Mirip

Kredit Pinterest.com

Vera bergegas pulang ke rumahnya ketika wanita itu menerima panggilan dari Vi. Sang putra mengatakan kalau dirinya sudah dalam perjalanan dari Bandara Internasional Kingsford Smith. Vera jelas kelabakan karena Vi sama sekali tidak memberitahu akan datang mengunjungi.

"Retno bisa jagain Irish, Nenek mau pulang."

Retno mengangguk paham. Sebab tadi Vera memang tengah menunggui Irish yang sedang bermain barbie di ruang tengah. Vera berjalan cepat, berharap dia tidak keduluan sang putra. Jarak airport dengan rumah Vera memang dekat, 20 menit sampai.

Vera baru saja selesai memberikan instruksi pada ART-nya untuk memasak, ketika terdengar suara mobil masuk ke halaman rumahnya. Terdengar suara orang bercakap-cakap, menarik perhatian Vera. Kenapa ramai sekali. Dia pikir hanya Vi seorang. Kenapa dia seperti mendengar suara...."

"Astaga, L!"

Vera memekik dalam hati. Sejak lima tahun terakhir, baru kali ini Lendra datang berkunjung ke rumahnya. Biasanya dia yang berkunjung ke Surabaya. Sembari mengecek pabrik garmen mereka. Lebih mengejutkan lagi ketika di belakang Lendra ada Natalie yang mengikuti. Wanita itu bergandengan tangan dengan Lana.

"Mama, kenapa malah bengong?"

Tanya Vi yang melihat Vera malah terdiam melihat dirinya dan yang lainnya datang.

"Ini bagaimana ceritanya?"

Vera malah melirik tanpa sadar ke rumah sebelah, rumah Livia yang terhalang tembok tinggi rumahnya. Tapi memiliki pintu penghubung ke rumah Livia.

"Halo, Ma."

Lana memeluk Vera, membuat wanita itu tersadar dari kebingungannya. Setelah Lana dan Vi masuk, giliran Lendra yang memeluk rindu sang nenek. Saat itulah mobil Christo masuk. Melihat Lendra, pria itu jelas terkejut. Sesaat Christo dan Vera saling pandang penuh arti.

Hingga pelukan ketus dari Natalie tidak terlalu diperhatikan oleh Vera.

"Ini bagaimana ceritanya L malah ke sini?"

Christo bertanya setelah yang lain masuk ke kamar masing-masing sesudah sejenak bercengkerama. Mendengar pertanyaan Christo, Vera malah memijit pelan hidungnya. Sebenarnya Vera tidak perlu cemas. Livia seperti mampir tidur di rumahnya. Sedang Irish hampir seharian di dalam rumah setelah pulang dari Kindergarten-nya alias sekolah TK.

Yang jadi masalahnya adalah bagaimana jika takdir Tuhan turut andil. Bisa saja Lendra dan Irish bertemu. Lendra tentu berhak tahu soal Irish dan Isac, bagaimanapun si kembar adalah anak Lendra.

Wanita itu juga tidak tahu bagaimana perasaan Livia untuk sang cucu. Lima tahun terakhir, Livia sama sekali tidak pernah bicara sedikitpun soal perasaannya. Apa yang wanita itu inginkan untuk hatinya, tidak seorang pun tahu. Hidup Livia hanya berisi kerja dan mengurusi si kembar serta menuntut ilmu waktu itu. Tidak ada hal lain yang Livia lakukan. Semua waktu dan perhatian wanita itu tercurah untuk sang buah hati dan pekerjaannya.

"Aku juga tidak tahu."

"Aku tidak bisa berbuat apa-apa, seandainya mereka bertemu. Aku pikir Livia dan Lendra harus menyelesaikan kesalahpahaman mereka lima tahun lalu."

"Apa kau akan mempertemukan mereka?"

Christo menggeleng. Satu hal yang tidak Livia ketahui adalah Vera nenek Lendra. Apa reaksi Livia jika dia tahu akan hal itu.

"Aku tidak bisa bayangkan seandainya Livia tahu kalau kita berkaitan dengan Lendra. Kalau nenek adalah nenek Lendra."

"Untuk itu aku akan menerima apapun konsekuensinya. Prioritasku adalah menjamin kalau cicitku baik-baik saja. Selebihnya akan aku terima apapun itu. Jika Livia mau membenciku. Aku juga tidak akan menolaknya."

Pada akhirnya Christo tahu cerita soal Livia dan Lendra dari mulut Bian. Pria itu tidak sengaja bercerita di acara pernikahan Lendra dan Natalie. Tapi itu baru dari pihak Lendra yang diwakili Bian. Christo perlu cerita dari dua sisi. Jadi pria itu tidak akan menyimpulkan apapun sampai mendengar versi Livia. Meski dari cerita Bian saja sudah bisa ditarik benang merah. Lendra pria brengsek.

Makan malam berlangsung penuh tawa. Vera mulai mengendurkan rasa cemasnya. Menuruti perkataan Christo untuk kestabilan tensi darah, yang harus tetap terjaga di usia lanjut. Meski Vera tidak menyukai kehadiran Natalie.

Wanita itu hanya berpura-pura baik di hadapannya. Vera tahu itu. Karena itu Vera tidak terlalu menanggapi obrolan Vera padanya.

"Nenek tua bau tanah. Awas ya sudah mengabaikanku." Batin Natalie kesal.

Sementara itu saat makan malam berlangsung di rumah Vera, mobil Livia masuk ke parkiran rumah mungilnya.

Kredit Pinterest.com

Suara tawa Irish seketika terdengar sampai ke rumah Vera. Hingga semua jadi kepo dengan suara tawa Irish.

"Sebelah punya anak kecil apa?"

Lana bertanya gemas.

"Iya, perempuan, umur lima tahun."

Jawab Vera sembari melirik Lendra yang tampak mesra dengan Natalie. Sepertinya pria itu tidak mendengar perkataan Vera.

"Wah, pasti lucu-lucunya. Jadi pengen ketemu."

"Dia pagi sekolah TK. Mungkin siang kalau sudah pulang dia ada di rumah."

Jawab Christo ambigu. Hal ini menarik perhatian Lendra. Setahu Lendra, Christo tidak suka anak kecil. Kenapa sekarang pria itu jadi perhatian sekali pada seorang anak kecil.

"Sejak kapan kamu suka anak kecil?"

Christo mengangkat wajahnya. Menatap Lendra dengan pandangan sinis.

"Sejak dia pindah ke sebelah."

Christo memejamkan mata, saat Vera mencubit tangan Christo di bawah meja. Tidakkah Christo sadar, kalau perkataannya memancing rasa ingin tahu Lendra. Sang cucu sangat berbahaya jika rasa keponya sudah timbul.

Pasalnya Vera tidak tahu soal keinginan Livia. Apa wanita itu mau bertemu Lendra atau tidak. Apa Livia mengizinkan Irish bertemu sang ayah atau tidak. Meski Lendra ayah biologis Irish dan Isac, tapi selama ini wanita itu yang pontang panting merawat si kembar. Mulai hamil tanpa kehadiran ayah si jabang bayi. Sampai melahirkan normal di usia kandungan 36 minggu, sendirian. Karena Livia sudah mengalami kontraksi waktu itu.

Christo yang sejak awal bertekad menemani Livia lahiran tidak bisa datang tepat waktu sebab berada Melbourne kala itu. Pria itu sampai saat Isac dan Irish sudah lahir.

Pagi menjelang, Christo pergi ke rumah Livia setelah matahari terbit. Berjalan melewati pintu penghubung. Tak berapa lama terdengar suara renyah Irish, menyambut pria yang dipanggilnya papa tersebut.

"Kenapa Papa gak mampir semalam?"

Begitulah protes Irish, hingga Christo terpaksa membujuk "putrinya" itu. Pada akhirnya protes Irish luluh setelah Christo menemani gadis kecil itu bermain boneka berbie kesayangannya. Sesimple itu.

*

Lana tengah berjalan pagi menyusuri jalanan sekitar rumah sang mama. Kebiasaan Lana kalau berada di sana. Sampai di depan rumah Livia, wanita itu berhenti. Melihat Irish yang tampak menunggu di depan pintu gerbang garasi yang terbuka. Wanita itu mengerutkan dahi. Baru saja akan menyapa. Livia sudah mengajak Irish masuk ke mobil dengan Retno mengekor masuk ke kursi belakang.

"Ibu, ada tante cantik di depan."

Seru Irish saat melihat Lana yang melihat ke arah mobil mereka. "Sapa dong. Ingat, Irish harus ramah pada siapapun."

Yang terjadi selanjutnya, Lana mengembangkan senyum kala Irish melambaikan tangannya sembari berucap," Hai, tante cantik." Bersamaan dengan mobil Livia yang melintas di depan Lana.

"Anak itu? Tidakkah dia mirip dengan seseorang. Tapi siapa?"

Lana tampak berpikir, mengingat wajah Irish mirip dengan orang yang dia kenal. Tapi wanita itu tidak ingat.

***

Up lagi readers

Jangan lupa ritual jempolnya 😘😘😘😘

****

Terpopuler

Comments

Bzaa

Bzaa

mirip kamu kecil lan😆

2023-05-14

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

mirip anak lu awoakowk

2023-03-25

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

Irish chan wa kawaii :3

2023-03-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!