Mencurigakan

"Bu..."

Seorang gadis kecil dengan rambut panjang hitam, dikuncir dua. Menyambut kedatangan Livia saat wanita itu turun dari mobil. Dengan Christo mengekor di belakang Livia.

Kredit Pinterest.com

Nice to meet you Irish Isabell

Anak kecil bermata bulat besar itu langsung memeluk sang mama. Dia menangis dalam gendongan Livia. Livia sendiri mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh menganak sungai. Melihat air mata Irish adalah sebuah luka tersendiri bagi Livia. Berulangkali dia bertanya, bagaimana untuk mengembalikan senyum putri tunggalnya. Livia tahu benar, tawa Irish saat ini adalah palsu.

"Kakak pergi karena Irish, Bu."

Livia menggeleng, untuk anak berumur lima tahun, perasaan Irish terlalu peka. Dia selalu menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada sang kakak.

"Jangan begitu, Irish. Ibu yang salah, kalian tidak salah."

Kata Livia dengan bibir bergetar. Dia tidak sanggup melihat Irish menangis dalam pelukannya.

"Liv, apa kau sama sekali tidak ingin mempertemukan mereka? Bagaimanapun Irish dan Isac putranya."

Pertanyaan itu kerap melintas di kepala Christo, tapi tidak pernah terucap dari bibirnya. Entahlah sampai kapan Livia akan menyimpan rahasia ini. Sejak kecil Irish dan Isac menganggap Christo ayah mereka. Sebab hanya pria itu yang selalu ada di samping sang ibu.

"Pa...Papa gak marah kan sama Irish."

Lamunan Christo buyar ketika suara imut Irish masuk ke telinga pria 27 tahun itu. Dengan cepat Christo menggendong tubuh Irish."Tentu saja tidak. Siapa sih yang bisa marah sama cewek secakep Irish." Kata Christo sambil menoel hidung Irish.

Livia memutar matanya jengah. Christo memang sosok penyayang dan bapakable. Tapi pria itu kadang membawa ajaran sesat untuk Irish dan Isac. Seperti beberapa kata yang seharusnya belum boleh diketahui oleh si kembar.

Hanya saja Livia tidak bisa berbuat banyak. Dulu si kembar perlu figur seorang ayah. Dan Christo bersedia melakukannya. Christo tahu benar rasanya tumbuh tanpa sosok orang tua. Karena itu dia bersedia menjadi sosok ayah pura-pura bagi si kembar.

Ketiganya keluar dari Rookwood General Cemetary, sebuah pemakaman umum yang terletak 17 km dari pusat bisnis Sidney. Isac dimakamkan di sana dengan tempat khusus yang Vera sediakan. Livia menoleh, menatap ke arah makam yang dibangun di sebuah bukit. Hingga dari pintu masuk, makam Isac sudah terlihat.

"Andai Ibu hanya sendiri, Ibu ingin menyusulmu, Nak."

Air mata itu kembali luruh. Hingga tawa Irish membuat Livia sadar. Dia masih punya Irish, gadis itu satu-satunya alasan bagi Livia untuk bertahan. Bagaimanapun keadaannya. Di depan sana, tawa Irish kembali pecah, Christo memang pandai membuat suasana hati Irish membaik.

"Bu, mau makan pie."

Pinta Irish gemas. "Tapi syaratnya...."

"Irish nanti gocok didi. Irish ingat."

Christo menarik dua sudut bibirnya. Ada beberapa kata yang Irish belum fasih mengucapkannya. Tapi itu justru membuat Irish terlihat imut. Irish dan Isac adalah dua sifat yang Lendra miliki. Isac memiliki sikap dingin Lendra pada orang yang belum pria itu kenal. Sedang Irish adalah sisi hangat Lendra saat bersama keluarga pria itu.

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksimu jika kau tahu punya sepasang anak kembar. Meski Isac sudah pergi."

*

*

"Aku pikir akan mengunjungi Mama akhir bulan depan."

Vi berkata saat makan malam berlangsung. Hanya ada empat orang di meja makan. Sebab Lira memilih menjadi asisten Hugo, daripada meneruskan fashion magazine milik sang kakek.

Natalie juga tidak biasanya berada di rumah. Biasanya wanita itu lebih suka menghabiskan waktunya di luar rumah. "Kalian mau ikut? Sekalian bulan madu lagi."

Lana menawarkan. Natalie menatap sang suami yang tampak acuh. Cinta itu benar-benar sudah pudar di hati Lendra. Sejak kejadian keguguran itu, Lendra selalu menyalahkan Natalie. Lendra berpikir seandainya Natalie mau diam di rumah atau mengurangi kesibukan di luar rumah, keguguran itu tidak akan terjadi.

"Lendra gak bisa, Ma. Pekerjaan Lendra menumpuk. Nanti Lendra pergi sendiri kalau kerjaan Lendra agak senggang."

Lana dan Vi hanya bisa saling pandang. Vera jelas menunjukkan ketidaksetujuannya saat Lendra memutuskan menikahi Natalie. Bahkan wanita itu memilih tidak menghadiri pernikahan cucu sulungnya. Hanya Christo yang datang sebagai wakil sang nenek. Hal yang membuat Lendra kecewa. Dia memerlukan restu Vera dalam pernikahannya.

Natalie berseru senang dalam hati. Dia tidak menyukai Vera, sebab dia tahu kalau nenek Lendra itup tidak menginginkan dirinya menjadi bagian keluarga Aditama. "Baguslah, aku tidak perlu berpura-pura baik di depan wanita tua itu." Batin Natalie.

"Oh ya Nat. Tadi Mama ketemu Rafi, kata dia kamu pergi ke rumah sakit beberapa hari lalu. Benarkah?"

Natalie hampir tersedak, bagaimana dia bisa lupa kalau rumah sakit itu milik Rafi. "Ah.... itu Ma, Nat ketemu dokter obgyn, konsul. Kan aku ingin hamil."

Ucapan Natalie membuat Lana dan Vi tersenyum, tapi tidak untuk Lendra. Pria itu malah curiga dengan kunjungan Natalie ke rumah sakit.

"Sepertinya aku harus mencari rumah sakit lain." Batin Natalie.

"Apa yang kau lakukan di rumah sakit?"

Pertanyaan itu yang terucap dari bibir Lendra. Saat keduanya sudah berada di kamar. "Aku konsul ke dokter obgyn. Ngapain lagi."

Kata Natalie sambil masuk ke walk in closetnya, mengganti pakaian menjadi seragam dinas andalannya, lingerie. Begitulah kebiasaan Natalie setiap malam. Dia berharap bisa memperbaiki hubungannya dengan sang suami yang memburuk akhir-akhir ini. Juga perasaan curiga yang mulai muncul di hati Lendra. Caranya? Tentu saja menyelesaikan semuanya diatas ranjang. Biasanya cara itu efektif untuk sepasang suami istri. Tak terkecuali Lendra dan Natalie.

*

*

"Ndra, ada yang ingin aku beritahu."

Bian masuk ke ruang kerja Lendra dengan nafas memburu. Dia baru saja mendapat kabar dari seorang temannya, yang seorang ahli IT. Bian merasa curiga dengan transfer uang yang Livia lakukan tiap bulannya. Pria itu ragu kalau itu benar. Bukankah di era ini semua hal bisa direkayasa.

"Soal apa?"

"Lihat ini."

Lendra menerima sebuah berkas dari tangan Bian. Lendra membolak balikkan kertas itu. Lantas membacanya dengan teliti. Beberapa waktu keduanya terdiam. Bian membiarkan Lendra menggunakan waktunya untuk menelaah laporan itu. Sembari menunggu, tangan Bian meraih berkas yang ada di meja Lendra, lantas mulai memeriksanya.

"Apa ini? Dia bilang tranfer itu bukan dari Livia. Oohh... maksudku bukan dari tempat itu?"

Bian mengangguk, mata keduanya saling pandang.

"Apa aku harus menyelidikinya lagi?"

Bian mengedikkan bahu. Dia pikir ada yang tidak beres soal menghilangnya Livia. Bian menduga perginya Livia tidak sesederhana seperti apa yang dia pikirkan. Jika wanita itu pergi tanpa masalah. Seharusnya Livia memberitahu sang ibu di mana dia tinggal juga keadaannya.Tapi ini tidak. Ibu Livia tidak tahu apa-apa soal sang putri.

Lendra masih penasaran soal Livia. Kenapa tiba-tiba wanita itu menghilang. Setelah mengatakan akan menikah dengan Pasha lima tahun lalu. Ini sangat mencurigakan.

****

Up lagi readers,

Jangan lupa ritual jempolnya...

***

Terpopuler

Comments

Ririn Nursisminingsih

Ririn Nursisminingsih

hadeuch co kok boding banget selidiki istrinya tuh yg selingkuh..

2023-06-06

0

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

ada typo bagian "itu"

2023-03-22

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

aowkaowko

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!