Ruangan tempat untuk menguji keahlian sangat berbeda ruangan 5 tahun yang akan datang, karena saat itu di dalam ruangan ini hanya ada sebuah batu besar yang cukup meneteskan darah di atasnya sudah bisa mengetahui keahlian seseorang.
Tapi sekarang Elena hanya melihat sebuah kolam besar berisi air, penanggung jawab ruangan itu meminta Elena untuk berendam di dalam. Mau tidak mau Elena melepaskan semua pakaiannya dan masuk ke dalam kolam, ia tidak tau akan berapa lama waktu yang dia butuhkan nanti.
15 menit kemudian air di kolam itu berubah menjadi warna merah, sangat merah sampai membuat penanggung jawab terkejut.
"Merah darah? tidak mungkin. Kenapa?" ucapnya memeriksa air di dalam kolam tersebut.
"Keluar dari dalam, cepat!" perintahnya pada Elena, tanpa berpikir panjang Elena keluar dari dalam kolam dan membalut tubuhnya dengan baju mandi.
Tidak lama kemudian seorang pria masuk ke dalam ruangan itu, ia terkejut karena warna air kolam masih tetap sama walau pun Elena sudah keluar dari dalam kolam.
"Warna merah darah memang warna yang tidak pernah muncul. Tapi kenapa sekarang muncul dariku? apa yang sebenarnya terjadi?" batin Elena.
"Pak Adrian, bagaimana ini?" tanya penanggung jawab tersebut pada pria berkaca mata di sampingnya.
"Biar aku urus semuanya," jawab Adrian
Adrian berjalan mendekati kolam lalu ia memejamkan matanya seraya berkata, "Memanggil, Undine."
Seketika gumpalan air muncul di belakang Adrian lalu dengan cepat gumpalan itu berubah menjadi wanita cantik bergaun biru dengan rambut putih, Elena tau jika itu adalah spirit Air Undine.
"Ada apa memanggilku, Rian? aku baru saja pergi dan langsung kau panggil, tidak bisakah panggil yang lain saja," rengek Undine pada Adrian.
"Jika berhubungan dengan air maka Undinelah yang harus aku panggil. Ku mohon bantu aku sekali lagi yah," pinta Adrian membuat Undine tidak mau menolak.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya Undine, ia mengedarkan pandangan dan terdiam saat melihat Elena.
"Undine Undine Undine Undine, UNDINE!" teriak Adrian pada panggilan terakhir membuat Undine kembali tersadar.
"Maafkan aku, katakan padaku apa perintah mu?" tanya Undine berusaha menutupi sesuatu.
"Bisakah kau jernihkan air ini lagi?" tanya Adrian, Undine mengangguk. Hanya dengan sentuhan Undine pada air itu dalam sekejab airnya kembali jernih.
"Terima kasih, kau sudah boleh kembali sekarang," ucap Adrian di angguki oleh Undine.
Adrian kemudian beralih menatap Elena, ia sangat senang karena setelah menanti selama sepuluh tahun akhirnya dia punya murid lagi.
"Keahlian mu adalah pemanggil sama seperti ku kelak nanti aku adalah guru mu, selamat datang di Akademik Bulan Sabit," ucap Adrian mengulurkan tangannya pada Elena, Elena dengan senang hati menjabat tangan itu.
Sebenarnya Elena masih terkejut karena keahlian sangat berbeda dengan yang ia dapat di kehidupan sebelumnya, dulu dia adalah ahli elemental angin karena keluarga mereka memang keturunan dewa angin. Ini terlalu mendadak sampai sulit di percaya.
*****
"Kenapa kau sangat ingin menulis nama mu sendiri? huh?" teriak wanita tua itu pada Louis, ia belum selesai dengan semua dramanya.
"Kakak, biarkan dia melakukan tugasnya dengan baik. Kenapa kau malah mengganggunya dengan membuat keributan? ku mohon jangan memaksa," pinta Qinthia pada Louis.
"Baiklah. Tulis nama ku dengan baik, nama ku Louis Ashraf. Tulislah!" perintah Louis membuat kedua wanita yang di dekatnya terkejut.
"Ada apa denganmu, kak?" kesal Qinthia karena Louis secara langsung menyebut nama keluarganya, "Kakak bilang ingin menyamar di sini, lalu kenapa?"
"An-anda putra mahkota?" tanya wanita itu terkejut sampai tangannya gemetar memegang pena.
Tiba-tiba pintu ruangan pengujian wanita terbuka lalu keluarlah Adrian bersama Elena, Elena telah bersiap untuk pergi ke asrama dan Adrian akan mengantarnya secara langsung.
"Kelak kau adalah satu-satu murid dalam kelas ku jadi jangan heran. Irene, (au murid pertama ku dalam 10 tahun setelah murid ku yang lama lulus, aku sangat menantikan kerja kera smu di kelas nanti," ucap Adrian saat berjalan melewati meja pendaftaran.
"Na-namanya Irene? bagaimana mungkin ada 2 orang yang begitu mirip di dunia ini, mungkin saja dia menyamar. Yah pasti menyamar," gumam Louis terdengar jelas oleh Qinthia.
"Tulis saja namaku, aku harus pergi dulu," ucap Louis hendak berlari mengejar Elena dan Adrian, sayangnya ia terhenti bahkan sebelum berlari karena Qinthia menghalangi jalannya.
"Kakak sudah membuat keributan di meja pendaftaran, lalu sekarang mau mengabaikan uji keahlian. Apa kakak sadar saat ini kakak sudah di kenal sebagai putra mahkota, jadi tolong jangan buat masalah lagi yang akan merusak reputasi paman dan bibi. Kita harus ke ruangan uji keahlian, ayo!" Qinthia memegang tangan Louis lalu menariknya secara paksa ke ruangan uji keahlian khusus pria.
Louis tidak bisa menolak karena ucapan Qinthia ada benarnya. Tapi jika tidak sekarang, maka akan sulit baginya mencari Elena di antara para murid akademik yang sangat banyak.
*****
Brak!
Qinthia membanting pintu kamar asramanya membuat para penghuni kamar lain terkejut, di akademik ini Qinthia terkenal sebagai dewi karena bakat dan kecantikannya. Tapi mereka tidak akan menduga masih ada saja yang bisa membuat Qinthia kesal, sudah lama sekali dia tidak membanting pintu kamar saat masuk.
"Suasana hati mu buruk lagi yah?" tanya Alice, dia adalah sahabat Qinthia sejak kecil.
"Sangat buruk. Aku berpikir dengan masuknya kakak ke akademik ini kami bisa semakin dekat, dan hasilnya di hari pertama dia masuk sudah ada wanita yang berani mencuri perhatiannya dari ku. Aku ingat nama wanita itu Irene," jawab Qinthia.
"Irene? ini kebetulan yang sangat indah, ada anak baru datang di kamar sebelah. Dia di antara oleh Pak Adrian," timpal Wylie, dia adalah pengikut setia Qinthia.
"Ya, wanita itu tadi keluar dari ruangan uji keahlian dengan Pak Adrian. Aku sangat beruntung," balas Qinthia tersenyum licik.
"Mari kita sapa adik kita itu," ajak Qinthia pada 4 rekan sekamarnya.
Kedatangan mereka ke kamar Elena membuat teman sekamar Elena terkejut, itu tidak biasa lagi bagi Qinthia karena banyak murid yang menjadikan dirinya sebagai idola mereka.
"Aku datang ke mari untuk menyapa adik yang baru saja bergabung hari ini. Kenalkan aku adalah kakak seperguruanmu panggil aku Qinthia saja," ucap Qinthia dengan sangat ramah pada Elena.
Mendengar nama itu Elena sudah tau siapa wanita yang sekarang ada di depannya, karena di kehidupan sebelumnya Qinthia juga sangat terkenal di pergaulan kelas atas karena dia adalah tunangan putra mahkota sayangnya belum di akui sebagai putri mahkota.
Namun walau pun begitu pengaruhnya di kalahkan oleh Elena yang merupakan duchess muda keluarga Ransom, status Elena berada satu tingkat di atas Qinthia. Dulu hubungan mereka tidak baik karena Elena tidak terlalu mengenal Qinthia.
Tapi ada satu hal yang Elena tau dengan baik, ia tahu betul Qinthia bukanlah wanita yang mudah di hadapi. Dia wanita bertopeng, tidak hanya itu saja ia bahkan lebih menakutkan dari Sonia.
Di kehidupan kali ini Elena tidak mau terlibat dengannya, dan jika Qinthia berani berulah di depannya maka Elena juga tidak segan memberi Qinthia pelajaran yang sangat buruk.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Livyana 171
Wowwww ternyata yg diam2 mencintai elana seoarng putra mahkota😍😍😍
2023-04-30
0
Frando Kanan
haaa.....berarti Dia jg musuh Dr masa lalu donk
2023-03-06
0
Frando Kanan
ah? ketahuan cpt
2023-03-06
0