"Apa kamu bilang?"
Pertanyaan Vera membuat Christo menarik nafasnya dalam, baru menjawab.
"Diaz mengatakan kalau Livia mengaku hamil."
Giliran Vera yang menghembuskan nafasnya kasar.
"Apa L tahu?" Christo menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Aku pikir tidak. Nek, kalau Lendra tahu, dia tidak mungkin lepas tanggung jawab. Lendra memang brengsek tapi aku pikir dia tidak seburuk itu."
Vera mengetuk-ngetuk meja dengan penanya. Dia tidak tahu alasan Livia menyembunyikan kehamilannya dari sang cucu.
"Apa kau yakin itu anak L?"
Christo sudah menyelidiki Livia cukup lama. Sejak wanita itu menjadi sekretaris Lendra. Dan selama itu tidak ada laporan aneh soal Livia. Satu-satunya hubungan yang pernah dijalani Livia adalah dengan Lendra. Melihat sifat Lendra, bukan tidak mungkin Lendra berhasil membawa Livia naik ke ranjangnya. Dan memang begitulah kejadiannya.
"Selama di sini, dia hanya menjalin hubungan dengan Lendra."
Vera terdiam sejenak, apapun alasan Livia, ada kemungkinan itu adalah anak sang cucu, yang berarti cicitnya. Vera tidak mungkin membiarkan Livia berjuang sendiri di luar sana.
"Suruh Diaz untuk mengawasi Livia. Jangan biarkan hal buruk terjadi pada wanita itu. Kita akan melakukan tes DNA kalau ada kesempatan. Aku tidak mau dia curiga kalau kita mengawasinya. Mengingat dia sepertinya sangat membenci L."
Christo mengangguk paham, lalu keluar dari ruangan Vera. Mereka terpaksa tinggal selama beberapa waktu ke depan. Karena ada masalah dengan pabrik garmen mereka.
Di sisi lain, Lendra tampak memijat pelipisnya pelan. Selain masalah kantor, masalah Livia cukup menyita perhatiannya. Dia ingin bertemu Livia dan bertanya. Soal apa yang terjadi antara mereka. Dia juga ingin minta maaf sekaligus menjelaskan kesalahannya. Tapi sampai sekarang dia tidak bisa menemukan keberadaan Livia. Bahkan Bian pun tidak bisa menghubungi nomor Livia. Padahal Livia sudah memberikan nomornya yang baru.
Menurut Bian, Livia sudah pergi dari kontrakannya. Pindah entah ke mana. Lendra jadi tidak habis pikir, kenapa dunianya yang baik-baik saja, tiba-tiba berantakan sejak kehadiran Livia. Bisa dikatakan dalam tiga bulan memacari Livia, Lendra berhenti jadi badboy. Dia akan stay di kantor sampai waktunya pulang. Lalu pulang ke Green Hills tanpa singgah lebih dulu ke tempat yang berjuluk klub malam.
Sebuah perubahan yang membuat Bian heran. Hingga pada akhirnya, Bian mengambil kesimpulan. Kalau kehadiran Livia memberikan dampak baik bagi sang atasan.
*
*
"Livia, bisa kamu periksa cash flow bulan lalu. Ada yang ingin saya ubah soal aturan cash flow."
Perintah Diaz yang langsung diangguki oleh Livia. Wanita itu mulai mengerjakan permintaan Diaz. Di sini, semua orang memperlakukan dirinya dengan baik. Semua ramah pada Livia. Satu hal yang membuat Livia betah bekerja di sana. Satu hal yang membuat Livia bersyukur adalah dia bekerja sebagai staf. Tidak sebagai kasir. Dia takut bertemu banyak orang. Takut jika dirinya bertemu dengan orang-orang yang hanya bermuka dua padanya.
"Dia sama sekali tidak mengalami hal yang umum dirasakan wanita hamil."
Satu laporan dari Diaz kembali sampai ke telinga Christo. Pria itu mengerutkan dahinya. Dia mana tahu soal wanita hamil. Akhirnya Christo hanya mengiyakan laporan Diaz, yang penting Livia baik-baik saja.
Dua minggu berlalu, kafe begitu ramai hari itu. Hingga bagian dapur kewalahan. Livia yang kebetulan senggang pekerjaannya, ikut membantu di dapur. Dia mengantarkan menu yang sudah siap dari dapur ke meja depan. Agar para waiter lebih cepat mengantarkan ke meja pengunjung.
"Hati-hati Liv, kadang lantainya licin."
Livia tersenyum mendengar ucapan Mbak Rika, salah satu koki di sana. Semua orang tampak perhatian pada kandungan Livia. Mereka bahkan tidak sabar menanti kelahiran bayi yang masih enam bulan lagi akan melihat dunia.
"Meja 8." Kata Livia dan seorang waiter langsung menyambut nampan yang Livia ulurkan. Tanpa Livia sadari, seorang pria menatap tidak percaya pada apa yang dia lihat. Livia, wanita yang dia cari berada di depannya. Berjarak tiga meja dari tempatnya duduk. Ada binar rindu yang terpancar dari mata pria itu. Ingin rasanya dia berlari dan memeluk Livia yang tengah tersenyum, mencatat pesanan seorang pengunjung.
Hingga satu suara membuyarkan fokus pria itu. Ketika dia kembali melihat ke arah Livia, wanita itu sudah berjalan masuk ke dapur.
"Apa aku terlalu lama?"
Natalie bertanya sembari mendudukkan dirinya di depan Lendra. Hari ini, Natalie mengajak Lendra untuk makan siang di sebuah kafe yang tengah hits di kalangan pengguna sosial media. Dan Natalie tentu tidak mau ketinggalan. Sebagai model yang selalu mengikuti perkembangan tren terkini, jelas Natalie tidak mau dikatakan kudet, kurang update.
"Emm, ini enak."
Puji Natalie yang tengah melahap makan siangnya. Seporsi chicken steak dengan salad yang tentu saja rendah kalori, full serat dan protein. Wanita itu tidak tahu, Lendra sejak tadi melirik ke arah pintu dapur. Ya, pria yang tadi memperhatikan Livia adalah Lendra. Berharap Livia dan Natalie tidak bertemu, karena sejak pertunangan mereka hari itu. Natalie jadi sangat membenci Livia. Wanita itu seolah menuduh Livia telah mempengaruhi Lendra. Hingga Lendra ragu dengan hubungan mereka. Padahal sejak dulu tidak ada masalah dengan hubungan Lendra dan Natalie.
Pria itu bertekad akan menemui Livia dan bicara dengan wanita itu. Hingga di sinilah Lendra berada, setelah mengantarkan Natalie kembali ke tempat kerjanya. Sebuah studio photoshoot di pusat kota. Dan merampungkan pekerjaannya, pria itu kembali ke kafe untuk bertemu Livia. Pria itu sesekali melirik ke arah jam tangannya. Memastikan kalau Livia belum pulang.
Pukul 17.30, Livia terlihat keluar dari kafe. Setelah melambaikan tangannya pada rekan kerjanya, wanita itu mengayunkan langkahnya ringan menuju halte bus di depan kafe. Livia berjalan tanpa melihat kiri dan kanannya. Sampai dia melewati Lendra yang bersandar pada mobilnya.
Beberapa langkah melewati Lendra, dan Livia pun berhenti. Wanita itu berbalik dan alangkah terkejutnya dia, saat melihat Lendra yang juga menatap ke arahnya.
"Senang bertemu denganmu lagi, Livia."
Livia memundurkan langkahnya. Reflek memegang perutnya yang langsung bergejolak. Mual itu semakin terasa di sana. Rasa tidak nyaman itu mulai mengusiknya. Kenapa pria ini bisa ada di depannya? Apalagi yang dia inginkan?
Saat itu juga, percakapan Lendra soal dirinya yang hanya dijadikan umpan taruhan berhadiah villa di Bali, kembali memenuhi benak Livia. Rasa benci itu kembali berkobar di dada wanita itu. Rasa yang beberapa waktu ini sempat terlupakan.
"Kenapa Anda ada di sini, Tuan Aditama?"
Deg
Pertanyaan formal Livia membuat Lendra terhenyak. Apakah wanita ini sudah melupakan hubungan tiga bulan mereka? Apa hubungan singkat mereka sama sekali tidak berharga di mata Livia.
"Livia, aku...."
"Jika bukan hal penting yang ingin Anda bicarakan. Silahkan pergi. Dan jangan temui saya lagi."
Livia berbalik. Dia tidak sanggup berhadapan dengan Lendra terlalu lama. Kaki jenjang Livia baru akan melangkah ketika suara Lendra menghentikan ayunan kakinya.
"Maaf."
Tidak tahu kenapa, tapi kata itu begitu saja meluncur dari bibir Lendra.
"Maafkan aku."
****
Up lagi readers...
Jangan lupa ritual jempolnya...😁😁
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
merti rusdi
oh, pantesan
2023-07-02
1
IG: @sskyrach
Lendra ni pasti
2023-06-09
1
IG: @sskyrach
oh ini cerita sebelum si kembar itu ya kak.
2023-06-09
1