Sonia terus mondar-mandir sejak pagi karena sampai hari menjelang siang, Ernest belum datang untuk menemuinya atau mengundangnya. Sonia tau betul jika menyangkut sesuatu yang penting tentang tunangannya, Ernest selalu mengutamakan hal itu.
"Siapkan kereta kuda, kita akan pergi ke Kediaman Ransom," perintah Sonia kepada pelayannya, ia tidak mau menunggu lebih lama lagi.
Sesampainya di kediaman Ransom, Sonia mendapati Ernest sedang melakukan pesta teh bersama para nona bangsawan. Mereka terlihat sangat bahagia membicarakan sesuatu, bahkan sesekali mereka tertawa bersama.
"Apa ini? bagaimana bisa dia begitu bahagia sementara aku di rumah terus memikirkannya. Dia keterlaluan," batin Sonia menggigit kuku ibu jarinya.
"Eh! Sonia!" teriak Ernest saat tatapan mereka bertemu, spontan teriakan itu membuat tatapan para nona bangsawan langsung teralihkan pada Sonia.
"Permisi sebentar," pamit Ernest kepada para lady. Namun, ada salah satu lady mencekal tangan Ernest saat ia hendak berdiri
"Nona Chika, ada apa?" tanya Ernest kebingungan.
Chika tidak menjawab, ia malah berdiri dari tempat duduknya dan beranjak ke depan meja.
"Yo, Nona Sonia. Lama tidak bertemu. Kenapa anda ada di sini? waktu pesta teh sudah hampir selesai, jika anda memang diundang maka seharusnya kau datang 2 jam yang lalu. Tapi kenapa baru muncul sekarang? apa anda secara pribadi datang menemui kekasih sahabat anda?" tanya Chika diringi senyuman sinis oleh beberapa nona.
"Nona Chika, bukankah menanyakan hal itu sangat tidak baik? aku memang tidak di undang oleh Ernest ke pesta teh kalian. Walau pun begitu kedatangan ku ke mari tidak ada urusannya dengan anda. Bukankah anda bersama para nona juga teman Elena, kenapa kalian datang menemui kekasih teman kalian? jika mau maka aku bisa mengajukan pertanyaannya yang sama. Tapi, aku tidak selancang itu," jawab Sonia, ia tidak akan diam saja saat teman-teman Elena dari pergaulan kelas atas berniat menghina dirinya
"Para nona bangsawan, kalian dengar itu? aku tidak tau Nona Sonia sedekat itu dengan Tuan Ernest sampai menyebut namanya secara langsung," timpal salah seorang nona bangsawan.
"Kau sangat lancang Sonia," kesal Ernest karena dirinya juga ikut di ejek sebab kecerobohan Sonia.
"Kau memarahiku karena mereka? aku tidak percaya kau akan bersikap seperti ini padaku. Padahal aku datang jauh-jauh hanya untukmu. Cih!" Sonia sangat kesal dan langsung pergi dari sana.
"Tidak Sonia. Tunggu!" Ernest juga langsung beranjak dari sana dan pergi menyusul Sonia.
"Kalian lihat itu? Mereka main kejar-kejaran sekarang. Elena harus tau ini atau dia akan di bodohi selamanya oleh mereka berdua. Aku tidak tahan lagi dengan wanita rendahan itu," ucap Chika kepada para nona.
"Tapi, apa Nona Elena akan percaya pada kita? kita sudah mengatakan padanya berapa kali, dan hasilnya malah kita yang kena amarahnya. Dia gadis polos saking polosnya dia mudah di bodohi," timpal salah satu nona, ia merasa jika semuanya akan sia-sia walau pun Elena tau.
"Aku ingin mencoba sekali lagi setelah itu, aku tidak akan peduli lagi. Entah dia mau percaya atau tidak, itu keputusannya. Ayo kita pulang karena pesta teh sudah berakhir," ajak Chika di setujui oleh para nona bangsawan yang hadir saat itu.
Sementara itu di sisi lain Ernest menunggangi kuda untuk mengejar kereta kuda Sonia, saat jarak kereta kuda semakin dekat Ernest menendang bagian tengah kereta membuat kereta itu kehilangan keseimbangan dan terhenti. Ernest juga menghentikan kudanya lalu turun dari atas kuda seraya mendekati kereta Sonia.
"Sikap macam apa ini, Tuan Ernest?" teriak Sonia dari jendela kereta.
"Jangan bertanya dan turunlah dari kereta mu. Kita harus bicara," perintah Ernest.
"Kau pikir siapa dirimu? berani sekali kau memerintahku seolah aku adalah pelayanmu. Aku bisa saja melaporkanmu atas tindak kejahatan kepada seorang wanita."
"Laporkan aku setelah kita bicara."
"Aku tidak mau." Sonia menutup tirai jendela dan meminta kusir untuk melajukan kereta.
Sayangnya Ernest dengan cepat melepaskan kuda-kuda di kereta Sonia agar kereta itu tidak bisa pergi ke mana pun. Hal itu Sonia menjadi sangat jengkel dan keluar dari dalam kereta.
"Ingat ini baik-baik Ernest," ucap Sonia mengacungkan jari telunjuknya, "Jangan buat aku ha … kya!"
Ernest langsung menggendong Sonia lalu membawanya naik ke atas kuda, semua orang yang ada di sekitar mereka terkejut karena itu.
"Apa ini? turunkan aku!" bisik Sonia, Ernest hanya tersenyum lalu memacu kuda ke arah kediaman Castiello.
"Aku minta maaf karena sudah membentakmu tadi. Tapi aku lakukan itu karena mereka semua datang atas undangan ibuku, jika aku membuat pesta maka kau pasti akan aku undang. Aku tidak mau membuat mereka memikirkan hal-hal kotor tentang mu, lalu secara tiba-tiba muncul di sana. Lupakan saja hal itu, karena kali ini aku yakin kita akan masuk surat kabar nanti," balas Ernest.
"Tapi ini semua salah mu, kau menabrak kereta ku lebih dulu, lalu menculik ku di depan umum."
"Itu karena kau tidak mau menurut."
"Lagi pula untuk apa kau menyusul ku jika hanya untuk menjelaskan hal itu. Kau tidak harus peduli pada ku, aku hanya sahabat dari kekasih mu saja."
"Kau sama berartinya dengan dia bagi ku, aku tidak mau kau terluka atau sakit hati karena aku."
"Aku tidak mau kau samakan dengan dia, tidak bisakah aku menjadi lebih berarti dari dia?"
"Jangan mengujiku lagi, kau suka sekali menguji ku seperti itu. Tentu saja kalian berarti bagi ku pada tempat kalian masing-masing," jawab Ernest membuat Sonia sedikit kecewa dan sedikit berharap juga.
*****
Qinthia tidak bisa menjawab setelah melihat semua luka itu, bahkan jika dia mengatakan yang sebenarnya mustahil akan ada yang percaya padanya.
"Anda salah paham, pak. Kak Qinthia tidak melakukan apa pun padanya, kakak pergi menemuinya hanya untuk bertanya kenapa dia membuang Pil Sian yang kakak berikan padanya," jawab Alice yang mendapatkan tatapan tajam dari Adrian.
"Aku tidak bertanya padamu, jangan menguji kesabaran ku," tegas Adrian pada Alice, lalu dia beralih pada Qinthia, "Aku tidak mau tau apa alasan mu datang ke area kelas ku. Tapi dengan datang ke sana tanpa izin dari ku saja, itu sudah menjadi kesalahan terbesarmu."
"Guru." Elena menarik pelan lengan baju Adrian, saat Adrian menatapnya ia malah menggeleng.
"Katakan Qinthia," bentak Adrian menatap Qinthia yang gemetar ketakutan.
"Harus aku akui kehebatan mu dalam bersandiwara. Kau menyakiti Irene lalu menjatuhkan diri mu dari atas ketinggian, kau lakukan itu agar tidak akan di salahkan dan semua kesalahan mu dijatuhkan pada Irene. Kau memang dewi kegelapan yang sangat jahat," lanjut Adrian.
"Qinthia tidak mungkin melakukan itu. Mungkin yang kau katakan masuk akal. Tapi semua orang di akademik ini tau seperti apa Qinthia, kau tidak bisa menuduh dia sembarangan. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi karena aku akan bersaksi jika yang salah bukan Qinthia." Louis buka suara untuk membela Qinthia.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Naraa 🌻
Louis Lo bego mana yg katanya cinta masa gitu aja nyerah dan ga kenalin org yg Lo cinta trus bego bgt ketipu sama Medusa
2023-05-09
2
Livyana 171
sebnrnya yg dr klrga ramson itu ernest atau elena sih ???🤔
2023-04-30
1
Oi Min
kwe ki pye to Lou..... jare pengen memperjuangkan cinta Elena..... ning kok malah mbelo Qinthia??
2023-04-25
2