Kredit Pinterest.com
Livia keluar dari Juanda International Airport, setelah melewati serangkaian proses checkout di pintu kedatangan internasional. Wanita itu akhirnya dipilih oleh Vera untuk merampungkan masalah di pabrik mereka.
Satu pertimbangan yang diberikan oleh Vera dengan mengirim Livia kembali. "Aku tidak akan ikut campur. Tapi aku ingin takdir mempertemukan mereka. Aku ingin mereka menyelesaikan apapun yang terjadi lima tahun lalu."
Livia memakai kacamata hitamnya. Lalu berjalan menuju pintu keluar. Di saat bersamaan Lendra juga masuk ke ke tempat itu. Sepertinya keinginan Vera belum akan terwujud, sebab baik Livia maupun Lendra sibuk dengan ponsel mereka. Mereka saling melewati tanpa tahu wajah masing-masing. Hingga panggilan seorang pria pada Livia membuat Lendra menoleh.
Kredit Instagram.com @ queen_fff
"Bu Livia, mari saya bantu bawakan kopernya."
Lendra membalikkan badan, mendengar seseorang memanggil nama Livia. Tapi saat Lendra memindai pemandangan di depannya. Sosok yang dia cari tidak ada. Hanya sebuah mobil yang melaju menjauh dari pintu keluar.
Hati Lendra menyuruh mengikuti mobil itu. Tapi suara Bian menggagalkan semua. Lendra terpaksa mengikuti langkah Bian ke ruangan di mana klien mereka berada. Lendra terpaksa menandatangani kontrak kerja sama dengan kliennya di ruang tunggu VVIP bandara megah itu. Dikarenakan sang klien harus segera terbang ke negeri seberang.
"Langsung ke pabrik atau mau istirahat dulu?"
Atta, seorang asisten yang Vera tugaskan untuk menjadi tangan kanan Livia selama berada tempat itu.
"Ke pabrik aja." Wanita itu menjawab sembari memeriksa berkas yang diberikan Atta padanya. Wanita itu mengerutkan dahi membaca keseluruhan berkas yang berada di tangannya.
"Atta, dari mana kamu mendapatkan berkas ini?"
Tanya Livia tanpa sungkan karena usia mereka sebaya, lagipula Livia dan Atta sering terhubung lewat telepon atau virtual meeting.
"Pak Pramana, Liv, salah satu pemegang saham. Dia pemimpin mereka."
Livia semakin mengerutkan dahi. Kenapa ada tanda tangan dan stempel resmi Vera di berkas itu. Berkas penolakan pengangkatan karyawan outsourcing menjadi karyawan tetap untuk mereka yang sudah lima tahun bekerja di pabrik itu.
Hingga wanita itu meraih ponselnya, lantas menghubungi Vera. Menanyakan apa Vera pernah menandatangani surat penolakan pengangkatan karyawan outsourcing. Dan jawaban Vera sungguh mencengangkan. Wanita itu tidak merasa menandantangi berkas apapun yang dikirim dari Surabaya ataupun virtual sign dokumen apapun.
"Ada yang tidak beres."
Gumam Livia setelah mengakhiri panggilannya. Mobil itu melaju, mulai memasuki kawasan industri di daerah Rungkut. Cukup jauh mereka masuk, akhirnya mereka sampai di sebuah kawasan pabrik. Sangar besar. Pabrik di bawah label Tania and Co itu, sudah berkembang lebih dari lima kali lipat sejak kepemimpinan era Tania dan Vera hampir 30 tahun lalu.
Begitu Livia keluar dari mobil, seorang pria menyambut kedatangan Livia. Pria itu mempersilahkan Livia masuk.
"Dia mengirimkan seorang wanita untuk mengatasi kekacauan ini. Ciihhh, apa yang bisa dia lakukan. Aku pikir Christo yang akan datang."
"Kalau begini, semua akan jadi lebih mudah."
Dua pria tampak berbincang dari lantai lima gedung perkantoran pabrik itu. Dilihatnya Livia yang langsung ke area produksi pabrik garmen itu. Kembali, dua pria itu menyeringai penuh arti.
Di sisi lain, Lendra terlihat memasuki sebuah rumah minimalis. Sangat sederhana jika dibandingkan Green Hills yang dia tempati. Lendra pergi ke tempat itu tanpa Bian. Biasanya mereka akan pergi berdua.
Seorang wanita tampak menyambut kedatangan Lendra. Nampak sekali jika keduanya sudah saling kenal. Setelah berbasa basi sebentar, Lendra pun masuk ke dalam rumah, saat itulah seorang perempuan seumuran Lana keluar dari kamar.
"Eh ada Nak Lendra."
Kata wanita itu sumringah. Keduanya lantas duduk di ruang tamu. Lendra jelas terlihat senang, melihat keadaan wanita dihadapannya jauh lebih baik dari enam bulan lalu.
"Bagaimana keadaan Ibu?"
Wanita itu tersenyum, jika bukan karena pertolongan Lendra, mungkin dia masih tersiksa dengan penyakit syaraf terjepit yang dia derita. Wanita itu sangat bersyukur, ketika Lendra membawanya ke sini untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik bagi penyakitnya, enam bulan lalu.
"Sudah lebih baik. Terima kasih atas pertolongannya."
"Itu bukan apa-apa. Saya hanya mencarikan dokternya saja."
Memang Lendra hanya mencarikan dokter dan rekomendasi pengobatan terbaik untuk penyakitnya. Tapi semua biaya pengobatan, wanita itu menolak untuk dibiayai. Karena dia memiliki tabungan yang cukup. Tiap bulan, dia mendapat kiriman uang dari sang putri, Livia.
Perempuan yang ada di depan Lendra adalah Asna, ibu Livia. Tiga tahun lalu, dalam kegilaannya mencari Livia, Lendra nekat mendatangi kampung halaman Livia. Berbekal alamat dan nama Livia, Lendra dan Bian kala itu harus bersusah payah melewati jalan berlumpur dan becek untuk sampai ke desa Livia.
Medan buruk bukan halangan bagi Lendra, dia benar-benar ingin menemui Livia. "Astaga, aku pasti sudah gila. Mau menemani orang gila sepertimu."
"Lah kan situ emang sepaket sama aku. Gila!"
Ledek Lendra kala itu. Melihat bagaimana TRD Sportivo-nya berubah seperti traktor pembajak sawah setelah menempuh perjalanan sampai ke rumah Livia.
"Kau yang gila! Aku sih waras!"
Bian berjingkat melewati kubangan air dan genangan lumpur. Mengikuti langkah Lendra menuju sebuah rumah yang lumayan bagus untuk ukuran pelosok. Meski akses ke tempat itu seperti area balapàn motor trail.
Dari situlah interaksi antara Asna dan Lendra bermula. Wanita itu cukup terkejut saat Lendra memperkenalkan diri sebagai mantan atasan sang putri. Ingin mengajak Livia bekerja kembali dengannya. Tapi Asna kala itu tidak tahu di mana Livia berada. Sebuah nomor ponsel yang diberikan oleh Asna pun tidak aktif saat Lendra menghubunginya.
Tanpa Lendra tahu, Livia telah memberitahu sang ibu untuk tidak sembarangan memberikan nomor ponselnya pada siapapun tanpa seizinnya. Sejak saat itu, Lendra sering menghubungi Asna sekedar untuk bertanya mengenai keadaan wanita itu. Puncaknya, enam bulan lalu. Penyakit Asna memburuk, hingga perlu penanganan dari dokter orthopedi (ahli tulang) dan neurologi (ahli syaraf) diperlukan untuk menyembuhkan penyakit Asna. Kalau tidak, kelumpuhan mengancam wanita paruh baya itu.
Hingga Lendra memutuskan untuk membawa Asna ke Surabaya dan merekomendasikan klinik terbaik untuk mengobati penyakit Asna.
"Jadi masih belum bisa menghubunginya?"
Lendra bertanya to the poin setelah keduanya sekedar basa basi. Asna menggeleng pelan. Sejak dirinya pindah ke kota, Livia malah sama sekali tidak menghubunginya. Entah kenapa, nomor ponsel dengan kode Sidney, Australia itu sama sekali tidak bisa dihubungi.
Asna bahkan sudah memberikan nomor itu pada Lendra, satu hal yang membuat Lendra langsung memutuskan ikut sang papa mengunjungi Vera kala itu. Padahal dia bisa saja meminta bantuan Christo untuk mencari keberadaan pemilik nomor ponsel tersebut.
Tapi Lendra enggan melakukannya. Mengingat Christo adalah kubu Vera, tidak mendukung pernikahannya dengan Natalie. Apa kata Christo jika dia minta bantuan untuk mencari tahu keberadaan seorang wanita di kota itu. Yang ada Christo akan membulinya habis-habisan. Meledeknya kalau dia salah pilih dan sederet umpatan yang membuat telinga Lendra terasa panas.
"Sebenarnya apa hubungan Nak Lendra dengan Livia? Kenapa Nak Lendra begitu ingin menemui Livia? Padahal Nak Lendra sudah menikah kan?"
Wajah Lendra seketika berubah pias. Haruskan dia mengatakan yang sebenarnya? Tapi apa yang harus dia jelaskan. Hubungannya dengan Livia sungguh masih abu-abu, tanpa kejelasan apa yang terjadi sebenarnya di antara keduanya.
Cinta atau hanya hubungan semu tanpa ada rasa apapun di dalamnya. Lendra sendiri masih bingung dengan perasaannya sendiri. Bimbang dan serba salah.
****
Up lagi readers
Jangan lupa ritual jempolnya, ditunggu lo...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Mafufu Rawr
gengsi ;_;
2023-03-25
1
Mafufu Rawr
basa-basi lebih tepat
2023-03-25
1
@ℛᎧʂʂᥱᥒᥡᥲrN⃟ʲᵃᵃ࿐
Gapapa lah di buli dikit asalkan kamu bisa nemuin Livia, turunkan sedikit saja egomu itu 🤣
2023-03-17
1