Malam itu suasana sangat hening, seperti biasanya Berryl membantu ayahnya membersihkan rumah karena pagi hingga sore dia harus berkutat dengan urusan perusahaan hingga tidak sempat untuk membersihkan rumah, awalnya Berryl ingin mengambil seorang asisten rumah tangga namun ayahnya tidak ingin Rose Garden di urus oleh orang lain. Antonio masih bersikeras untuk mengurus Villa tersebut sendirian. Sementara laki-laki yang kini menyandang gelas sebagai kakek Jesslyn itu sesekali terdengar terbatuk-batuk.
"Kakek apakah kamu baik-baik saja?" tanya Jesslyn dengan lembut, dia berjalan dari tempat duduknya menghampiri laki-laki paruh baya yang sedang membersihkan debu di antara celah guci tersebut.
"Kakek baik-baik saja. Kamu lanjutkan belajar saja, setelah itu pergi tidur. Oh iya Bagaimana kondisi perusahaan akhir-akhir ini nak." ucap Antonio mengalihkan pembicaraan. Laki-laki itu benar-benar tidak ingin Jesslyn mengorek tentang penyakitnya.
"Tidak apa-apa ayah. Semuanya baik-baik saja, malah semua dalam kendali. Apalagi barusan aku dapat proyek besar."
Berryl yang sedang mengepel lantai tersebut menjawab pertanyaan ayahnya tanpa ada yang di tutup-tutupi. Jesslyn yang mendengar itu merasa bersalah dengan ibunya, ibunya terlambat menjemputnya karena bekerja keras demi dirinya tapi dia malah membuat ibunya sedih dengan pertanyaan konyol seputar ayahnya.
"Ibu, Mike itu sangat nakal ya. Dia sering kali mengejekku tidak punya ayah waktu sekolah."
Jesslyn berkata sambil memasukkan mainan ke dalam tempatnya, dia masih harus bertingkah seperti anak-anak lainnya jika ada ibunya.
"Siapa Mike?" tanya Jesllyn.
" Mike itu anak bibi Molly sama tuan Steven."
Bagai di sambar petir di siang hari, anak dari mantan tunangan dan mantan sahabatnya sekolah di tempat yang sama dengan Jesslyn. Ingin rasanya batin berteriak walau enam tahun sudah berlalu dan mereka tidak pernah bertemu namun rasa sakit masih tersimpan dengan baik di hatinya. Berryl hanya terdiam, dia tidak menanggapi ucapan dari Jesslyn dan hal tersebut membuat bocah 5 tahun itu tidak lagi berkata lebih banyak.
"Ibu aku mau main komputer sebentar ya." ucap Jesslyn sambil beranjak dari tempat duduknya.
setelah menyelesaikan semua tugas yang di berikan bu Jasmine, Jesslyn memang memiliki kebebasan menggunakan komputer untuk mengasah kemampuan nya. Namun siapa sangka dia justru menjadi peretas handal.
Kini dia sedang bersiap meretas sistem ke amanan Steven group, perusahaan ayah Mike, anak laki-laki yang mengejeknya pagi tadi di sekolah. Bukan dirinya jika dia tidak membalas dendam. Walaupun ibunya sering berkata jika balas dendam tidaklah baik namun dalam darah Jesslyn mengalir darah panas yang susah untuk di kendalikan
"Pertama turunkan harga saham dulu." ucap Jesslyn sambil menggerak-gerakkan mouse.
Bocah berusia lima tahun sudah menegerti tentang saham, mustahil dalam kehidupan nyata, namun Jesslyn mewarisi gen ayahnya yang sangat cerdas hingga tidak bisa di pungkiri dia memiliki banyak pengetahuan saat dia masih kecil.
Tidak butuh waktu lama, Jesllyn benar-benar masuk kedalam sistem ke amanan dari perusahaan tersebut, sekecil apapun celah nya selama itu masih ada Jesslyn bisa masuk ke dalamanya. Tapi ke amanan perusahaan kecil tentu saja tidak terlalu sulit untuk di bobol.
Jesslyn masih fokus pada layar monitor tersebut hingga tidak menyadari ibunya datang.
"Jesllyn apa yang sedang kamu lakukan?" tanya ibunya yang tidak paham dengan apa yang di lakukan oleh putrinya yang masih anak-anak tersebut.
"Jangan terlalu lama menatap layar, kamu masih kecil matamu bisa rusak. Oh iya jika bermain sampai kamu merusakkan komputer ibu."
Berryl melanjutkan kata-katanya sambil melenggang meninggalkan Jesslyn. Tubuhnya sangat lelah dia hendak membersihkan diri dan segera membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur karena besok dia masih harus menyambut pagi dengan semangat.
Jesslyn menghela nafas sukur ibunya tidak tau dunia peretasan yang dia tau hanyalah permainan anak-anak namun adakah permainan anak-anak semacam ini. tentu saja kan tidak ada.
Setelah merasa cukup berhasil Jesslyn menghapus alamat ip nya hingga dirinya tidak bisa di lacak, dia hanya tinggal menunggu surat dari perusahaan itu untuk membayar kerusakan sistem nya hingga dia bisa mendapatkan uang dari itu.
Sementara itu di negeri yang jauh di sana, Song Lucas kini sangat lah dingin. Dia tidak lagi bisa atau mudah diajak bergaul. Sejak kepergian Berryl 6 tahun yang lalu membuat dirinya makin kaku dan lebih susah untuk di tangani, hal ini membuat Lan Dijia ingin berhenti dari jabatan wakil presdir sekaligus asisten terpercaya Lucas dia sudah sedikit merasa putus asa untuk melayani Lucas namun Elin sendiri selalu mengingatkannya untuk terus bersabar karena sahabat yang baik tidak meninggalkan sahabatnya ketika terpuruk. Lucas sendiri sudah mencari Berryl dengan seluruh kekuatan dan kekuasaan yang dia miliki namun hasilnya nihil, mencari satu orang yang tidak di kenal dalam satu negara itu sama halnya mencari jarum dalam tumpukan jerami.
"Lucas, aku ingin minta izin cuti untuk perisapan pernikahanku dengan Elin."
"Hmmm.." hanya itu saja jawaban dari Song Lucas.
Dijia sudah terbiasa mendapat perlakuan itu namun dirinya tetap pergi untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Elin Ji. Sudah enam tahun Elin lost contac dengan Berryl dalam hati kecilnya dia ingin sekali menikah di hadiri oleh sahabat baiknya itu namun entah bagaimana dia menghubungi Berryl sementara mereka sudah lost contac.
"Elin kenapa kamu begitu murung?" tanya Dijia saat mereka sedang dalam perjalanan untuk mencoba gaun.
"Sampai saat ini tidak adakah kabar tentang Berryl?" tanya Elin sambil menatap wajah calon suaminya tersebut.
"Sampai saat ini aku dan Song Lucas tidak mendapatkan hasil apa-apa. Bahkan cincin Harimau Emas yang di berikan kepada Berryl tidak pernah di gunakan hingga kami tidak bisa melacaknya."
"Sayang apa bisa kita menyiarkan tentang rencana pernikahan kita di saluran tv internasional. mungkin dengan itu jika dia masih mengingat kita dia akan tau kita akan menikah." ucap Elin sambil menatap keluar jendela. ada rasa rindu yang tidak di mengerti antara dia dan Berryl, jarak mereka yang terlalu jauh membuat mereka tidak bisa menghubungi satu sama lain.
"Tentu saja bisa, aku bisa melakukan segala hal untuk mu dan Lucas."
Lucas menyandarkan tubuhnya di atas kursi besarnya, dia menatap jauh ke depan mengingat masa lalu, andai saja dulu dia tau lebih awal tentang kehamilan Berryl mungkin dia tidak akan kehilangan ibu dan anak tersebut mungkin sekarang dia bisa mengunjungi anaknya kapanpun dia mau. Namun itu memang kesalahannya dia memberikan 1.000.000 yuan untuk Berryl dengan harapan itu bisa membeli keperawanannya. Namun siapa sangka sekarang dia justru merasa kehilangan setelah wanita itu benar-benar pergi.
Lucas merasa kesal dengan dirinya dia menepis apapun yang ada di depannya hingga lembaran mulai dari berkas dan lain-lain berceceran ke lantai, kemudian dia menatap foto Berryl yang terbingkai rapi di dalam laci meja kerjanya, wanita itu nampak tersenyum dengan balutan gaun indah di acara wisudanya. Siapa sangka acara wisuda itu adalah momentum kepergiannya.
"Wanita, apakah kamu masih ingat denganku saat ini. Atau justru kamu sudah memiliki suami di sana. Oh tidak, anak Song Lucas tidak seharusnya dibesarkan oleh orang lain."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
bibi
next
2023-03-04
2