Sementara Amira yang habis kena tegur pun segera melipir dan mencari tempat yang sediki sepi serta menjauh dari teman sekelasnya. Kebetulan dosen baru itu belum datang juga. Sehingga Amira keluar dan berdiri di depan kelas.
“Lo bilang apa tadi? Coba jelasin!” perintah Amira yang tidak sabaran sama sekali. Wanita itu sangat penasaran dengan apa yang barusan dia dengar.
“Udahlah, malas banget kalau lagi di telpon gini. Siangan nanti deh aku ke kampus. Kelasnya Bu Mawar kan nanti jam sepuluh?” tanya Dilla.
“Iya. Emang enak kalau lo cerita langsung sih. Sekalian gue mau liat buktinya. Nggak percaya gue kalau cuma dari telpon gini doang,” sahut Amira yang begitu sangsi.
Pasalnya Amira sangat mengenal Dilla. Selama ini teman gilanya itu hanya melakukan pemanasan doang, tanpa sampai main lebih dalam. Tiba-tiba saja mengatakan rencananya yang kemarin itu, sedikit membuat Amira tidak percaya. Akan tetapi jika mengingat semalam dia tidak menghubungi dirinya sama sekali dan Amira mendapat telepon dari om Atmadja yang bertanya di mana Dilla pun, Amira dibuat semakin penasaran. Benar tidaknya Dilla melakukan hal itu.
“Ya udah. Aku mau tidur dulu. Masih aneh banget ini rasa kakiku. Kek ada sesuatu di dalamnya masihan.”
“Gila, lo!” sahut Amira cepat dan mendapat balasan kekehan dari Dilla.
Kemudian mereka saling memutus sambungan mereka. Tepat di saat itulah Amira segera masuk, karena melihat ada rector kampus tempatnya menimba ilmu tengah berjalan ke arah kelasnya dengan di damping seorang pria muda di sampingnya.
Sedangkan Dilla, kembali ingin melanjutkan mimpinya. Namun, lama terdiam dan mencoba menutup mata, Dilla justru teringat tentang kejadian semalam.
Rasa-rasanya masih belum percaya saja, kalau di dalam perutnya sekarang ada sebuah bibit unggulan dari pria yang dia pilih sendiri.
Tanpa sadar, Dilla mengusap perutnya sendiri sembari membayangkan papanya tidak lagi mendesakanya untuk menikah, jika mengetahui kalau dirinya hamil nantinya. Semakin membuat Dilla tidak sabar untuk menanti waktu itu tiba.
“Dengan ini, Papa nggak akan ganggu-ganggu aku lagi,” gumam Dilla seraya menatap ke arah langit-langit kamarnya. “Untung juga tadi pagi Papa nggak liat aku pulang. Jadi nggak tanya-tanya aneh ke aku.”
Itulah pikiran Dilla, beranggapan kalau masalah yang ia hadapi sebelumnya sudah selesai dan menemukan solusi yang sangat tepat menurutnya. Padahal kita tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya.
Tentu, Dilla tidak mau memikirkannya. Yang terpenting dia masih bisa menikmati gaya hidupnya yang menurutnya sangat menyenangkan saat ini. Palingan haanya di buat pusing oleh tugas kuliah saja. tidak untuk yang lain.
Tidak berselang lama, Dilla pun terlelap dengan sendirinya. Mungkin karena tubuhnya baru saja beradaptasi dengan hal baru, lebih lagi semalam ia hanya tidur selama dua jam saja. sehingga matanya masih terasa begitu berat dan mengantuk.
***
Tepat pada pukul sepuluh, Dilla sudah rapi dan siap untuk berangkat ke kampus. Meskipun rasa malas itu menghampiri, serta cuaca yang sangat panas membuat Dilla sedikit enggan rasanya.
Namun, ia sudah membuat janji dan kebetulan ia tidak bisa melewatkan kelas bu Mawar. Karena dosen yang satu itu merupakan dosen favorit Dilla selama ini. Apa yang beliau terangkan, selalu bisa masuk dan sangat mudah sekali untuk di cerna.
Mobil yang Dilla kendarai pun sampai di tempat parkir kampus. Wanita yang tengah mengenakan kacamata hitam dengan bingkai berwarna emas itu pun keluar dari sana. Seketika membuat Dilla menjadi pusat perhatian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
M akhwan Firjatullah
pas bunting pasti bapak mu bakal bilang gini"hei anak muda siapa yg telah membuntingimu" wkwkwk...pantes aja y aku tuh klo pelajaran bahasa Indonesia nilai nya selalu jelek...
2023-11-12
4
Mara
Tak semudah itu marimar 🤣🤣🤣
2023-08-23
0
sherly
dr pada nikah lebih baik zina ya ... kuliah padahal tp otaknya ngk dipakai...
2023-07-14
0