Akhirnya mereka keluar dari gerbang, karena hari masih siang mereka bisa leluasa bergerak. Selagi mereka merencakanan langkah mereka selanjutnya, mereka melihat guru olah raga yang barusan mengajar mereka, keluar dari gerbang bersama dengan orang orang yang memakai baju apd itu. Makoto, Nanako, Tetsuo, Kana, Ryoma dan Reina langsung bersembunyi di gang kecil di sebrang sekolah dan melihat guru olah raga yang sedang berbincang bincang dengan orang orang yang memakai apd. Kemudian seorang yang membawa koper berisi tabung yang mereka lihat keluar. Guru olah raga dan beberapa orang tadi berpamitan dan berjalan ke arah yang berlainan. Guru olah raga itu melihat sekeliling dan menelpon. Gelagat nya sangat mencurigakan.
“Baiklah, aku akan mengikuti orang orang berbaju putih itu. Kalian mau gimana ?” Tanya Ryoma.
“Aku ikut……” Jawab Reina.
“Duh…ya sudah, percuma kalau ku larang, tapi jangan gegabah dan hati hati ya….” Balas Ryoma.
“Baik…..hehe.” Balas Reina lagi.
“Aku akan ikuti sensei, aku penasaran dia mau kemana.” Tambah Tetsuo.
“Aku ikut kamu gorilla, dia ada hubungannya juga dengan keluarga ku…seharusnya.” Kana menarik baju Tetsuo.
“Ya, aku juga berencana mengajak kamu…..kalian mau kemana bro ?” Tanya Tetsuo.
“Aku dan Nanako tetap di sekolah, menyelidiki di sini setelah sepi…eh..main ajak aja aku. Maaf Nana chan.”
“Jangan minta maaf…aku malah senang.”
Kemudian mereka langsung berpencar, Ryoma dan Reina mengikuti orang orang berbaju putih itu, Tetsuo dan Kana mengikuti guru olah raga dan Makoto tetap di sekolah bersama Nanako.
[POV] Ryoma dan Reina
Ryoma dan Reina mengendap ngendap mengikuti orang orang itu. Mereka melihat orang orang itu menuju ke beberapa mobil van putih, beberapa pengawal berpakaian seperti orang kantoran berjaga sambil membawa senapan mesin. Ryoma menarik tangan Reina dan mendekat ke salah satu mobil van. Mereka menyusup masuk ke dalam. Di dalam ada sebuah kain terpal yang biasa di gunakan untuk menutupi barang sedang tidak terpakai. Ryoma mengambil nya dan menyelimuti dirinya juga Reina dengan kain itu.
“Ugh bau…..” Rena berbicara melalui telepati.
“Tahan sebentar, begitu sampai kita langsung keluar.”
“Iya aku tau….kita tenang saja dulu di sini.” Wajah Reina terlihat senang.
“Kok kamu kelihatannya senang ?” Tanya Ryoma.
“Biarin….aku senang berpetualang.”
Padahal Reina senang karena berduaan di bawah selimut dengan Ryoma walau dia belum mengerti apa perasaan nya kepada Ryoma. Tak lama kemudian, dua orang masuk ke mobil tempat mereka bersembunyi. Mereka langsung duduk dan menutup pintunya. Kedua orang itu memakai seragam pekerja yang sama, sepertinya mereka juga memakai pakaian apd barusan karena mereka membawa pakaiannya di dalam kantong. Ryoma melihat ada kesempatan dengan hadirnya dua orang yang tidak menyadari mereka ada di dalam.
Ryoma dan Reina merasakan mobil mulai berjalan dan berbelok. Di perjalanan mereka mendengarkan percakapan kedua orang itu.
“Bos kita benar benar seenak nya, kita di suruh mengambil sample menjijikan seperti tadi, aku sebenarnya tidak tahan bau nya.”
“Ssst…jangan bicara yang tidak tidak…nanti ada yang dengar repot.”
“Loh memang ada siapa lagi di sini selain kita…”
“Aku kurang nyaman membicarakan hal hal begini…lagipula bos menyuruh kita bergabung dengan orang Takano kan untuk mengambil sample nya, kebanyakan mereka yang berkerja juga…..”
“Takano…..” Gumam Ryoma dan Reina bersamaan melalui telepati.
“Iya juga sih, tapi aku malas saja, enakan mengedarkan obat obat itu.”
“Ya iyalah, siapa juga yang mau kerja seperti ini….”
“Aaaah panas…aku buka baju dulu.”
Salah satu orang itu membuka baju nya dan menurunkan nya sampai ke pinggang, dia hanya memakai kaos singlet saja. Mata Reina langsung tertuju kepada tato di dada nya. Ryoma juga melihat nya, dia juga menarik kemeja Reina dan melihat ke dalam dada nya yang besar itu. Tato mereka ternyata sama. Wajah Reina langsung berubah menjadi merah.
“Grrr Ryo, apa apaan sih….”
“Maaf aku reflek, aku sering lihat tato mu waktu tidur soalnya. Dan tato orang itu sama, aku hanya memastikan. Mereka dari grup mu.”
“Aku juga tau……tapi kan kamu tidak perlu lihat segala….huuuh.”
“Maaf maaf, ga akan sekali lagi……”
“(Padahal kalau minta baik baik pasti ku kasih….payah).”
“Kamu bilang apa ?”
“Ga tau……”
Orang di depan mereka mengambil sebuah karton keras seperti papan dan mulai menggunakan nya sebagai kipas untuk dirinya yang kepanasan. Setelah berjalan cukup lama, mobil berhenti. Kedua orang di depan mereka turun dan memakai apd nya. Setelah aman, Ryoma dan Reina mengikuti mereka turun. Begitu turun ternyata mereka berada di tokyo play land. Tempat bermain dan berekreasi bagi warga, dengan banyak permainan di dalam nya. Kedua orang itu masuk lewat samping yang tidak melalui loket. Ryoma dan Reina mengikuti mereka masuk dari samping karena sepi.
Kedua orang itu berjalan terus menuju sebuah wahana yang berbentuk istana yang lumayan besar. Di depan wahana itu banyak terlihat orang orang berpakaian kantoran sedang berjaga, mereka memakai name tag di dada mereka dan membawa senjata. Ryoma dan Reina melihat satu orang penjaga menjauh sedikit dan sendirian. Mereka mengendap ngendap ke belakang nya dan langsung menyergap membuat nya pingsan. Setelah itu, mereka menyeret orang itu ke semak semak. Name tag nya ternyata dari perusahaan yang Ryoma kenal yaitu Shi security, perusahaan milik ayah nya yang membawa ibunya pergi waktu itu.
“Hmm keluarga kita berdua ada di sini….” Gumam Ryoma.
“Iya benar, gimana Ryo ?”
“Kita masuk Rei, tapi kamu jangan jauh jauh.”
“Aku mengerti….”
Mereka berusaha mendekati wahana itu dari belakang dan masuk melalui pintu staff di belakang wahana itu. Ternyata pintu adalah pintu masuk ruang maintenance wahana tersebut. Di dalam penuh dengan mesin mesin penggerak untuk wahana. Ryoma melihat empat setel pakaian teknisi tergantung di dinding sebelah meja. Ryoma langsung mengambil nya dan memakainya. Dia memberikan Reina satu stel pakaian itu. Dengan terpaksa, Reina memakainya. Keduanya memakai topi untuk teknisi yang juga di gantung bersama dengan pakaian nya. Keduanya melipat rambutnya dan memasukkan nya ke topi.
Keduanya langsung keluar, mereka ke depan wahana yang di jaga oleh beberapa penjaga. Dengan yakin nya mereka berjalan masuk ke dalam melewati penjaga. Tiba tiba pudak Reina di pegang dari belakang.
“Tunggu….” Seorang penjaga memegang pundak Reina.
Reina langsung gemetar, dia berpikir kalau dia ketahuan, wajah nya terlihat panik. Ryoma langsung berbalik dan menghampiri penjaga yang memegang Reina.
“Kenapa pak ?” Tanya Ryoma.
“Oh tidak, baru kali ini aku lihat ada teknisi perempuan hahahaha….ya sudah silahkan masuk.”
“Baik pak, permisi.”
Ryoma langsung berbalik dan menarik Reina masuk ke dalam. Begitu sampai di dalam keduanya langsung lari ke ruangan petugas kebersihan dan menarik nafas di sana. Kemudian mereka mengintip keluar, ternyata ada juga beberapa penjaga yang berjaga di dalam wahana. Mereka masuk lagi dan duduk sebentar melepas lelah dan tegang.
“Huff….aku pikir kita ketahuan….” Reina melepaskan nafas nya.
“Iya hampir, tapi kamu untung diam saja Rei…..coba kalau kamu teriak.”
“Haaaah…aku takut tau.”
“Sekarang pokok nya sudah aman, sekarang tinggal ke atas atau ke bawah…kita tidak tau lokasi mereka membawa sample nya.”
“Iya ya, kita jelajahi saja semua, gimana ?” Usul Reina.
“Ok…pertama kita ke bawah, sepertinya lebih mudah.”
“Sip….”
Mereka membuka lagi pintunya dan keluar dengan percaya diri, mereka melewati beberapa penjaga yang menganggap mereka adalah teknisi karena mengenakan seragam dan topi. Di depan mereka ada pintu dengan tangga menuju ke bawah di dalam nya. Mereka langsung masuk ke sana dan turun. Dengan perlahan mereka berjalan menuruni tangga. Tiba tiba dari bawah ada langkah kaki menuju ke atas. Karena sudah di tengah tengah dan tidak tempat untuk sembunyi. Ryoma langsung mendorong Reina ke dinding. Tangannya menutup mulut Reina. Setelah orang orang itu mendekat, Ryoma langsung mencium tangannya yang menutup mulut Reina. Tiga orang penjaga melewati mereka.
Ketiganya melihat Ryoma yang terlihat sedang merapatkan Reina ke dinding dan mencium nya. Mereka melewati mereka. Kemudian seorang dari ketiga nya berbalik dan berbisik kepada Ryoma.
“Tenang saja, aku tidak akan bilang bilang bos, tapi habis ini langsung kerja ya….”
Kemudian dia berbalik lagi dan berlari menyusul dua temannya. Sesudah ketiganya pergi, Ryoma melepaskan tangannya, mereka meneruskan menelusuri tangga dengan perlahan. Wajah Reina memerah lagi dan dia terus melihat Ryoma dengan cemberut.
“Kenapa ga beneran sih…..” Pikirnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di penghujung tangga. Di kana nada sebuah ruangan yang pintunya tertutup. Ryoma mencoba membukanya dan ternyata pintu bisa di buka. Mereka masuk ke dalam. Di dalam ruangan tidak ada apa apa, ruangan itu adalah kantor yang sepertinya kantor pengelola wahana itu. Luasnya hanya empat kali empat meter saja dan tidak ada pintu lain selain ruangan itu. Ryoma langsung memeriksa meja yang ada di sebelah kanan ruangan. Dia membuka laci dan mencari petunjuk. Di depan meja itu ada sofa kecil dan Reina duduk di situ sambil melihat lihat.
Tanpa sengaja, Reina melihat ada sebuah tombol yang berada di bawah meja tamu yang kecil di depan nya, dia coba menjulurkan kaki nya dan menekan tombol itu. Dinding di kanan nya langsung bergeser dan ada tangga turun di dalamnya.
“Wah hebat Rei, kamu menemukan nya….” Puji Ryoma.
“Hehe makasih….” Reina senang di puji Ryoma.
Dengan perlahan dan hati hati, mereka menuruni tangga. Kali ini tangganya terlihat jauh dan dalam. Semakin lama tangga semakin lebar, mereka berdua berjalan dekat dinding. Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah ruang yang memiliki pintu kaca. Mereka membuka pintu nya dan masuk ke dalam. Ryoma dan Reina kaget melihat apa yang ada di dalam ruangan. Di dalam ruangan banyak tabung berisi monster monster yang sepertinya di awetkan oleh cairan yang ada di dalam tabung. Mereka berdiri di sebuah jembatan gantung dan besarnya tabung sampai ke lantai yang ada di bawah mereka.
“Apa ini ? banyak sekali monster yang ada disini dan beraneka ragam.”
“Tapi kita sudah lihat monster monster ini di gudang, walau ada banyak juga yang belum kita lihat. Aku foto Ryo.”
Reina langsung mengeluarkan smartphone nya dan memfoto kondisi di dalam ruangan. Ryoma mendengar ada suara di belakang mereka, dia langsung menarik Reina dan bersembunyi di balik peti peti besar yang ada juga di sana. Karena kaget di tarik, smartphone Reina jatuh di depan tabung tabung itu.
“Aduuuuh gimana nih Ryo…kamu sih main tarik aja….”
“Biarkan dulu….nanti kita ambil.”
Beberapa orang masuk dari pintu kaca yang sama dengan mereka masuk. Seorang pria yang masuk itu tidak sengaja menendang smartphone Reina sehingga terjatuh di antara tabung tabung besar itu. Orang yang merasa menendang smartphone Reina berhenti dan melihat ke bawah, karena dia tidak melihat apa apa, dia meneruskan berjalan lagi. Setelah semua orang itu masuk ke dalam pintu, Ryoma dan Reina melihat ke bawah. Smartphone Reina berada di dekat ujung sebuah tabung. Ryoma langsung melihat sekeliling, mencari jalan untuk turun ke bawah.
Akhirnya dia mempunyai ide, dia membuka window status nya dan menyalakan fungsi float nya. Dia langsung menggendong Reina dan melompati railing jembatan gantung itu. Dia melayang, kemudian dia mematikan fungsi nya dan menyalakan nya lagi selama tiga kali. Akhirnya mereka sampai di bawah. Ketika sampai, mereka melihat banyak peneliti berbaju dokter warna putih sedang berkerja (lab coat). Dengan diam diam, mereka mendekati tabung tempat smartphone Reina jatuh.
Ryoma dan Reina bersembunyi dan lari dari tabung ke tabung. Akhirnya mereka sampai di tabung yang di depan nya tergeletak smartphone milik Reina. Ketika mereka mau mengambil nya, seorang ilmuwan lewat dan melihat ada smartphone di bawah. Ryoma dan Reina kembali ke belakang tabung sambil saling menutup mulut mereka. Ilmuwan itu mengambil smartphone itu dan mengamati nya. Kemudian dia berteriak,
“Ada yang merasa punya smartphone ini ? benda ini jatuh di sini.”
Mendengar teriakan nya, para ilmuwan yang lain mendekati nya dan melihat smartphone tersebut. Semua ilmuwan menggelengkan kepala tanda bukan mereka pemilik smartphone itu. Karena tidak ada yang punya, ilmuwan yang memungut smartphone milik Reina langsung memasukkan ke saku jas lab (lab coat) dan membawa nya pergi.
“Aduuuuuh…..gimana nih ?” Tanya Reina melalui telepathy.
“Hmm ikuti dia, sepertinya dia ke ruang sebelah.”
Keduanya langsung mengikuti ilmuwan yang memungut smartphone tadi. Ilmuwan itu ada di ruang sebelah, ruangan tempat pembedahan monster. Tapi yang di bedah bukan sembarang monster, Ryoma dan Reina melihat di depan mata mereka, seseorang berbaju lusuh, tangan dan kaki nya di rantai, di ikat di meja bedah. Kemudian mulutnya di buka dan di paksa menelan pil berwarna hijau, pil yang berbeda dengan pil yang mereka tau sebelum nya. Orang itu berteriak kesakitan, matanya melotot seperti mau keluar dari tempatnya.
Badan nya langsung membesar dan berubah menjadi seperti gumpalan daging yang berdenyut. Gumpalan daging itu mulai membentuk kembali tangan, kaki yang gemuk dan besar. Kaki yang terbentuk ada 6, di kanan tiga kaki dan di kiri ada tiga kaki. Tangannya menjadi 8, di kanan empat dan di kiri empat. Dada dan perutnya menggembung menjadi seperti orang yang gendut. Kepalanya jadi terlihat kecil karena tenggelam di telan badannya. Mulut melebar sampai belakang kepala. Jika membuka mulut, seakan akan kepalanya terbelah dua. Wujudnya sangat mengerikan. Ryoma dan Reina menahan mual mereka melihat nya.
Ilmuwan itu berdiri di depan ranjang bedah itu menyaksikan semua, kedua tangannya berada di dalam saku jas lab (lab coat) nya. Ryoma dan Reina berusaha mendekatinya dan bersembunyi di belakang sebuah lemari pendek dan lebar di ujung. Mereka melihat beberapa dokter mulai melakukan pembedahan setelah orang yang berubah itu mati. Dokter dokter itu mulai mengamputasi nya, tangan dan kaki yang sudah terlepas di masukkan ke dalam tabung. Ryoma dan Reina yang melihat nya menahan geram.
“Biadab banget Ryo…..mereka anggap nyawa manusia itu apa ?”
“Aku tau Rei, aku juga marah dan benci melihat nya…..keterlaluan.”
Mereka berdua fokus melihat tindakan para dokter itu, mereka ingin sekali keluar dan membantai semua orang di situ. Tiba tiba, “Klik……” Terdengar suara persis di telinga Ryoma. Reina langsung menoleh dan melihat seorang penjaga sedang menempelkan pistol di pelipis Ryoma. Keduanya langsung mengangkat tangan dan berdiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments