Ingin Lari

Kredit Pinterest.com

Livia mencoba menyeimbangkan langkahnya. Kali pertama memakai heels tujuh senti, dirinya cukup kerepotan. Berulangkali Pasha menawarkan lengannya. Berulangkali pula Livia menolak. Dia tidak mau timbul gosip atau rumor soal dirinya dan Pasha.

Bekerja sebagai sekretaris Lendra selama tiga bulan, membuat Livia cukup tahu bagaimana membawa diri di depan umum. Terlebih di tempat dengan media yang banyak meliput. Livia tidak tahu pasti siapa teman Pasha, tapi melihat pemeriksaan ekstra ketat sejak pintu masuk, membuat wanita itu menyimpulkan, kalau teman Pasha bukan orang sembarangan.

Pasha mempersilahkan Livia masuk ke venue pertunangan yang sebenarnya adalah ball room hotel miliknya. Pada akhirnya Livia mengenakan semacam outer tipis untuk menutupi bagian dadanya yang terekpose. Meski sebenarnya, Pasha lebih suka Livia tidak memakai outer. Seksi.

Semua tamu undangan sejenak terpana pada kecantikan Livia. Sementara Livia justru terfokus pada dekorasi pertunangan simple nan elegan di depan sana. Mereka mengambil tempat duduk di meja depan sebelah kiri. Hingga sedikit menyorok dari panggung.

Tak berapa lama, rombongan keluarga Lendra datang dan menempati meja di sebelah Livia. Tidak ada yang mengenali Livia karena tempat Livia temaram. Dan itu menguntungkan Livia. Dahi wanita itu berkerut, melihat Vi duduk di sana. Dia tahu Vi, papa Lendra.

"Kenapa tuan Alvian Aditama datang ke sini? Apa beliau juga diundang?"

Batin Livia sesaat, bingung. Tapi detik berikutnya, wanita itu menghilangkan rasa penasarannya. Teman Pasha pasti seorang pengusaha sukses, hingga pengusaha sekelas ayah Lendra juga diundang. Ada jeda yang terasa, saat Livia berada di sana. Pasha selalu mengajaknya berbincang, meski Livia hanya satu dua menanggapi. Wanita itu lebih banyak diam, mendengarkan ocehan Pasha.

Hingga MC acara mengumumkan kedatangan pasangan yang akan bertunangan. Livia sontak mengangkat wajahnya dan melihat ke arah panggung, di mana Lendra di sana berdiri dengan seorang wanita...yang tadi dia temui di salon.

Wajah Livia memanas, mata wanita itu mula berkaca-kaca. Dia.... pria yang begitu Livia benci, berada di depan sana, dan akan bertunangan sebentar lagi. Livia seketika menertawakan dirinya sendiri. Betapa bodohnya dia waktu itu. Percaya begitu saja pada mulut manis Lendra.

Kini semua sudah terlanjur terjadi. Dia tidak bisa merubah apapun. Perlahan wanita itu mengusap perutnya. Kali ini dia bertekad tidak akan menjejakkan kakinya lagi dalam kehidupan seorang Lendra. Dia akan pergi jauh. Menjauh dari pria itu.

Perlu beberapa waktu bagi Livia untuk menenangkan diri. Setelah bisa menguasai diri, wanita itu mengedipkan mata berulangkali. Menghalau cairan bening yang hampir saja luruh. Livia berusaha bersikap biasa saja. Tanpa sadar, perilakunya tadi diamati oleh Pasha. Bibir pria itu tersenyum samar. Dia yakin Livia tengah mati-matian mengendalikan perasaannya.

Di meja sebelah, Vera justru fokus menatap Livia yang duduk di depannya. Mereka hanya berbeda meja. Awalnya wanita itu tidak tahu soal kehadiran Livia. Hingga satu bisikan dari Christo membuat wanita itu memandang lurus pada Livia.

Dari semua segi, Vera lebih menyukai Livia. Wanita itu terlihat santun dan tentu saja, cantik. Saat semua orang berdiri ketika acara tukar cincin akan berlangsung. Vera justru semakin tertarik dengan sosok Livia.

Di meja itu tinggal Vera dan Christo, Vi, Lana dan Lira naik ke atas panggung untuk menemani Lendra. Livia ikut berdiri, dia kini benar-benar bisa menguatkan dirinya. Dia pikir, hari ini akan jadi hari terakhir dia bertemu Lendra. Setelahnya dia akan menghapus ingatan soal Lendra dari benaknya. Tanpa Livia sadar, kalau keduanya akan terus terhubung selamanya melalui anak yang tengah Livia kandung.

"Sekarang kita persilahkan tuan Aditama dan Nona Andira untuk bertukar cincin."

Awalnya Livia tidak peduli dengan acara itu, hingga satu hal di luar dugaan terjadi. Cincin yang seharusnya Lendra pasangkan di jari Natalie, tiba-tiba terjatuh dan menggelinding. Siapa sangka jika cincin itu berhenti tepat di kaki Livia.

Lendra seperti tersambar petir. Menatap di mana cincin itu berada. Melihat Livia, wanita yang dia cari beberapa waktu ini, ada di hadapannya. Dua pasang mata itu beradu pandang. Livia dengan tatapan bencinya, dan Lendra dengan pandangan terpesonanya. Lendra jelas mengakui kecantikan Livia tiada tandingannya malam itu.

Kredit Instagram.com @ queen_fff

Kontak mata itu terputus, saat Livia perlahan menunduk, memungut cincin itu. Lantas dengan elegan berjalan menuju panggung pertunangan. Bagai gerakan slow motion, Lendra sungguh berharap kalau Livia akan bicara padanya. Pria itu sesaat hanya bisa menatap kecantikan Livia yang tengah berjalan ke arahnya. Ada buncah rasa rindu dan bahagia kala melihat langkah Livia semakin dekat kepadanya.

Lendra pikir akan ada senyum manis yang menyambutnya saat Livia berada di hadapannya. Nyatanya tidak. Wajah Livia terlihat dingin dengan raut wajah menyimpan benci. Kemarahan jelas terpancar dari sorot mata Livia.

"Semoga Anda bahagia selamanya, tuan Syailendra Yue Aditama."

Livia mengulurkan cincin yang ada dalam genggamannya. Bisa wanita itu rasakan tangannya bergetar. Sementara Lendra, justru bergeming. Tidak bergerak, tidak berucap apapun. Matanya fokus menatap wajah cantik Livia.

"Via." Lirih Lendra. Tangis Livia hampir saja pecah. Tapi wanita itu mengangkat dagunya. Perlahan meraih tangan Lendra, lalu meletakkan cincin itu di telapak tangan Lendra. Setelahnya, Livia berbalik dengan cepat. Melangkah pergi dari sana.

"Via!" Lengan Lendra ditahan Natalie. Sungguh dia ingin menyusul langkah Livia yang menuju meja..... Pasha. Dua mata Lendra membulat melihat Pasha yang mengiringi langkah Livia keluar dari sana. Rahang Lendra mengatup rapat. Satu kode darinya, dan Bian tanggap. Pria itu langsung menyusul Livia dan Pasha.

Livia berjalan cepat. Berusaha meninggalkan Pasha yang mengejarnya. Tidak! Livia tidak ingin menangis sekarang. Tidak di depan Pasha. Atau di tempat sialan ini. Sial! Ini pasti akal-akalan Pasha.

"Livia."

Pasha mencekal tangan Livia. Menghentikan langkah wanita itu. "Bapak sengaja kan? Bapak tahu kalau saya mantan sekretaris tuan Aditama?"

Pasha terdiam. Tadinya dia ingin melihat reaksi Lendra saat melihat dirinya datang bersama Livia. Pasha tahu hubungan Lendra dan Livia hanya tiga bulan, itupun dengan dasar taruhan. Pria itu ingin tahu apa Livia dan Lendra punya perasaan lebih satu sama lain. Pasha menginginkan Livia. Dan ternyata Lendra yang memiliki perasaan lebih pada Livia.

Melihat Pasha yang diam, tanpa menjawab. Livia kesal. Wanita itu lantas berjalan meninggalkan Pasha. Dia tidak mau lagi berurusan dengan pria itu. Begitu Livia jauh, Pasha baru sadar. Pria itu bergegas mengejar Livia. Kejar-kejaran pun terjadi. Livia ingin kabur dari sana.

Keluar dari lift, Livia belok kiri. Tidak tahu jalan itu menuju ke mana. Yang jelas, dia masih bisa mendengar suara Pasha memanggilnya. Gawat, dia tidak mau bertemu Pasha lagi.

Hingga di suatu lorong, Livia berhenti karena kelelahan. Di sebelahnya ada sebuah pintu. Suara Pasha terdengar tak jauh dari tempat Livia berdiri. Wanita itu baru saja akan melangkah pergi. Ketika tiba-tiba pintu terbuka dan sebuah tarikan membawa Livia masuk ke ruangan itu.

"Kamu?"

Livia terdiam, melihat tanda yang dibuat oleh orang itu. "Diamlah, atau kamu ingin dia menemukanmu?"

Livia menggeleng, dia ingin lari. Tidak ingin bertemu siapapun.

***

Up malam ya guys...

Ritual jempolnya jangan lupa ya 😘😘

***

Terpopuler

Comments

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

Pasha buaya :/

2023-03-20

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

pasti Bian

2023-03-20

1

Mafufu Rawr

Mafufu Rawr

"mulai"nya typo

2023-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!