Livia menghembuskan nafasnya pelan, pada akhirnya dia terpaksa menerima permintaan Pasha untuk menemani pria itu ke sebuah acara pertunangan temannya. Pasha memang mengancam Livia pada awalnya. Tapi setelah mengenal wanita itu lebih jauh, akhirnya Pasha menggunakan kelembutan hati Livia untuk mencapai tujuannya. Wanita model Livia pasti tidak tega-an.
"Tolonglah aku, aku mohon. Temani aku. Oke? Cuma sebentar, setelah itu aku akan mengantarkanmu jika kamu ingin bekerja kembali."
Livia kembali ingin menolak tapi melihat wajah Pasha yang menghiba padanya, wanita itu jadi tidak tega. Dan senyum kemenangan terukir di bibir Pasha.
Kredit Pinterest.com
Thor Thanapob as Pasha Elajar
Hingga hari itu akhirnya tiba. Vera bersedia pulang, setelah seharian Lendra membujuknya. Pria kaku di luar rumah itu, berubah jadi anak TK saat berurusan dengan Vera. Terutama soal bujuk membujuk. Vera hampir tidak bisa menolak keinginan Lendra, jika cucu sulungnya itu sudah memasang tampang memelas.
"Nenek benci padamu, L!"
Lendra terkekeh mendengar umpatan sang nenek. Mereka baru saja mendarat di Juanda International Airport. Bersama dengan Christo yang selalu mengikuti sang Nenek ke manapun.
"Bagus kalau Nenek benci L. Jadi clothing line itu jangan diberikan ke L. Kasih ke yang lain."
Giliran Vera yang menghela nafas, bisnis clothing line-nya terancam tidak memiliki penerus. Sebab Lendra sudah sibuk dengan Aditama Grup dan sebagian jaringan dari Lee Corp milik sang kakek dari ayah Lana. Sedang Lira, adik Lendra itu jangan ditanya. Dia belum mau ditanya mau menghandle yang mana. Gadis itu malah antusias belajar software dengan Hugo, adik Helena. Sepupu sangat jauh yang memungkinkan keduanya bisa menikah.
"Lalu kalau bukan kalian yang urus, siapa lagi?"
"Kasih ke Christo."
Lendra menjawab enteng. Sementara Christo langsung menunjukkan tatapan penuh ancaman. Pria itu sadar diri, dia cuma anak jalanan, yang dipungut oleh Vera dari jalanan berdebu di pinggiran kota Sidney 15 tahun lalu. Jadi dia merasa tidak berhak menerima apapun dari keluarga Aditama. Sebab Vera sudah memberinya kehidupan dan pendidikan yang layak hingga hari ini.
"Kalau kamu mau lepas dari ini. Maka jangan patuh-patuh pada Nenek."
Ancam Lendra suatu hari. Lendra tahu benar, Christo adalah ujung tombak sang nenek. Semua informasi yang Vera tahu, semua berasal dari Christo. Tanpa terkecuali.
"Aku cuma patuh sama Nenek."
Jawaban tegas Christo membuat Lendra kesal. Semua intimidasi dan ancamannya tidak berlaku pada Christo. Pria itu tidak takut saat Lendra mengancam akan melemparnya ke jalanan, jika dia tidak mau menuruti perintahnya.
"Jalanan adalah rumahku di masa lalu. Jadi aku tidak takut untuk kembali ke sana."
Sebenarnya Vera tidak pernah ikut campur dalam kehidupan anak dan cucunya. Tapi wanita itu benar-benar menjadi CCTV berjalan dari keluarga Aditama. Dan Lendra cukup terusik dengan hal itu. "Jika kamu menjalani hidupmu dengan benar. Kenapa kamu harus takut kalau Christo mengawasimu?"
Masalahnya Lendra adalah badboy di luar rumah. Tukang party di luar jam kantor dan sederet aktivitas, yang membuat Vera benar-benar teringat pada mendiang suaminya. Suami yang dulu terpaksa dia nikahi karena pria itu melecehkannya. Hingga lahirnya ayah Lendra, Vi.
Kedatangan Vera disambut bahagia Lana dan Vi di Green Hills. Meski gurat usia menua jelas terlihat di wajah Vera tapi kesehatan dan kebugaran wanita itu tetap terjaga. Christo benar-benar merawat Vera seperti ibu kandungnya sendiri.
Wanita itu memeluk anak dan menantunya erat. Bulir bening mulai mengalir di sudut mata keriputnya. Dia teringat bagaimana mereka sampai di titik ini. Vi yang harus menderita karena dendam papanya sendiri pada mama Lana. Hingga semua bisa diselesaikan dengan baik oleh sang putra.
Berkali-kali Lana dan Vi membujuk Vera untuk tinggal bersama mereka. Tapi wanita itu menolak, dia harus menjaga dan mengawasi dua perusahaan di Sidney yang menjadi akar dari Aditama Grup dan Tania & Co. Clothing line yang merupakan perluasan dari pabrik garmen yang berpusat di kawasan Industri Rungkut, Surabaya.
"Tinggal di sini kenapa sih, Ma? Mama Lana akan senang jika Mama mau pindah ke sini."
Bujuk Lana berulangkali. "Kita lihat saja nanti. Mungkin ada hal yang bisa membuat Nenek pindah ke sini."
Pandangan mata Vera tertuju pada duo L di depannya. Sementara dua kakak beradik itu malah melengos satu sama lain. Keduanya tahu maksud dari Vera, dia ingin seorang cucu untuk menemaninya. Sebab kalau dia tinggal di Green Hills-pun, Vera akan kesepian. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Suruh Kakak duluan."
"Kenapa harus Kakak, kamu aja dulu. Kakak gak masalah kalau kamu mau melangkahi Kakak. Asal pelangkahnya... jangan lupa."
Dua alis Lendra terangkat, melihat jahil ke arah Lira. "Calon belum ada, gimana mau ngasih pelangkah. Lagian Lira masih kecil, Kak."
Vera dan Lana hanya tersenyum mendengar pertikaian adik kakak itu.
*
*
"Kenapa bajunya begini sih?"
Livia mengerutkan dahinya ketika melihat kiriman baju dari Pasha. Sebuah gaun yang menurut Livia terlalu terbuka. Gaun bertali spagheti itu jelas mengekspose tubuh bagian atasnya. Dan wanita itu berada di sebuah salon dengan seorang MUA yang siap meriasnya.
"Bisa kita memulainya, Mbak? Pak Pasha akan menjemput satu jam lagi."
Livia menarik nafasnya, tidak ada jalan mundur lagi. Wanita itu coba menenangkan diri. Hanya menemani Pasha ke pesta pertunangan temannya. Seharusnya tidak akan jadi masalah. Satu anggukan dari Livia dan sang MUA mulai bekerja.
Tanpa Livia tahu, Natalie juga dimake-up di sana. Wanita itu menggerutu, sibuk mengumpat Vera yang menolak usulannya agar dia dimake-up di venue pertunangan mereka.
"Dasar Nenek Lampir! Awas saja kalau aku sudah menikah dengan Lendra. Akan kubuat hidupnya seperti di neraka."
Umpatan Natalie terhenti ketika dia mendengar pujian dari MUA yang tengah merias Livia di ruang sebelah. Wanita itu ingin jadi yang tercantik hari ini. Tidak ada wanita lain yang boleh melebihi kecantikannya.
"Siapa kau?"
Natalie menatap kesal pada Livia yang terkejut melihat seorang wanita berdiri dengan tatapan marah padanya.
"Aku bukan siapa-siapa. Ada masalah?"
Livia sadar dia hanya wanita biasa, tidak seperti Natalie yang terlihat kaya. Tapi Livia juga tidak mau direndahkan. Dia punya harga diri.
"Kau berani melawanku, kau tidak tahu siapa aku."
"Aku tidak peduli siapa kamu. Tapi kita ada di tempat umum. Tolong hargai pekerjaan mereka. Jangan membuat keributan. Kita sama-sama pelanggan di sini."
Perkataan Livia membuat Natalie kicep. Untuk pertama kali, dia kalah telak debat dengan seorang wanita yang Natalie akui sangat cantik. Make up flawless Livia sempurna menampilkan kecantikan alami wanita itu, tanpa membuatnya terlihat berlebihan.
Berbeda dengan Natalie yang suka berdandan tebal. Satu tatapan dari Livia dan Natalie memilih mundur. Terlebih setelah asistennya memberitahu kalau waktu mereka mepet.
"Awas kau!"
Livia melipat tangannya sebagai jawaban atas ancaman Natalie. Dia tidak mau terlihat lemah di depan wanita model Natalie. Wanita arogan yang suka menindas mereka yang terlihat lemah.
Tanpa mereka tahu. Pertemuan tidak sengaja keduanya hari itu, menjadi awal mula pertikaian mereka yang tidak berkesudahan di masa depan. Dan pertengkaran kecil mereka mereka pemicu masalah yang lebih besar di waktu yang akan datang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Mafufu Rawr
"mereka"nya double
2023-03-20
1
Mafufu Rawr
teman kerjanya gak merasa aneh dengan seorang OB diajak ke pernikahan teman oleh atasannya?
2023-03-20
1
Mafufu Rawr
nahkan
2023-03-20
1