Ruang perawatan VVIP
Terlihat Arthur saat ini tengah berkeringat dingin seperti gugup dan juga bingung harus bagaimana menanggapi seorang wanita yang kini terlihat tengah menatap tajam ke arahnya. Jiwa *Aruna yang berada di dalam diri Arthur mencoba untuk mengingat-ingat siapa sosok wanita yang saat ini tengah duduk di hadapannya, namun sayangnya meski *Aruna mengobrak-abrik isi otaknya, ia sama sekali tidak menemukan siapa wanita paruh baya ini.
"Apa yang kamu lakukan di kamar gadis itu? Bukannya dia hanya seorang sekertaris pengganti saja? Atau mungkin lebih dari itu?" ucap Maria dengan raut wajah yang meremehkan.
"Dia hanya sekertaris biasa mami tidak perlu terlalu khawatir." ucap Arthur kemudian dengan nada yang terdengar ragu-ragu.
"Aku sudah melakukannya dengan benar bukan? Harusnya sih sudah." ucap *Aruna dalam hati.
Mendengar jawaban tersebut Maria lantas tertawa kemudian bangkit dari posisinya. Sambil mengusap sudut matanya yang berair Maria menatap ke arah Arthur dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, membuat *Aruna bertanya-tanya akan maksud dari tatapan Maria kepadanya. Maria yang melihat Arthur menatapnya dengan tatapan yang bingung, lantas langsung menghentikan tawanya dengan seketika.
"Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu? Bukankah diantara kita berdua tidak ada lagi rahasia ataupun sekedar akting antara ibu dan anak?" ucap Maria dengan nada yang ketus.
Sedangkan *Aruna yang mendengar perkataan Maria kembali terkejut. Pembicaraan keduanya begitu intim dan *Aruna yang notabennya sebagai orang luar tentu tidak akan mengerti tentang arah pembicaraan ini. *Aruna terdiam dengan raut wajah yang gelisah, ia benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa disaat-saat seperti ini. Mulutnya terkunci tidak bisa mengucapkan kata-kata lagi karena takut akan berbuat salah jika sampai *Aruna membuat mulut Arthur berbicara.
"Apa ada yang salah? Apa setelah kecelakaan kepala terbentur dengan keras?" ucap Maria kemudian yang sama sekali tidak mendapat respon apapun dari Arthur saat ini.
"Aku... aku..." ucap Arthur sedikit menggantung membuat Maria semakin curiga ada yang salah dengan Arthur saat ini.
Hingga ketika suasana di dalam ruangan tersebut tengah tegang. Sebuah dorongan dari arah pintu terdengar menggema, membuat pembicaraannya terhenti seketika. Seorang perempuan yang mengenakan pakaian pasien terlihat tengah berdiri dengan angkuhnya di ambang pintu, membuat Arthur dan juga Maria langsung menatap ke arah sumber suara begitu mendengar suara pintu yang terbuka.
"Aruna? Eh itu kan memang aku... Maksud ku tuan Arthur..." ucap *Aruna dalam hati.
Aruna nampak melangkahkan kakinya mendekat ke arah keduanya dengan langkah kaki yang lebar dan tentu saja sedikit agak terbuka untuk ukuran seorang wanita, membuat Maria yang melihat hal tersebut langsung tersenyum dengan mengejek.
"Kalian berdua memang benar-benar cocok, arogan dan juga angkuh. Aku tidak akan melarang hubungan diantara kalian berdua, hanya saja jangan sampai hubungan kalian terpublish dan pada akhirnya mencoreng nama baik keluarga besar Gavanza, ingat itu baik-baik Arthur!" ucap Maria dengan nada yang penuh penekanan.
Setelah mengatakan hal tersebut, Maria lantas mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut sambil melirik sinis ke arah Aruna yang saat ini juga sedang menatap ke arahnya. Hingga setelah pintu ruang perawatan VVIP tersebut tertutup, barulah *Aruna yang ada di dalam tubuh Arthur bisa bernafas dengan lega.
"Jika kau tidak bisa melakukannya, harusnya tidak perlu datang!" ucap Aruna dengan nada yang ketus.
Mendengar ucapan ketus tersebut membuat *Aruna lantas langsung bangkit dari posisinya kemudian menatap tajam ke arah raganya sendiri, yang tentu saja membuatnya merasa sedikit aneh ketika harus berhadapan dengan dirinya sendiri tapi bukan sepenuhnya dirinya.
"Aku juga tidak menginginkan hal ini terjadi tuan, jadi berhenti membuat kehebohan dan terus menyalahkan ku seperti ini!" pekik Arthur tak ingin kalah menatap tajam ke arah Aruna.
Aruna mengalihkan pandangannya dengan kesal kemudian mengambil duduk di sofa dengan posisi kaki di angkat satu ke atas, membuat *Aruna yang ada di dalam diri Arthur lantas terkejut ketika melihat hal tersebut. Dengan gerakan yang buru-buru Arthur langsung menurunkan kaki Aruna dengan pelan, membuat Aruna yang mendapatkan perlakuan tersebut langsung menatap tajam ke arah Arthur saat ini.
"Saya tahu anda adalah seorang pria, tapi anda tengah berada di tubuh saya yang seorang wanita. Jadi saya harap bersikaplah sedikit lebih sopan lagi tuan." ucap Arthur dengan nada yang menyindir namun sambil mengucapkannya dengan tutur kata yang halus.
"Memangnya kenapa? lagi pula tidak ada yang spesial dari tubuh mu, jadi berhenti terus mengoceh seakan-akan ada sesuatu yang perlu ku jaga dari tubuh ini." ucap Aruna dengan nada yang kesal.
Sedangkan Arthur yang mendengar ucapan Aruna barusan hanya bisa melongo tak percaya jika *Arthur yang ada di dalam raga Aruna tetap saja angkuh dan tidak mau diatur sama sekali. *Aruna yang kesal akan tingkah *Arthur yang seperti itu, lantas memalingkan tubuhnya seakan enggan untuk menatap ke arah Aruna saat ini. Hingga Aruna yang melihat Arthur seperti itu pada akhirnya hanya menghela nafasnya dengan panjang, kemudian mulai mengambil posisi duduk yang lebih anggun karena sadar ucapannya barusan pasti sudah melukai *Aruna.
"Sekarang duduklah! Ada yang perlu kita bahas di sini." perintah Arthur kemudian sambil menepuk sofa di sebelahnya mengisyaratkan Arthur untuk duduk di sana.
Dengan gerakan yang terpaksa Arthur kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Aruna dan bersiap mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Aruna saat ini.
"Aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, hanya saja kenyataannya yang ada sekarang yaitu aku terbangun di dalam ragamu sedangkan kau terbangun di dalam raga ku!" ucap Aruna mulai membuka suara.
"Anda benar tentang itu tuan hanya saja saat ini yang perlu kita pikirkan adalah, bagaimana cara kita kembali ke tubuh kita masing-masing." ucap Arthur kemudian.
Keduanya yang menyadari hal yang diucapkan oleh *Aruna adalah pokok penting dari permasalahan ini, membuat keduanya lantas nampak terdiam dengan pikiran masing-masing. Apa yang terjadi diantara keduanya benar-benar sesuatu yang tidak masuk akal namun nyatanya sungguh terjadi kepada keduanya. Tidak ada yang bisa memberikan kepada mereka berdua jawaban yang pasti selain hanya sebuah praduga dan juga terkaan yang belum tentu apakah hal tersebut benar-benar penyebab utama dari permasalahan keduanya.
Keheningan nampak terjadi diantara keduanya, hingga tiba-tiba sebuah pemikiran gila lantas mendadak terlintas begitu saja dibenak *Aruna.
"Apa jangan-jangan ini semua terjadi karena anda menyukai saya kan tuan? Jawab saja tak perlu malu." ucap *Aruna kemudian dengan nada yang terdengar percaya diri.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments