Kredit Google.com
Grand Shamaya, sebuah hunian mewah yang terletak di wilayah Genteng, kota Surabaya. Kawasan apartemen dengan konsep Luxury Resort itu terlihat begitu megah jika dilihat dari luar.
Lendra mengembuskan nafasnya kasar, pria itu baru saja keluar dari apartemen miliknya di lantai 35. Setelah menghubungi Bian, Lendra bermaksud menuju lantai dasar apartemen itu, di mana sebuah ruang meeting berada. Dia akan bertemu kliennya di tempat itu.
Pria itu menunggu di ruang tunggu apartemen. Ruang tunggu yang bernuansa thematic garden lengkap dengan air terjun buatan. Lendra tengah memainkan ponselnya. Sedikit bosan dan juga kesal karena ternyata klien mereka terlambat dari waktu yang telah mereka sepakati.
Tanpa Lendra tahu, Livia berjalan masuk ke lobbi tempat itu. Livia tinggal di Grand Shamaya tapi beda tower dengan Lendra. Wanita itu mengerutkan dahi karena dari kemarin tidak bisa menghubungi nomor ibunya.
Satu keributan di depan lobi membuat Livia menoleh, pun dengan Lendra yang juga mengarahkan pandangannya ke depan sana. Livia berbalik karena suara teriakan kini terdengar. Begitu sampai di depan lobi dilihatnya seorang wanita menjadi korban penjambretan. Bagaimana seorang penjambret bisa masuk ke tempat se-elit ini?
Livia tergugu melihat si wanita, korban penjambretan menangis tersedu dengan seorang teman terlihat menenangkan. Livia menarik nafasnya pelan, cukup bersimpati dengan apa yang perempuan itu alami. Sampai panggilan dari Atta membuyarkan simpati Livia. Wanita itu berbalik, tubuhnya seketika membeku melihat sosok Lendra yang berdiri di hadapannya.
Waktu seolah berhenti untuk sesaat, Lendra jelas tidak percaya melihat Livia di tempat itu. Pun dengan Livia. Lima tahun menghindari Lendra tapi takdir mempertemukan mereka hari ini. Siapa sangka.
Suara panggilan Bian di ponsel Livia, terus berdering, tapi Livia mengabaikannya. Ingin rasanya Livia lari dari sana, namun kakinya tidak bisa digerakkan. Sementara di depan sana, Lendra mulai melangkahkan kakinya. Mengikis jarak di antara mereka. Tidak peduli dengan keributan yang kembali terjadi di sekitar mereka, karena si penjambret ternyata bisa ditangkap dan sedang diinterogasi oleh massa.
"Livia....."
Lirih Lendra. Dia sungguh tidak percaya bisa melihat wanita yang belakangan ini membuat kacau hatinya.
Panggilan Lendra membuat Livia kembali ke mode sadarnya. Wanita itu berlalu dari sana. Tapi Lendra dengan cepat menahan tangan Livia. Dua pasang mata itu sesaat saling pandang, hingga Livia memutuskan kontak mata mereka lebih
dulu.
Livia menepis tangan Lendra yang mencekal tangannya. Bukannya melepasnya, Lendra justru menarik tubuh ramping itu ke dalam pelukannya. Buncah rasa rindu dan bahagia itu bercampur menjadi satu. Ada isak lirih yang Livia dengar, saat Lendra memeluk tubuh Livia.
"Akhirnya aku menemukanmu."
Bisik Lendra dengan bibir bergetar. Untuk pertama kali, seorang Lendra menitikkan air mata karena seorang wanita. Pria itu mengeratkan pelukannya saat Livia berusaha melepaskan diri. Hingga desisan penuh ancaman dari Livia memaksa Lendra mengurai pelukannya.
"Lepaskan saya, Tuan Syailendra Yue Aditama."
Lendra menatap wajah Livia yang juga tengah menatapnya. Debar jantung itu terasa di dada masing-masing. Bagi Lendra, sosok Livia terlihat makin cantik, matang dan tentu saja menggoda.
Sedang gurat perih dan sakit hati jelas terlihat di wajah Livia. Sepintas bayangan si kembar membuat Livia dengan cepat meninggalkan Lendra tanpa kata. Livia pikir Lendra tidak akan mengikutinya, tapi dugaannya salah. Ketika pintu lift hampir tertutup, pria itu menerobos masuk. Bahkan di belakang Lendra ada banyak orang yang ikut masuk. Hal itu membuat tubuh keduanya terhimpit satu sama lain.
"Menyingkir dari hadapanku!"
Desis Livia nyaris tak terdengar. Karena posisi Lendra berada di depan Livia dengan wajah nyaris bersentuhan. "Kali ini, jangan harap kau bisa lari dariku. Livia Kaira." Balas Lendra di balik telinga Livia.
Mata mereka kembali beradu, hingga ringisan keluar dari bibir Lendra ketika heels tujuh senti Livia menginjak pantofel mengkilat yang Lendra pakai.
"Astaga, Via...Via.....!"
Livia mengacuhkan keluhan Lendra. Berjalan keluar lift tanpa mengecek lantai lebih dulu. Alamak, ini bukan lantainya. Dan bukan towernya. Livia memejamkan mata menahan kesal. Seolah tahu kalau Livia salah lantai, Lendra mulai mendekati wanita itu.
"Di mana kau tinggal? Apa di sini?"
Livia berjengit mendengar suara Lendra di balik telinganya. Begitu dekat. Saat berbalik, lagi-lagi Livia mendapati Lendra yang yang sangat dekat dengannya. "Bukan urusanmu!"
Ketus Livia. Wanita itu kembali masuk ke lift, tentu saja dengan Lendra yang mengekor di belakangnya. "Katakan lantainya, aku akan mengantarmu."
Satu lirikan tajam penuh peringatan Livia berikan. Wanita itu meraih ponselnya, dan sebuah kesalahan Livia lakukan. Karena Lendra dengan cepat merebutnya.
"Apa yang kau lakukan, ha?"
Marah Livia, tapi Lendra tidak peduli. Pria itu mengacuhkan usaha Livia untuk mendapatkan ponselnya kembali. Dengan ponsel terulur tinggi, pria itu memasukkan nomor ponselnya, lantas menekan ikon hijau di ponsel Livia. Hingga ponsel Lendra berdering
"Jangan dihapus!"
Lendra memberikan kembali ponsel Livia. Dengan wajah menantang, Livia langsung memblokir nomor Lendra tepat di hadapan mata pria itu. "Astaga, Livia!"
Geram Lendra. Tanpa peduli protes Lendra, Livia menghubungi Atta. "Bukakan pintu untukku."
Satu kalimat dari Livia membuat Atta mengerutkan dahi di ujung sana. Namun tak ayal pria 25 tahun itu menuruti keinginan Livia. "Kenapa malah pergi ke....."
Pertanyaan Atta menggantung saat melihat Livia yang berada di depan pintu dengan....Lendra. Ha? Kenapa cucu pimpinan tempatnya bekerja datang bersama Livia. Apa mereka punya hubungan? Seketika pertanyaan itu timbul di benak Atta.
"Pergi sana!"
Atta mendelik mendengar bagaimana judesnya Livia pada Lendra. Dia tidak percaya jika Livia bisa berlaku seperti itu pada orang lain.
"Gak ditawarin minum dulu? Gak disuruh masuk dulu?"
Tanya Lendra setengah menggoda. Hingga satu tatapan penuh ancaman kembali pria itu dapatkan dari Livia. Melihat Lendra yang terlihat santai dengan sikap Livia, bisa dipastikan jika dua orang di depannya ini saling mengenal. Mungkin akrab. Atta menyimpulkan.
"Pergi aku bilang!"
Suara Livia mulai meninggi, hingga akhirnya Lendra mengangkat tangannya. Oke, untuk hari ini dia akan menahan diri. Satu hal yang pasti, dia sudah menemukan Livia. Dan Lendra pastikan, kalau dia tidak akan melepaskan Livia kali ini.
Saat Lendra berjalan menjauhi Livia dan Atta, pria itu langsung menghubungi seseorang. "Awasi seseorang untukku." Satu perintah Lendra berikan. Setelahnya pria itu kembali ke lantai bawah. Masuk ke ruang meeting dengan wajah sumringah. Satu hal yang membuat Bian heran.
Sementara itu, Livia yang sudah kembali ke apartemennya, langsung mengacak rambutnya kasar. Bagaimana bisa dia bertemu dengan Lendra? Satu sosok yang lima tahun ini coba Livia kubur namanya dalam-dalam. Pria yang sudah menoreh luka sekaligus bahagia dalam hidupnya.
"Bagaimana ini? Dia sudah menemukanku. Apa yang harus aku lakukan?"
Livia berjalan mondar mandir di ruang tengah apartemennya. Sembari menggigit kuku, Livia mencoba melupakan pertemuannya dengan Lendra. "Ini pasti hanya kebetulan. Dia tidak akan mengganggu hidupnya lagi."
Livia berkeyakinan kalau Lendra tidak akan menemuinya lagi. Mereka tidak punya hubungan apa-apa, kecuali fakta kalau Lendra adalah ayah si kembar.
***
Up lagi readers,
Jangan lupa ritual jempolnya ditunggu.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
merti rusdi
bukan takdir, tapi author yang mempertemukan kalian 😄
2023-07-02
1
Mafufu Rawr
ini terpisah dari paragrafnya
2023-03-25
1
D᭕𝖛𝖎𖥡²¹࿐N⃟ʲᵃᵃ࿐
mukanya karena kami sendiri. Pintu gak akan terbuka dengan sendirinya.
2023-02-28
1