Sepaket

Livia lagi-lagi terdiam, permintaan pak dirutnya masih terngiang di telinga. Pria itu meminta dirinya, untuk menemani pergi ke sebuah acara pertunangan akhir minggu depan. Dahi Livia berkerut. Kenapa dirinya? Itulah pertanyaan yang langsung terlontar dari bibir Livia, begitu Pasha menyelesaikan ucapannya.

Alis Livia saling bertaut begitu mendengar jawaban Pasha. "Saya ingin mengajakmu. Saya juga ingin memperkenalkan kamu dengan seseorang."

Livia berusaha menolak. Dia pikir, sikap Pasha sangatlah aneh. Dia seperti menangkap ada hal yang disembunyikan pria itu darinya. Livia menggeram kesal, ketika pada akhirnya, Pasha mengancam akan memecatnya jika dia tidak mau membantunya. Kepala Livia serasa mau pecah. Dia sangat memerlukan pekerjaan ini. Dia perlu uang, karena sang ibu sedang sakit di kampung.

"Pikirkan saja dulu. Saya tidak minta jawaban sekarang."

Livia menghempaskan tubuhnya ke kasur busa murah miliknya. Pikirannya lelah, tubuhnya apalagi. Wanita itu mengusap perutnya. Benar-benar bersyukur karena si jabang bayi tidak membuat masalah. Baru saja akan memejamkan mata. Suara ketukan pintu terdengar. Livia waspada, sebab dua hari ini, teman satu kontrakannya memberitahu kalau ada dua pria yang mencarinya. Pria tampan dan terlihat kaya.

Livia setengah mengendap-endap. Mengintip dari balik gorden yang sengaja belum dia buka. Matanya membulat melihat siapa yang ada di depan pintu kontrakannya. Lendra dan Bian, apa yang mereka lakukan di sini? Kepanikan melanda Livia. Dia tidak mau bertemu dua orang itu. Terlebih Lendra, hati Livia kembali sakit mengingat setiap ucapan mantan atasannya.

Beberapa kali Bian mengetuk pintu, dan Livia semakin merapatkan tubuhnya ke dinding. Berharap dua pria itu tidak melihatnya dari luar.

"Sepertinya dia tidak ada."

Terdengar gumaman Bian. Lendra mendesah kesal. Dia sudah rela datang ke sini. Tapi yang dicari tidak ada. Lendra jadi gusar dibuatnya. Tak berapa lama, tetangga kontrakan Livia lewat dan menyapa Lendra serta Bian.

"Sudah titipkan saja. Kau tahu aku harus menjemput Nenek. Aku harus membujuknya."

Terdengar suara Lendra memberi perintah pada Bian. Tak berapa lama, Livia menarik nafasnya pelan. Melihat mobil mewah Lendra menjauh dari kontrakan Livia.

"Jadi berhenti nih kita nyari Livia?"

Tanya Bian. Pria itu melihat Lendra melalui spion tengah mobil tersebut. Bukannya menjawab, Lendra malah memijat pelan pelipisnya. Kenapa ada yang aneh, yang dia rasakan di hati. Saat Livia tiba-tiba menghilang tanpa kabar dari hidupnya. Kepergian Livia menyisakan kehampaan di hati Lendra.

Tiga bulan menjalin "kasih" dengan Livia. Lendra tahu kalau Livia gadis baik. Tulus, penyabar dan tidak banyak tingkah. Tipe yang mulai susah dicari di era modern ini. Sifat Livia berbanding terbalik dengan Natalie, sang kekasih. Natalie banyak menuntut pada Lendra. Harus ini, harus begitu. Tidak boleh ini, tidak boleh itu. Terkadang Lendra pusing dengan tingkah kekanakan Natalie.

Lendra dikelilingi banyak wanita dalam hidupnya. Hal itu membuat dia mengenal berbagai karakter wanita. Natalie mungkin bukan pilihan tepat. Tapi pria itu sudah mengenal Natalie dari kecil. Boleh dikatakan jika Natalie adalah wanita tahan banting yang mampu menghadapi segala kebrengsekan Lendra saat berhubungan dengan urusan wanita.

Seperti urusan Livia. Natalie tidak terlalu ambil pusing. Meski Natalie tahu kalau Lendra dan Livia pernah bercinta. Dia menganggap hal itu wajar dan Natalie tidak mempermasalahkannya. Dia menganggap Lendra hanya bermain-main dengan Livia, tidak serius.

Livia menghembuskan nafasnya kasar. Merasa lega ketika melihat Lendra dan Bian pergi dari kontrakannya. Mau apalagi mereka, pikir Livia. Setelah memastikan dua orang itu jauh, Livia membuka pintu kontrakannya.

"Loh, mbak Via sudah pulang to."

Sapa tetangga Via.

"Sudah, Mbak. Tadi tidur bentar."

"Oh pantes. Mbak Via tidak denger ada yang datang."

"Siapa?"

Livia berpura-pura tidak tahu. Hingga tetangga Livia itu menjelaskan kedatangan Lendra dan Bian. Sembari menyerahkan tas miliknya. Livia gamang saat menerima tasnya kembali.

"Pacar mbak Via yang mana? Dua-duanya ganteng lo."

Ehhhh? Livia terdiam mendengar celotehan tetangganya yang berjalan menjauhi dirinya. Pacar? Pacar pura-pura? Livia membatin kesal dalam hati.

*

*

"Kemarin dipanggil pak dirut suruh ngapain?"

Seorang teman Livia bertanya di sela-sela pekerjaannya mereka membersihkan kaca jendela di lobi hotel.

"Lupa gak bersihiin kamar pak dirut. Aku mana tahu di ruangan itu ada kamarnya."

Teman Livia selanjutnya malah mengoceh soal Pasha, sang dirut yang pacarnya banyak. Sang teman beberapa kali melihat atasan mereka itu membawa perempuan berbeda masuk ke ruangannya. Hal itu membuat Livia mengerutkan alisnya.

"Kalau pacarnya banyak kenapa minta bantuanku untuk menemaninya?"

Batin Livia bingung. Sang teman masih terus bercerita, hingga satu nama kembali menarik perhatian Livia. Kata sang teman. Dirut mereka berteman dengan CEO dari Aditama Grup. CEO Aditama Grup? Lendra kah itu. Kalau iya, alangkah sempitnya dunia. Lepas dari Lendra, malah kerja dengan teman mantan atasan brengseknya.

"Teman pak dirut juga ganteng lo Via. Kamu bisa suka sama dia kalau lihat wajahnya. Gak kalah sama pak Pasha."

Livia hanya diam sambil mengelap kaca, selama sang teman mengoceh ke sana kemari. Hingga senggolan keras di bahu Livia membuat wanita itu menghentikan pekerjaannya.

"Astaga, Via...itu...itu..pak bos dari Aditama Grup."

Livia langsung menoleh, mengikuti arah pandang sang teman. Jantungnya langsung berdebar, matanya mulai berkaca-kaca. Livia buru-buru menundukkan wajahnya. Berharap Lendra tidak melihat wajahnya. Pria itu berjalan santai dengan seorang wanita yang bergelayut manja di lengannya. Wajah Livia seketika memanas. Melihat Lendra yang nampak tampan dengan kemeja putihnya.

Kredit Pinterest.com

Tiba-tiba saja perutnya bergejolak. Livia berusaha menahan rasa mualnya. Ada apa dengan dirinya. Kenapa perutnya menjadi tidak nyaman begini. Livia menyusut tubuhnya ke sudut ruangan. Berpura-pura membersihkan kaca di bagian itu.

Sementara mata tajam Lendra mulai menangkap pergerakan aneh dari Livia. Tidak melihat wajah Livia, tapi Lendra merasa tidak asing dengan gesture tubuh seorang OB yang tengah membersihkan kaca. Lendra kepo, karena perasaannya mengatakan kalau Livia ada di tempat itu. Tapi dia tidak mungkin mencari tahu saat Natalie terus menempel padanya.

Hembusan nafas kasar terdengar dari bibir Livia. Hampir saja dia bertemu dengan Lendra. Setelah Lendra menghilang dari pandangan Livia, wanita itu kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi tak lama dia dikejutkan dengan panggilan dari arah belakang.

"Via...ngapain kamu di sini?"

Mata Livia membulat melihat siapa orang yang memanggilnya dari pantulan kaca yang tengah dia bersihkan.

"Astaga....kenapa juga harus ada dia di sini juga."

Livia membatin kesal. Dia pikir sudah bisa menghindari Lendra. Dia lupa kalau Lendra sepaket dengan orang ini. Tidak bisa dipisahkan, ke mana-mana berdua. Seperti surat dan prangko. Seperti sendok dan garpu.

"Sialnya hariku."

Tambah Livia dalam hati. Sementara teman Livia terus menarik ujung uniform Livia.

****

Terpopuler

Comments

☕ ⃟R͟i͟f͟a͟୭࿐ྂⓐⓙⓙⓐ

☕ ⃟R͟i͟f͟a͟୭࿐ྂⓐⓙⓙⓐ

tiba-tib ingin gaplok cogan...

2023-03-01

2

dsifadian

dsifadian

Calon debaynya nggk terima🤭🤭

2023-02-20

1

dsifadian

dsifadian

Spill namanya😂

2023-02-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!