Setelah jam makan selesai Mimi membantu Elena merapikan barang-barang yang akan dia bawa. Selama ini Mimi adalah orang yang paling tau seperti apa Elena jika berkemas saat akan berpergian, dulu ia akui barang bawaan Elena sangat banyak sampai membutuhkan banyak pelayan untuk membawanya. Tapi sekarang dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat, Elena akan pergi untuk waktu yang lama dan barang bawaannya hanya satu tas kecil.
"Nona, apa nona yakin ini cukup?" tanya Mimi memastikannya lagi.
Elena yang sedang membaca buku beralih menatapnya seraya menjawab, "Itu lebih dari cukup, kenapa memangnya?"
"Tidak apa-apa saya hanya ingin bertanya. Apa saya bisa bertanya lagi?"
"Tentu saja, silahkan!"
"Apa nona dan Tuan muda Ransom bertengkar pada pertemuan kalian beberapa hari lalu?"
"Apa yang membuat mu berpikir seperti itu?"
"Jujur saja ini bukanlah adalah sikap nona. Nona mendadak berubah seolah menjadi orang lain, saya pikir anda berdua bertengkar lalu anda merajuk sampai ingin mem …."
"Cukup Mimi," potong Elena, "Aku tidak merajuk dan tidak ada masalah di antara kami. Aku hanya ingin melakukan apa yang aku inginkan, sejak mengenalnya sampai membahas pertunangan dengan dia. Tidak pernah sekali pun aku berpikir untuk diri sendiri, lalu sekarang aku sadar jika aku harus lebih mencintai diri ku sendiri dan tidak perlu memikirkan masalah soal pria apalagi usia ku masih sangat muda."
Mimi terharu dengan perkataan Elena, ia sampai memeluk majikannya itu. Setelah sekian lama Mimi ingin hal itu keluar dari mulut Elena dan akhirnya keinginan itu terwujud.
"Kau lihat itu kak. Aku merasa adik kita yang manis tidak akan menjadi manis lagi setelah kepergiannya besok, aku bisa melihat dari matanya itu jika saat ini dia sedang bertekad akan sesuatu," ucap Aaron mengintip dari balik celah pintu kamar Elena.
"Kau benar. Aku berpikir pria nakal itu telah menodai pikiran adik ku dengan cinta monyetnya. Hari ini aku lega bisa melihat Elena yang sebenarnya, bukan Elena yang diciptakan untuk mencintai pria nakal itu. Mungkin nanti kita tidak akan punya adik perempuan yang manis, walau pun demikian aku juga yakin dia tidak akan jauh dari kita lagi. Aku sangat mencintainya," balas Carlos menatap Elena dengan tatapan penuh kasih sayang.
*****
Keesokan harinya Elena menatap dirinya sendiri di cermin selama beberapa saat, lalu ia berkata, "Kau terlihat jauh lebih baik saat ini. Wajahmu tanpa riasan terlihat sangat segar, kenapa dulu kau tidak pernah melepaskan riasanmu bahkan saat tidur? lupakan saja. Sekarang aku akan pergi jauh untuk melupakan Ernest sepenuhnya, jika aku tidak pergi dan jika dia muncul di hadapanku saat ini, aku takut semuanya tidak akan berubah. Selamat tinggal Elena yang mencintai Ernest."
Elena tersenyum lalu ia mengambil tasnya dan beranjak keluar kamar. Saat kakinya menginjak halaman ia merasa sesak karena setiap sudut halaman kediamannya ada banyak kenangan tentang Ernest, Elena akui dia sangat membenci Ernest saat ini. Tapi kebencian itu, tidak akan bisa menghapus cinta 20 tahunnya dengan mudah.
"Jika mencintamu hanya butuh waktu semenit maka melupakanmu mungkin butuh waktu yang lama, aku sendiri tidak yakin beberapa bulan itu cukup untuk melupakan segalanya," batin Elena mengusap airmatanya yang akan menetes.
Dari pada memikirkan hal itu ia langsung bergegas menghampiri semua orang yang menunggunya di depan gerbang, di sana kereta kuda telah siap.
Airmata Liliana tidak bisa berhenti menetes saat Elena telah berdiri di hadapannya. Padahal semalam ia sangat senang mendengar jika Elena akan pergi, hanya saja melihat tidak sama rasanya dengan mendengar.
"Putriku yang manis." Liliana menggenggam tangan Elena, "Bisakah kau batalkan saja kepergiannya? ibu tidak kuat jika kau harus pergi meninggalkan ku bersama pria-pria bodoh ini."
"Apa yang ibu katakan padanya? semalam kita sudah setuju akan mendukung Elena, lalu kenapa ibu cepat sekali berubah pikiran?" tanya Carlos pada sang ibu.
"Kau mana mungkin akan mengerti apa yang ibu mu rasakan. Aku memang mendukunya hanya saja aku tidak ingin jauh dari putri ku, dia segalanya bagi ku dan waktu 5 tahun itu tidaklah singkat," jawab Liliana membuat yang lainnya jadi ikut sedih.
"Yang sedih bukan hanya kau saja. Aku paham dengan apa yang kau rasanya, tapi ini adalah keputusan putri kita. Hormati keputusannya dan biarkan dia pergi, jangan membuatnya merasa bersalah karena membuat mu menangis," ucap Austin melepaskan genggaman tangan Liliana dari Elena dengan lembut.
"Kau kejam," kesal Liliana memeluk Austin dan menangis sejadi-jadinya, setelah itu Austin memberikan isyarat pada Elena untuk pergi.
"Aku pergi semuanya, sampai jumpa," pamit Elena yang beranjak keluar gerbang kediaman dan naik ke dalam kereta.
Semua yang hadir, kecuali Liliana melambaikan tangan pada Elena. Setelah itu butuh waktu lama untuk Austin bersama kedua putranya menenangkan Liliana, walau pun tidak kunjung tenang. Tapi wanita paruh baya itu akhirnya tertidur karena kelelehan menangis selama berjam-jam, setidaknya Austin bersama kedua putranya bisa bernafas lega selama beberapa saat.
*****
"Sungguh? apa kau tidak salah?" tanya Sonia pada pelayan yang ia jadikan pengawas Elena di kediaman Abraham.
"Ya, nona. Saya melihatnya sendiri," jawab pelayan itu membuat Sonia sangat bahagia.
"Akhirnya Elena pergi juga dari kehidupan Ernest, aku tidak percaya dia akan pergi secepat ini. Sekarang aku bisa menghabiskan waktu bersama Ernest tanpa ada gangguan," ucap Sonia yang tidak berhenti tersenyum.
"Riaslah aku! aku akan pergi menemui dia untuk makan siang bersama," perintah Sonia pada para pelayannya.
Setelah semuanya selesai Sonia bergegas ke Kediaman Duke Ransom untuk menemui Ernest, saat itu Ernest baru saja selesai dari kelas terakhirnya.
"Ah! Sonia." Ernest tersenyum bahagia melihat siapa yang datang, ia pun berlari menghampiri Sonia.
"Eh! kau datang sendirian? mana Elena ku?" tanya Ernest yang tidak mendapati sosok Elena di samping Sonia.
Sonia dengan raut wajah sedih menjawab, "Dia sudah pergi mengikuti pelatihan di luar ibu kota. Aku tidak tau pasti di perguruan mana dia pergi, dia bahkan tidak mengatakan apa pun aku."
Ernest merasa sangat terguncang mendengar apa yang Sonia ucapkan, dia tidak percaya Elena pergi tanpa mengatakan apa pun padanya.
"Tidak mungkin. Elena tidak akan meninggalkan aku tanpa mengatakan apa pun, aku kenal Elena ku dengan sangat baik. Kau pasti salah paham padanya," balas Ernest membuat Sonia merasa kesal.
"Elana ku Elena ku Elena ku, kau setiap hari selalu menyebut nama gadis bodoh itu dengan mesra. Kenapa juga kau sangat percaya padanya? kita lihat bagaimana kau akan terluka saat tau yang sebenarnya. Elena mu itu akan membuatmu merasakan apa itu sakit hati," batin Sonia.
*****
Bersambung.
Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
kutu kupret🐭🖤🐭
cuuuuuiiiiiihhhhhhh🖕🖕
laacccuuuuurrrr🖕🖕🖕🖕💣
2023-05-07
0
kutu kupret🐭🖤🐭
cuuuuuiiiiiihhhhhhh🖕🖕
peeerrrreeekkkkkkk🖕🖕🖕💣
2023-05-07
0
Frando Kanan
ternyata Dr awal jlng ini hanyalh bermuka 2
2023-03-06
3