Jangan Pergi

Kredit Pinterest.com

Gedung Opera Sidney atau kita mengenalnya sebagai Sidney Opera House di New South Wales Australia, adalah salah satu bangunan abad ke-20 yang masuk kategori unik dan terkenal. Gedung ini terletak di Bennelong Point di Sydney Harbour, dekat Sydney Harbour Bridge. Hingga pemandangan dari dua tempat ini menjadi ikon tersendiri bagi Australia. Gedung yang berfungsi sebagai pusat seni pertunjukan ini dirancang oleh Jorn Utzol dan Peter Hall, dengan gaya arsitektur arsitektur modern, arsitektur ekspresionis. Bangunan setinggi 65 meter ini mulai dibangun pada 2 Maret 1959 dan diresmikan pada 20 Oktober 1973.

Sumber Wikipedia

Sementara itu, berjarak beberapa menit dari Sidney Opera House, terdapat Sidney Central Business District (CDB) atau sering disebut juga sebagai The City. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan utama di Sidney, Australia. Membentang sepanjang 3 km dari Sidney Cove, titik pemukiman pertama Eropa. Poros utara-selatannya berawal di Circular Quay di utara, ke stasiun kereta Central di selatan. Poros timur-barat membentang sepanjang Hyde Park, The Domain, Royal Botanic Gardens dan Farm Cove di Sidney Harbour timur, ke Darling Harbour dan Western Harbour di barat. Kawasan ini merupakan distrik bisnis pusat terbesar dan tersibuk di Australia

Sumber Wikipedia

Di salah satu bangunan pencakar langit di Sidney Central Bussines Distric, terlihat seorang wanita yang tengah serius dengan berbagai macam berkas yang bertebaran di atas mejanya. Tidak peduli pada jam makan siang yang hampir usai, wanita dengan kacamata baca bertengger di hidung mancungnya tersebut, terus saja bekerja.

"Livia.....ambil makan siangmu dulu. Berapa kali kubilang untuk mengisi perutmu."

Ya, wanita itu Livia. Bukannya lekas menuruti perkataan Christo, wanita itu hanya nyengir, sambil menunjukkan deretan gigi putihnya. Kode sebentar lagi Livia buat, hingga Chtisto dengan gemas menjauhkan laptop dari depan Livia.

"Masih gak ingat minggu lalu kamu pingsan, harus dirawat gara-gara asam lambung akutmu itu. Makan dulu, atau kau mau buat Irish menangis bombay lagi, melihat mamanya terkapar di bed rumah sakit."

Livia mencebik kesal mendengar omelan Christo yang melebihi panjangnya rel kereta api.

"Iya-iya, aku makan. Bawel amat sih."

"Bawel sih, makanya gak nikah-nikah."

Kekeh Livia dalam hati. Wanita itu mulai mengambil makan siang yang telah disediakan oleh Katy, asisten pribadinya. Livia akhirnya memutuskan menerima tawaran Vera untuk ikut ke Sidney lima tahun lalu. Bersama Christo, keduanya menjadi tangan kanan untuk wanita yang telah berusia lanjut itu. Sebagai balas budi atas pertolongan Vera, Livia rela melakukan apapun yang Vera inginkan.

Lima tahun lalu, Livia datang ke Sidney dalam kondisi lemah. Dia harus di rawat di salah satu rumah sakit di Sidney selama seminggu. Sebelum diizinkan pulang. Livia jelas bahagia saat dia tahu, dirinya mengandung bayi kembar. Namun binar bahagia itu memudar kala teringat siapa ayah dari bayi itu.

Setelah pulang dari rumah sakit, Vera menempatkan Livia di rumah yang berada di sebelah huniannya. Ini untuk menghindari pertemuan antara Lendra dan Livia. Padahal Vera selalu tinggal dengan Livia, dia menggunakan rumahnya sendiri jika keluarganya berkunjung. Dengan kekuasaan yang Vera miliki, Lendra benar-benar kehilangan akses untuk mencari Livia.

"Pulanglah lebih awal hari ini."

Gerakan tangan Livia terhenti. Nafasnya tiba-tiba terhenti. Dadanya terasa sesak seketika.

"Irish memerlukanmu. Kamu tahu itu."

Livia mengangguk pelan. Meski berat dia harus menghadapinya. Irish memerlukan dirinya. Bulir bening itu tiba-tiba mengalir begitu saja dari sudut mata Livia. Wanita yang mulai di segani di dunia bisnis itu menunjukkan sisi rapuhnya di depan Christo. Pria yang selama lima tahun ini menjadi tempat berbagi dan bersandar untuk seorang Livia.

"Menangislah."

Benar saja, tangis Livia pecah begitu Christo merengkuh bahu wanita itu. Wanita yang selalu terlihat kuat dan tegas itu mendadak menjadi lemah.

"Aku ibu yang buruk untuk anak-anakku. Menjaga anak saja aku tidak becus......"

"Berhenti menyalahkan dirimu, Liv. Kecelakaan itu tidak ada hubungannya denganmu. Itu murni musibah."

"Tetap saja itu kesalahanku. Andai aku tidak terlambat menjemput mereka. Mungkin Isac masih bersamaku dan Irish."

"Menangislah jika ingin menangis. Tapi jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kau tidak boleh terlihat lemah di depan Irish. Dia sama terlukanya denganmu. Kami sama kehilangannya dengan kalian."

Untuk beberapa waktu, Livia menumpahkan semua kesedihannya dalam pelukan Christo. Pria yang menjadi saksi sekaligus teman jatuh bangunnya Livia dalam menata kembali hidupnya. Christo tahu jelas bagaimana kerasnya Livia berjuang menghadapi semua rintangan juga pasang surut perasaan yang kerap membuat Livia berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Hingga kekuatan Livia untuk bangkit dari keterpurukkan keadaan menyala kembali. Saat tangis Irish dan Isac membahana di ruang bersalin. Sepasang bayi kembar yang langsung mengklaim dirinya sebagai putra seorang Syailendra Yue Aditama. Bagaimana tidak, sejak bayi itu lahir, wajah keduanya sangat mirip dengan sang ayah.

"Ck..ck....L benar-benar memonopoli gen si kembar."

Christo bergumam sembari menggendong Isac kala itu. Sementara Vera langsung tidak bisa berkata apa-apa. Ketika Irish berada dalam dekapannya.

"Cicitku." Batin Vera setengah geram. Bagaimana bisa Lendra mempermainkan Livia hanya demi taruhan konyol hingga Livia hamil.

Hari-hari Livia kembali berwarna dengan kehadiran si kembar. Wanita itu mengasuh si kembar dibantu Retno, teman satu kontrakan yang dia bawa ke Sidney. Retno, satu nama yang pada akhirnya mengetahui kepahitan yang sudah Livia lalui.

Sembari mengasuh Isac dan Irish, Livia mulai terjun ke dunia bisnis dengan bimbingan Vera dan bantuan Christo. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan dan value dirinya di dunia bisnis. Livia mengambil kuliah di University of Sidney dengan jurusan managemen bisnis. Wanita itu berhasil lulus dengan predikat terbaik. Satu hal yang menjadi kado istimewa bagi ulang tahun si kembar yang keempat.

Kemampuan Livia membuat Vera semakin yakin telah menemukan penerus bisnisnya. Bagaimanapun juga Livia adalah ibu dari cicitnya. Diam-diam wanita itu telah berdiskusi dengan Christo. Mereka akan mulai mengalihkan aset Vera atas nama cicit kembarnya kala itu. Tes DNA diam-diam bahkan sudah dilakukan untuk menguatkan alasan pengalihan aset Vera pada Isac dan Irish. Tes yang membuat Vera menangis haru. Si kembar memang cicitnya.

Namun empat tahun kebahagiaan Livia kembali terenggut kala sebuah kecelakaan merampas paksa permata hatinya dari kehidupan wanita itu. Isac meninggal dalam musibah tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya hati Livia saat memeluk tubuh Isac yang terbujur kaku di hadapannya.

Tangis pilu Livia kembali menyiratkan bagaimana sedihnya hati single mom itu. Berkali-kali dia memanggil nama sang putra, tapi kenyataan pahit harus dia terima. Sang putra tak mungkin kembali lagi padanya.

"Jangan pergi. Jangan tinggalkan ibu. Isac sayang, jangan pergi."

Kalimat itu yang beberapa hari selalu diucapkan oleh Livia, setelah pemakaman Isac selesai dilakukan.

****

Up lagi guys...

Jangan lupa ritual jempolnya....

***

Terpopuler

Comments

Siti Nurjanah

Siti Nurjanah

kok pakai meninggal salah satu dr anak Livia?

2023-10-01

1

Bzaa

Bzaa

duhhhh kasian isaac

2023-05-14

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

gw rasa Christo jadi ada perasaan ke Livia

2023-03-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!