Kredit Pinterest.com
"Bagaimana?"
Christo dan Diaz langsung berdiri menyambut Rafi yang baru saja keluar dari ruang tindakan UGD. Pria itu melepas maskernya, lantas menatap pada Christo dan Vera.
"Katakan saja."
Suara Vera terdengar lirih. Tidak tahu kenapa, dia begitu mencemaskan Livia. Wanita yang baru saja dia temui. Bahkan bicara pun belum. Tapi seolah dia dan Livia punya kedekatan khusus.
"Luka di kepalanya cukup serius. Untung kalian cepat membawanya ke sini. Tapi....."
Rafi kembali melihat pada tiga orang yang berdiri di hadapannya. Sedikit ragu untuk berucap.
"Bagaimana kandungannya?"
Pertanyaan Vera membuat Rafi menatap wanita berusia lanjut tersebut. Saat Vera menanyakan hal itu, bisa Rafi pastikan kalau Vera tahu kondisi Livia.
"Perdarahannya hebat. Tim obgyn sedang berusaha..."
Tubuh Vera lemas seketika. Diaz dengan cepat menahan bahu Vera agar tidak tumbang dari kursi roda. "Lakukan apapun untuk menyelamatkan keduanya. Aku memintamu dan aku memaksamu."
Perkataan tegas Christo mewakili apa yang Vera inginkan. Bagaimanapun bayi itu tidak bersalah. Bayi itu berhak hidup, tidak peduli ada darah Lendra atau tidak dalam janin itu. Sesaat Christo dan Rafi saling tatap. Hingga pria itu kembali masuk ke ruang UGD.
"Dia akan baik-baik saja, Nek." Christo coba meyakinkan Vera, meski dia sendiri tidak yakin. Dalam hati Christo, dia bertekad akan menyelidiki kejadian ini.
Beberapa waktu berlalu, Vera pun menurut ketika Christo meminta wanita itu untuk pulang dan beristirahat. Diantar Diaz, wanita itu berlalu dari hadapan Christo.
*
*
Pagi menjelang, Christo membuka matanya, ketika Rafi menepuk bahu pria itu. Tatapan mata Christo seolah bertanya, semalaman pria itu menunggu Livia di luar ruang UGD. Tidak beranjak sama sekali dari kursi tunggu ruangan itu.
"Dia bisa bertahan."
Christo langsung menghembuskan nafasnya penuh kelegaan. "Bagaimana kondisinya sekarang?"
"Masih lemah. Perdarahan dikepalanya bisa ditangani. Tapi yang lain masih harus diobservasi lagi. Terutama kandungannya. Dia pacarmu?"
"Sembarangan. Gak kober pacaran aku."
Rafi terkekeh, Christo yang asli Sidney bisa bahasa campur aduk. Tatapan mata Rafi penuh tuntutan akan jawaban. Hingga akhirnya Christo bercerita siapa Livia. Dan sedikit cerita yang Christo akui masih abu-abu. Dia belum memastikan akan hal itu. Rencananya Vera baru akan menanyai Livia soal hubungannya dengan sang cucu. Tapi Livia sudah lebih dulu terluka.
"Jadi ada kemungkinan itu anak Lendra?"
Tanya Rafi kepo. Rafi adalah putra Riko dan Kanaya, sahabat orang tua Lendra. Pemilik rumah sakit tempat Livia dirawat. Mendengar pertanyaan Rafi, Christo mengangguk.
"Pantas saja janinnya bisa kembar."
Christo langsung mendelik tidak percaya mendengar gumaman Rafi. Ini berita mengejutkan.
"Kau serius? Benar Livia hamil kembar?"
"Iya....jadi tidak heran kalau itu anaknya Lendra. Om Jayden kan kembar sama Om Lee."
"Yang kembar kan kakeknya. Masak bisa nurun ke anaknya Lendra, uuppss masih diragukan."
"Bisa saja."
Tak lama Rafi pun menjelaskan soal bagaimana genetik kembar bekerja. Dan Christo akhirnya manggut-manggut paham. Dia jadi semakin yakin anak Livia anaknya Lendra.
"Oh iya...apa kalau masih dalam kandungan begitu...kita bisa melakukan tes DNA?"
Rafi pun memandang Christo sambil mengerutkan alisnya. Kenapa mereka masih perlu tes DNA?
"Kami hanya ingin memastikan kalau anak Livia, anak Lendra. Jadi bisa tes DNA saat bayi masih dalam kandungan?"
"Bisa setelah usia kehamilan di atas 10 minggu. Dan usia kehamilan wanita itu 13 minggu."
Christo tersenyum puas. Mereka bisa melakukaan tes untuk mengetahui bayi itu anak Lendra atau bukan. Namun rona bahagia itu seketika memudar, kala Rafi menyatakan tidak yakin bisa melakukan hal itu dengan kondisi Livia saat ini. Mengingat prosedur-nya cukup rumit. Rafi takut hal itu akan membuat kondisi Livia tidak stabil.
"Kita bicarakan lagi ini nanti."
Rafi mengangguk paham. "Oh ya Raf, bisa rahasiakan semua ini dari Lendra. Aku tidak tahu apa yang terjadi antara keduanya, tapi Livia
sepertinya tidak ingin Lendra tahu soal kehamilannya."
"Tapi dia ayahnya, ada kemungkinan begitu kan?"
Pada akhirnya Christo menceritakan sedikit soal Lendra dan Livia. Hingga Rafi pun bersedia menyimpan semua ini.
"Lendra memang brengsek."
Christo tersenyum mendengar umpatan Rafi. Tak berapa lama, Christo menghubungi Vera. Bisa dibayangkan bagaimana leganya hati Vera mendengar keadaan Livia boleh dikatakan baik. Meski belum sepenuhnya baik. Setidaknya luka dan kandungannya bisa ditangani oleh Rafi dan yang lainnya.
Mengabaikan pertanyaan kepo dari Lana, Vera melesat pergi ke rumah sakit dijemput Diaz. Hal yang membuat Vi dan Lana sedikit curiga. Mengingat Christo tidak pernah absen dari sisi sang mama. Tapi setelah Vi menghubungi Christo, ayah Lendra itu tidak lagi mencurigai sikap Vera. Sebab Christo menjawab kalau banyak masalah terjadi di pabrik garmen mereka. Jadi dia dan Vera harus bekerja ekstra untuk menyelesaikan masalah itu sebelum mereka bertolak ke Sidney minggu depan.
Padahal pria itu baru saja selesai mandi di ruang kerja Rafi, meminjam pakaian Rafi sebelum Diaz datang membawa pakaiannya. Saat itulah, seorang perawat datang. Memberitahu kalau Livia sudah sadar. Rafi dan Christo segera menuju ruang rawat Livia. Di mana wanitu itu tampak diam dengan sejuta angan dan tanya memenuhi kepalanya.
Apa yang terjadi? Itulah kalimat pertama yang Livia katakan. Christo pun menceritakan semuanya. Anehnya, Livia tidak takut saat berhadapan dengan Christo. Pria itu memiliki aura sama dengan Bian. Bisa dipercaya dan nyaman untuk diajak bicara.
Tak berapa lama Vera masuk. Christo memperkenalkan Vera, tanpa menggunakan embel-embel nama Aditama. Hingga Livia tidak curiga. Saat Livia bercerita soal dirinya, dari situlah Christo dan Vera tahu semuanya. Vera jelas marah dengan ulah sang cucu. Tapi itu akan jadi urusan nanti.
Yang terpenting sekarang, memulihkan keadaan Livia. Vera cukup terkejut ketika Livia berniat pergi dari kota ini. Dia tidak mau bertemu Lendra. Dia tidak ingin bertemu Pasha. Dia hanya ingin hidup tenang sambil membesarkan anaknya. Meski tanpa ayah, Livia yakin bisa melakukannya.
Hingga setelah berdiskusi dengan Christo, Vera memberanikan diri bertanya. Dua wanita itu menjadi dekat dalam sekejap.
"Apa kamu mau ikut dengan kami? Kami akan pulang ke Sidney minggu depan."
"Tapi Nek, saya bukan siapa-siapa Nenek. Saya cuma orang lain. Kenapa Nenek begitu baik padaku?"
Ucapan Livia dijawab cepat oleh Christo. "Aku juga bukan siapa-siapanya, Nenek. Aku cuma anak pungut yang....aduuhh...sakit, Nek."
Christo meringis saat Vera mencubit tangannya. Dan kejadian itu memancing senyum Livia.
"Pikirkan tawaran kami."
Perkataan Vera membuat Livia terdiam. Dia ingin pergi sejauh mungkin dari kota ini. Tapi Sidney, apa itu tidak terlalu jauh. Lalu bagaimana dengan ibunya. Vera sendiri sudah bertekad untuk menjaga Livia. Ada bayi tidak bersalah yang dipertaruhkan jika Livia terus berada di sini. Besar kemungkinan kejadian kemarin bisa terulang lagi.
Livia terdiam, sekali lagi dia memikirkan tawaran Vera, wanita yang tiba-tiba muncul dalam kehidupannya.
***
Up lagi semua...
Jangan lupa ritual jempolnya ditunggu....
Like, dan komennya...
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Dewi Nirwani
kok gampang bgt livia cerita pribadinya ke org gak dikenal.. livia ikut nenek lendra jd sama aja boong dong...
2023-05-31
1
Mafufu Rawr
Oh? Livia langsung cerita tentang Lendra??
2023-03-22
1
Mafufu Rawr
ini enter setelah paragrafnya kepencet ya? atau errod noveltoon? karena di tempat gw kalimatnya kepisah
2023-03-22
1