkan oleh cambuk api. Kau jangan lupa cambuk api adalah senjata langkah dan pemiliknya hanya ada satu di kekaisaran kita,"jawab Adrian.
Setelah mengatakan itu ia membawa Elena untuk di rawat, barulah ia pergi menemui kepala akademik untuk mengatakan semua yang terjadi. Louis juga ikut karena ia akan membela Qinthia.
"Dasar kau wanita menyebalkan," cetus Qinthia pada Elena yang berada di ranjang 3 meter darinya. Saat ini hanya ada mereka berdua di dalam ruang kesehatan.
"Ada apa kak? apa kakak marah padaku?" tanya Elena berpura-pura polos.
"Wah. Seharusnya Pak Adrian tidak menjadi guru mu, kau harus menjadi murid siluman rubah itu cocok untuk mu. Kau bilang aku wanita bertopeng, kalau aku tertopeng lalu kau apa? kau bukan hanya berbohong. Tapi juga menipu, buruknya lagi kau menipu guru mu sendiri."
"Kakak, aku tidak punya masalah denganmu. Lalu kenapa kau sangat membenci ku? aku bahkan tidak mengenal mu, lalu dari mana datangnya kebencian mu itu? tidak masuk akal kau benci pada ku hanya karena sebotol pil sian."
"Jika kau jawab pertanyaan ku maka kau akan dapatkan jawabannya."
"Konyol sekali. Tidak ada di dunia ini yang membuat pertanyaan bisa menjadi jawaban kak. Apa kepala mu sedikit tergeser karena jatuh dari ketinggian."
"Jaga mulutmu, apa kau tidak pernah mendengar istilah mulut mu harimau mu?"
"Lalu apa kau sendiri pernah dengar istilah pembalasan lebih kejam dari perbuatan?"
"Aku sangat suka sifat mu, jika saja kau bukan saingan ku maka kita bisa jadi teman. Tapi sayangnya itu tidak akan mungkin terjadi, selamanya."
"Benarkah? aku juga tidak suka berteman dengan wanita bertopeng."
"Kau tidak suka lalu bagaimana dengan diri mu yang bermuka dua itu. Kau konyol sekali," ucap Qinthia mengalihkan pandangannya dari Elena.
"Dia terus menatap mu sejak kemarin, bahkan jika nama mu di sebut dia nampak akan berpikir sangat panjang sampai mengabaikan sekelilingnya. Dia membuat keributan hanya untuk melihat nama mu saja, dia menyebut nama mu Ana padahal nama mu Irene. Aku tidak paham kenapa bisa begitu," lanjut Qinthia lagi, ada air mata yang menetes di wajahnya.
"Dia? dia siapa?" tanya Elena, sayangnya Qinthia diam saja. Ia malah merapikan ranjangnya lalu berbaring membelakangi Elena.
*****
Adrian dan Louis kembali dari kantor kepala akademik setelah hari gelap, sementara Elena bersama Qinthia telah kembali ke asrama mereka.
Seminggu berlalu dengan cepat. Hari ini adalah hari di mana keputusan tentang masalah Elena dan Qinthia keluar. Sayangnya masalah di antara kedua pihak terpaksa harus berakhir damai. Itu karena reputasi Qinthia yang sangat bagus, dan tidak ada saksi mata saat kejadian itu terjadi.
Kepala akademik bersama para tetua setuju mengatakan jika kejadian itu adalah sebuah kecelakaan. Jika di teruskan maka bisa terjadi masalah besar di akademik.
"Aku pergi lebih dulu," pamit Qinthia pada teman sekamarnya sebelum berangkat menuju kelas.
Di tengah perjalanan menuju kelas seorang pria tampan menghadang jalan Qinthia. Ketampanan pria itu sekaligus rambut panjangnya yang di ikat, sambil mengenakan kaca mata membuat Qinthia terpesona. Pria di depannya saat ini adalah tipe pria idamannya.
"Maafkan aku jika aku kasar atau lancang. Bisakah kau tunjukan jalan menuju ruang kepala akademik pada ku?" tanya pria itu pada Qinthia.
"Sebelum ku beritahu, kau harus katakan siapa dirimu. Aku tidak bisa mengatakan hal informasi akademik pada orang asing," jawab Qinthia yang berusaha terlihat tenang.
"Kenalkan, aku adalah Aaron Abraham. Aku datang atas undangan kepala Akademik untuk menjadi guru di kelas elemental angin. Apa sekarang bisa kau katakan di mana ruangannya?"
"Di bangunan besar itu." Qinthia menunjuk bangunan paling besar yang ada di akademik.
"Terima kasih, lalu ini untukmu." Aaron memberikan jepitan rambut yang indah dengan permata warna merah di sana.
"Apa ini?" tanya Qinthia kebingungan.
"Sebelumnya itu adalah jimat keberuntungan ku yang aku dapat dari ibu, sekarang itu aku berikan pada mu karena kau adalah wanita yang baik. Dari pada aku simpan, jepitan itu akan menjadi sangat sempurna pada wanita cantik seperti mu," jawab Aaron hingga akhirnya berlalu meninggalkan Qinthia.
"Pria itu … dia tau cara menghormati seorang wanita. Lupakan saja! aku tidak bisa jatuh cinta padanya, aku milik Kak Louis selamanya," batin Qinthia, ia melempar jepitan itu ke semak-semak dan pergi begitu saja.
Di sisi lain Elena terjebak di antara buku-buku mantra, ia tidak bisa merapalkan mantra itu tanpa izin dari Adrian. Karena tenaga dalam seorang petarung harus kuat terlebih dulu sebelum berlatih, jika tidak tubuh mereka akan meledak.
Tapi saat ini tenaga dalam Elena sudah cukup kuat, ia memperkirakan jika dirinya telah mencapai tingkat 12 atau tingkat akhir level dasar. Itu bukan sekedar perkiraan saja, sebab dalam seminggu ini ia berlatih memperkuat tenaga dalam sepanjang waktu. Di bantu dengan ingatan latihan yang ia gunakan di kehidupan sebelumnya, ia menjadi sangat cepat berkembang.
"Apa seharusnya aku coba dulu," pikir Elena penasaran.
Ia pun melihat mantra pemanggil Level dasar. Kali ini ia hanya bisa bertaruh dengan kemampuannya, atau dia akan memakan waktu yang lama untuk sekedar memanggil roh elemental level rendah.
Di saat yang sama Adrian sedang melakukan penelitian tentang cara cepat mencapai level bumi, di ruangannya dengan bantuan Undine. Tapi Undine tidak fokus, ia sampai beberapa kali membuat air tergenang dalam ruangan.
"Undine, jika kau terus melamun maka akademik bisa banjir. Fokuslah!" ucap Adrian yang terganggu karena Undine.
"Wanita itu jika mengingat dia, aku jadi sangat gemetar. Apalagi aku melihat itu ada di belakangnya," jawab Undine membuat Adrian berhenti bekerja.
"Wanita itu siapa? dan apa yang ada di belakangnya?"
"Murid mu itu, ada … ada bayangan penguasa monster dan dewa angin di belakangnya. Bahkan dewa angin merangkul pundaknya dengan penuh cinta, siapa dia sebenarnya?"
"Ini tidak masuk akal. Penguasa monster sudah 1000 tahun memiliki hubungan buruk dengan para dewa, monster suka menyerang dunia manusia yang di lindungi oleh para dewa melalui para keturunannya. Lalu bagaimana bisa bayangan penguasa monster adalah bayangnya, sementara dewa angin tetap merangkulnya dengan penuh cinta. Irene berasal dari keluarga Castiello, dan keluarga yang di cintai oleh angin adalah keluarga Abraham. Itu mungkin hanya imajinasimu saja apalagi penguasa monster sudah tiada 500 tahun lalu," jelas Adrian panjang lebar pada Undine.
Tiba-tiba saja terjadi ledakan yang sangat besar dari arah area kelas pemanggil, ledakan itu sampai membuat gempa yang besar.
*****
Bersambung
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Livyana 171
Semog Qinshia sm Aaron sja biar bs kakak iparan sm elena🤭
2023-04-30
0
Oi Min
Aaron kakaknya Irene kah??? ini gombal ato Aaron bneran puji Qinthia?.. oh me gat
2023-04-25
1
Frando Kanan
ada bayangan penguasa monster Dan dewa angin? si Elena? apa mungkin....ada org unknown yg reinkarnasi?
2023-03-06
3