Duo Buaya

Livia mengucapkan terima kasih pada Bian yang sudah membantunya sembunyi dari Pasha. Bian juga mengingatkan Livia untuk menjauhi Pasha. Dan Livia setuju akan hal itu. Satu kartu nama Bian berikan pada Livia. Kartu nama yang bertuliskan alamat kafe teman Bian. Livia mengatakan akan ke sana besok pagi.

Livia menolak saat Bian ingin mengantarnya pulang. Berdalih Bian masih harus mengurusi pertunangan Lendra, Livia memilih pulang menggunakan taksi. Perkataan Livia seketika membuat Bian ingat dengan pertunangan sang atasan. Bian buru-buru masuk kembali ke venue, setelah memastikan Livia masuk ke dalam taksinya.

Begitu Bian sampai di dalam, prosesi pertunangan sudah usai, tinggal para tamu yang mulai menikmati hidangan yang disediakan. Bian melihat Christo yang memberi kode padanya. Pria itu duduk tenang bersama sang atasan, Vera. Sementara anggota keluarga yang lain tidak terlihat.

"Ke mana semua orang?"

Tanya Bian yang langsung meneguk air mineral yang ada di atas meja. Christo menunjuk ruangan di samping ball room dengan dagunya.

"Liatin aja deh. Tadi si Natnat ngamuk kayaknya."

Christo menyahut enteng. Bahkan tanpa takut mengejek Natalie, tunangan Lendra. Pria itu memang tak kenal basa basi. Suka ya bilang suka, tidak ya bilang tidak. Bian menarik nafasnya pelan. Dia cukup tahu perangai Natalie. Bisa dipastikan jika wanita itu cemburu dengan Livia.

"Dia sekretarismu?"

Pertanyaan itu yang terdengar saat Bian masuk ke ruangan yang ditunjuk Christo. Dilihatnya Lendra yang duduk lesu di sofa, sementara Natalie tampak menunjukkan wajah tidak sukanya.

"Di mana dia?"

Lendra seketika menyongsong Bian, dan satu pertanyaan yang membuat tensi darah Natalie semakin tinggi. Wanita itu menghembuskan nafas kasarnya. Hingga semua orang tahu betapa kesalnya dia. Wanita itu tampak angkuh mengenakan gaun berpotongan sangat terbuka di bagian dada dan paha.

Bahkan Lira berkali-kali berbisik lirih pada Lana. "Gak suruh sekalian aja telanjjangg." Dan sang mama hanya bisa menarik nafasnya dalam. Mencoba menahan segala rasa yang berkecamuk di dada. Entah kenapa perasaan Lana tidak nyaman sama sekali.

Bian menggeleng mendengar pertanyaan Lendra. Dia sudah berjanji tidak akan memberitahu keberadaan Livia. Lendra menghempaskan tubuhnya kasar ke punggung sofa. Helaan nafas juga terdengar dari bibir Lendra.

"Kenapa sih kamu peduli sekali padanya? Dia kan cuma mantan sekretarismu."

Ketus Natalie. Dia tidak suka melihat tatapan penuh perhatian dari Lendra untuk Livia. "Diamlah, Nat. Bagaimanapun aku yang salah disini."

Natalie melipat tangannya, kesal. Wanita itu juga sibuk mengumpat Livia lirih. Lendra memejamkan matanya, lantas memijat pelipisnya. Melihat Livia, Lendra menjadi ragu akan keputusannya bertunangan dengan Natalie. Seperti yang dia rasakan sebelumnya.

"Apa aku salah bertunangan dengan Natalie?"

*

*

Livia tersenyum, saat dia membuka jendela kontrakannya. Dia merasa hari baru telah tiba untuknya. Setelah kejadian semalam, dia memutuskan menjauh sepenuhnya dari keluarga Aditama. Bahkan Bian sekalipun. Wanita itu bahkan pindah dari kontrakan lamanya. Ya, Livia ada di tempat tinggal yang baru. Dia pindah kemarin. Di tempat baru dia mengaku kalau suaminya bekerja di luar negeri. Juga dia mengaku kalau dirinya hamil. Livia sadar, semakin lama bayinya akan menunjukkan kehadirannya. Perutnya semakin lama akan semakin besar dan dia tidak akan bisa menutupinya lagi.

"Hari baru, semangat baru. Ayo, kita bisa melalui ini."

Gumam Livia sambil mengusap perutnya. Tanpa Pasha tahu, Livia sudah mengundurkan diri dari hotel milik pria itu. Livia tahu, Pasha punya niat terselubung padanya. Apapun itu, jelas itu bukan hal yang baik. Setelah membersihkan diri, memasak ala kadarnya, wanita itu beranjak dari kontrakannya. Dengan paperbag yang berisi gaun dari Pasha. Dia akan melaundry-nya dulu. Lalu mengembalikannya.

Hari itu juga, dia punya janji untuk interview dengan seorang pemilik kafe. Tapi itu bukanlah tempat teman Bian. Livia memilih mencari tempat bekerja yang tidak ada sangkut pautnya dengan orang-orang di masa lalunya.

Dan nasib baik kembali berpihak pada Livia, dia diterima di kafe itu. Bukan sebagai kasir, melainkan staf administrasi. Satu hal diluar dugaan Livia. Hari itu juga, wanita itu bisa mulai bekerja. Senyum merekah di bibir Livia, harinya berjalan lancar. Bahkan si pemilik kafe tidak mempermasalahkan kehamilan Livia, asal wanita itu bisa bekerja dengan baik.

Dua hari kemudian, Pasha meremat selembar kertas yang baru saja dihantarkan oleh asisten pribadinya. Surat persetujuan pengunduran diri atas nama Livia berada di tangannya. Yang membuat pria itu sangat marah adalah, manager HRD sudah menyetujuinya. Bukankah Pasha sudah berpesan, semua hal yang berhubungan dengan Livia harus dilaporkan padanya.

Di tengah kemarahan Pasha, satu paperbag diantarkan seorang staf dari bagian resepsionis. Berkata seorang kurir mengantarkannya. Nafas Pasha semakin memburu kala melihat isinya. Gaun yang dikenakan Livia terlipat cantik dalam sebuah plastic wrap, dengan sebuah ucapan singkat. "Terima kasih dan maaf."

Pasha melempar paperbag itu ke sudut ruangan. Livia menghilang dan dia tidak tahu ke mana wanita itu pergi. Anak buahnya juga baru saja memberitahu kalau Livia pindah dari kontrakannya.

"Dia benar-benar ingin lari rupanya."

Di tengah kemarahan Pasha yang belum juga mereda. Pintu ruangannya dibuka dengan kasar, Lendra langsung merangsek maju dan mencengkeram kerah baju Pasha.

"Apa maksudmu, ha?"

Pasha memicingkan mata untuk mencerna perkataan Lendra. "Apa maksudmu?" Pasha balik bertanya.

Lendra semakin mengencangkan cekalannya pada leher Pasha.

"Kau sengaja membawanya ke sana, kan? Apa tujuanmu?"

Pasha tersenyum mengejek. Lantas dengan kasar menepis cengkeraman tangan Lendra pada dirinya.

"Aku hanya ingin menunjukkan siapa kau sebenarnya. Pria bertunangan yang telah menipu dirinya mentah-mentah. Bahkan sampai menidurinya."

"Brengsek!!!!!"

Satu pukulan menghantam pipi Pasha. Pria itu tersungkur di lantai.

"Aku tidak akan melakukannya jika bukan karena taruhan konyol itu."

"Nyatanya kau melakukannya!"

Teriak Pasha. "Kau bisa lihat bagaimana terlukanya dia? Aku yakin dia pasti membencimu."

"Kurang ajjar!!"

Baku hantam pun tidak terelakkan. Dua pria dewasa itu saling pukul karena seorang Livia yang perasaannya saja masih abu-abu.

"Kau brengsek!"

"Kau yang lebih brengsek! Kenapa kau memilih seorang Livia yang jelas gadis baik-baik untuk kau jadikan umpan taruhan!"

Jawaban Pasha membuat Lendra bergeming. Ya, kenapa dari semua wanita, Lendra justru memilih Livia. Pria itu semakin sadar dengan kesalahannya. Melihat reaksi Lendra, Pasha menyeringai.

"Apa kau jatuh cinta padanya? Apa dia mampu membuatmu luluh dalam tiga bulan itu?"

Lendra kembali diam. Dan Pasha tersenyum penuh kemenangan. Dia tahu benar kalau Lendra tidak mencintai Natalie sepenuh hati. Berulangkali Lendra mengatakan dia mencintai Natalie, tapi berulangkali pula hati kecil pria itu mengingkarinya.

"You're done, Syailendra Yue Aditama."

Pertunangan Lendra tidak mungkin bisa dibatalkan. Atau Natalie akan bunuh diri jika itu terjadi. Dan dia akan terjebak dalam hubungan semu dengan Natalie.

"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"

Pada akhirnya hanya kalimat itu yang terlontar dari bibir Lendra. Senyum smirk terukir samar di bibir Pasha.

"Aku menginginkannya. Aku ingin dia jadi milikku."

Lendra seketika menatap nyalang pada Pasha. Sungguh dia tidak menduga kalau Pasha punya pikiran seperti itu.

"Kau tahu dia sangat cantik dan....seksi malam itu. Aku jadi tidak sabar untuk membawanya ke ranjangku......aaaarrgghhhh...."

Pasha memekik kala satu pukulan kembali mendarat di wajahnya. Dua pria itu kembali terlibat adu pukul. Semua berhenti ketika Bian dan Jeje, asisten pribadi Pasha, memisahkan keduanya.

"Kau brengsek!"

"Kau yang lebih brenggseekkk!"

"Sudah! Sesama pria brengsekkk jangan saling bertengkar!"

Teriakan Bian membuat Lendra dan Pasha berhenti bicara. Lendra menatap tajam pada sang asisten yang balik memandangnya dengan tatapan penuh tantangan.

"Kalian rebutan apa sih? Livia? Dia sudah pergi dan kalian baru memperebutkannya. Dasar kekanakan!!!"

Maki Bian tanpa takut. Dia sudah jengah dengan kelakuan duo buaya menyebalkan yang ada di hadapannya.

****

Ooo yo...bisa gak sih GMM buat lakorn dengan mereka jadi main actornya. Seru kali ya lihat Dj Push sama Thor dalam satu frame meski beda generasi.

Anyway...apapun itu...up lagi readers...setelah kemarin libur....ritual jempolnya jangan lupa readers...

***

Terpopuler

Comments

Esti Esti

Esti Esti

🤣🤣🤣

2023-08-01

1

Dewi Nirwani

Dewi Nirwani

kirain livia mau pergi jauh keluar kota ternyata dikota2 itu jg..

2023-05-31

1

lovely

lovely

duo buaya go to hell aja 🥵

2023-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!