One Night With Investor

One Night With Investor

Bab 1

Kring ...! kring ...!

Dering telepon menginterupsi indera pendengaran Lea yang masih bergelung di balik selimut tebal berwarna putih.

"Ck, siapa sih yang menelpon pagi-pagi begini? Mengganggu tidur orang saja." Karena masih sangat mengantuk ditambah lagi kepalanya yang memang terasa agak pusing, Lea pun memilih untuk menutupi telinganya dengan bantal, tapi karena telepon itu tidak kunjung berhenti berdering, mau tidak mau dia pun terpaksa mengangkatnya.

"Halo." Lea menjawab panggilan telepon tersebut dalam kondisi mata yang masih terpejam.

"Selamat pagi, Nona. Maaf mengganggu, tuan L meminta kami untuk membangunkan Anda pukul delapan pagi," sahut seorang wanita di ujung sana.

"Apa? Tuan L? Siapa Tuan L?" tanya Lea agak bingung, perasaan dia tidak memiliki kenalan dengan nama tersebut.

"Iya, Nona. Tuan Emmanuel, yang semalam datang ke hotel kami bersama Anda," jawab seorang wanita yang sudah bisa dipastikan bahwa dia adalah seorang resepsionis hotel.

Mendengar ucapan resepsionis itu, seketika mata Lea terbuka lebar. Rasa kantuknya pun seketika menghilang. Dengan cepat dia langsung meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya semula, Lea tidak ingin lagi mendengar penjelasan lebih lanjut dari resepsionis tersebut.

Setelah mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, Lea baru sadar jika ternyata dirinya sedang berada di dalam sebuah kamar hotel. Ditambah lagi seluruh pakaiannya baik luar mau pun dalam semuanya sudah berserakan di atas lantai. Dia baru ingat, jika semalam dia pergi ke sebuah klub seorang diri untuk minum-minum, niatnya ingin menghilangkan kesedihan karena ingin melupakan pengkhianatan mantan calon suaminya, tapi sepertinya Lea malah membuat masalah baru untuk dirinya sendiri.

Wanita berusia 28 tahun itu langsung menjatuhkan kembali dirinya di tempat tidur lalu sekujur tubuhnya dia tutupi dengan selimut. "Si al. Apakah aku baru saja menghabiskan malamku bersama dengan seorang pria asing?"

Lea mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, dan ingatannya langsung terputar pada kejadian kemarin sore, saat sahabat terbaiknya menunjukkan foto perselingkuhan tunangan yang akan menikahi dirinya 3 bulan lagi. Karena merasa sangat sedih dan patah hati, dia pun memutuskan untuk minum-minum demi melupakan rasa sakit yang mencabik-cabik hati dan dan perasaannya.

"Ya Tuhan ... apa yang sudah aku lakukan? Aku mengutuk perbuatan Daniel yang sudah tega mengkhianatiku dengan tidur bersama wanita lain, bukankah sekarang aku juga sama menjijikkannya dengannya." Lea menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya karena malu pada diri sendiri. Terekam jelas dalam ingatannya bahwa semalam saat dia sedang mabuk, dia menyewa seseorang untuk tidur dengannya. Benar-benar memalukan!

Kekacauan pikiran Lea seketika buyar saat ponselnya tiba-tiba berdering.

"Dimana ponselku?" Lea menyibak selimut putih yang menutupi seluruh tubuhnya, lalu segera turun dari tempat tidur untuk mencari benda pipih yang tengah berdering tersebut. Rupanya ponselnya masih berada di dalam tas.

"Halo."

"Bu Lea, Anda dimana? Setengah jam lagi kita akan ada pertemuan penting dengan pihak investor. Anda tidak lupa, 'kan?" tanya sekretaris atasannya.

'Astaga!' Lea membulatkan mata karena terkejut. Dia ini benar-benar ceroboh, bagaimana mungkin dia bisa melupakan hal sepenting itu. Jika dia melewatkan kesempatan baik ini, mungkin sebentar lagi perusahaan tempatnya bekerja akan segera gulung tikar karena bangkrut. Beberapa waktu lalu perusahaan mengalami masalah yang menyebabkan banyak kerugian, dan saat ini perusahaan tengah membutuhkan suntikan dana yang cukup besar. Jika yang satu ini terlewatkan maka Lea tidak sanggup membayangkan apa yang akan terjadi ke depannya.

"Ah, i-iya. Aku akan segera ke sana." Dengan cepat Lea memutus sambungan telepon tersebut, lalu memungut seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk bersiap-siap.

.

.

Lea berlari tergesa keluar dari lift, sebelum meninggalkan hotel tersebut, dia harus chekout terlebih dahulu.

"Maaf, Nona, Tuan L sudah membayar sewa kamarnya," jawab resepsionis yang bertugas.

"Apa? Sudah dibayar?" Mendengar nama pria yang semalam tidur dengannya membuat Lea sedikit salah tingkah.

"Iya, Nona, sudah dibayar," jawab resepsionis tersebut. "Oh iya, Nona, Tuan L menitipkan sarapan untuk Anda. Jangan lupa dimakan katanya, dan juga jangan lupa baca pesan darinya." Resepsionis itu tersenyum seraya menyerahkan sebuah paper bag berukuran lumayan kecil pada Lea.

"Ah, iya. Terima kasih." Lea memaksakan diri untuk tersenyum saat menerima pemberian tersebut. Wanita itu segera berjalan keluar dari hotel untuk menunggu taksi.

.

.

Sesampainya di tempat kerja, Lea memasuki Lift untuk naik ke lantai 11 dimana kantornya berada. Namun saat pintunya hendak tertutup, tiba-tiba seorang pria menerobos masuk ke dalam sana. Melihat siapa yang datang, Lea hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Hey, siapa ini? Apa aku tidak salah lihat?" Pria itu menatap penampilan Lea dari atas sampai ke bawah, nampaknya penampilan wanita itu ada yang berbeda pagi ini. Lebih tepatnya masih mengenakan pakaian yang sama yang dia kenakan kemarin. "Pengawas Lea, apakah sekarang kau sudah berhenti menjaga penampilanmu karena hubunganmu dengan anak konglomerat kaya raya itu sudah kandas?" tanya pria itu dengan nada mengejek.

Lea menarik napasnya dalam-dalam. Awalnya dia tidak ingin menggubris ucapan Ben karena dia tahu persis bahwa pria itu memang memusuhinya sejak lama, tapi kalau dia diam saja, besok-besok Ben pasti akan kembali mengolok-oloknya ketika ada kesempatan.

Lea dan Ben menjabat sebagai Supervisor Marketing di perusahaan Jaya Sentosa tempat mereka bekerja. Dalam hal mencapai target penjualan perusahaan, divisi satu yang dipimpin oleh Lea selalu berada jauh di atas divisi dua yang dipimpin oleh Ben. Hal itu lah yang membuat Ben iri dan memusuhi Lea bersama timnya.

"Pengawas Ben yang terhormat, berhentilah mengurusi urusan pribadi orang lain. Pikirkan saja bagaimana cara menyusun dan menjalankan strategi penjualan agar divisi dua kalian bisa menyaingi divisi satu kami. Serta, jangan lupa untuk membimbing anggota timmu untuk memasarkan produk dengan baik, karena kalau tidak, divisi satu kami pasti akan kembali merebut proyek terbaru divisi dua kalian karena bos menganggap tim kalian tidak becus dalam bekerja. Permisi."

Ting.

Pintu lift terbuka bersamaan dengan selesainya ucapan Lea. Wanita itu melemparkan senyuman mengejek ke arah Ben seraya keluar dari lift.

"Si al. Awas saja kau." Ben semakin meradang mendengar ejekan Lea. Niatnya untuk tertawa di atas penderitaan wanita itu justru Lea malah balik menyerangnya dengan telak.

*

Lea meletakkan tas beserta menu sarapan yang belum sempat dia makan di jalan di atas meja kerjanya. Ingatannya seketika kembali pada sosok pria tampan yang dia ajak tidur semalam.

'Apakah pria itu bersamaku sampai pagi?' Batin Lea saat menatap box menu sarapan tersebut.

'Sudahlah. Anggap saja kejadian semalam hanya mimpi yang tidak pernah terjadi di dunia nyata. Semoga saja aku dan orang itu tidak akan pernah bertemu lagi.' Batin Lea penuh harap. Dia hanya tidak ingin muncul masalah baru dalam kehidupannya.

"Bu Lea." Suara seorang perempuan tiba-tiba mengejutkan Lea dan sontak membuat wanita itu menoleh.

"Eh, Win, ada apa?" tanya Lea, pada salah satu bawahan atau anggota timnya tersebut.

"Direktur Hans memanggil Bu Lea ke ruangannya," jawab Wina, gadis yang terlihat lebih muda dari Lea tersebut.

"Ah, iya. Terima kasih, Wina."

"Sama-sama, Bu."

Lea bergegas berjalan menuju ruangan sang atasan. Sesampainya di sana, seorang pria paruh baya terlihat tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Selamat pagi, Pak," sapa Lea dengan sopan.

"Hem, pagi. Pengawas Lea, apakah kau sudah menemukan bukti baru tentang pengedaran produk kosmetik palsu yang menjelekkan nama perusahaan kita?"

"Sudah, Pak. Divisi satu kami sudah menangani masalah itu dengan baik. Pihak konten kreator yang sebelumnya menyebarkan berita palsu bahwa perusahaan kita memasarkan produk kosmetik yang tidak lulus uji BPOM sudah melakukan klasifikasi dan meminta maaf pada perusahaan kita lewat kontennya, dan kontennya itu sudah ditonton lebih dari 1 juta orang dalam 2 hari. Dan juga, dia mengakui bahwa dia menjelek-jelekkan nama perusahaan serta brand kita karena dia dibayar oleh pihak Xx yang merupakan saingan kita di pasaran."

Direktur Hans tersenyum. "Kerja bagus. Kau dan timmu memang selalu bisa diandalkan, Pengawas Lea."

*

*

Lea, Ben, Direktur Hans, beserta Sekretaris Direktur sudah berdiri di depan lift lantai 11. Mereka semua berdiri di sana karena ingin menyambut kedatangan pihak investor yang akan memberikan suntikan dana pada perusahaan mereka.

Tidak lama kemudian pintu lift pun akhirnya terbuka, menampakkan 2 orang pria dan satu orang wanita di dalamnya.

"Selamat dat-" Mulut Lea seketika bungkam saat melihat sosok pria yang tidak asing di matanya.

'Astaga. Dia. Apa aku tidak salah lihat?'

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

bakalan zeru, thor, aq mampir 😘😍💗👍

2023-05-14

0

Nila

Nila

hadir Thor 👍💪

2023-03-21

0

Ray

Ray

Semakin seru dan suka baca ceritanya👍😘

2023-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!