Moving to shelter

Makoto, Nanako, Tetsuo, Kana, Ryoma dan Reina pergi ke sekolah pagi pagi, tujuan mereka adalah mengambil beberapa seragam untuk mereka kenakan nanti sewaktu sekolah karena seragam mereka hilang saat berubah. Selain seragam, peralatan lainnya seperti buku buku, makanan di cafetaria dan obat obatan di uks semua di ambil dan di bawa kembali ke apartemen Tetsuo. Setelah itu, mereka bersama sama berjalan menuju shelter. Ketika keluar dari apartemen,

“Gimana kalau kita di apartemen ku dulu, besok baru ke shelter ?” Tanya Tetsuo.

“Tapi barusan ada panggilan kan kalau orang yang selamat harus ke shelter.” Jawab Reina.

“Ah kita ber enam tidak akan kenapa kenapa….aku yakin.” Kana membantah Reina.

“Di shelter ada kamar mandi ?” Tanya Nanako.

“Pasti ada, di sana kita bisa dapat makan gratis juga….” Jawab Ryoma.

“Tetsu, sebaiknya langsung saja ke shelter, aku mau tidur, kita belum tidur semalaman.” Ujar Makoto.

“Iya juga ya, tidak ada satupun dari kita yang tidur semalam.” Tambah Kana.

“Ya sudah lah, ayo kita kesana…bye apartemen ku….” Tetsuo melambai ke apartemen nya.

“Apartemen bobrok saja di pamiti, aneh….” Celetuk Reina.

“Bobrok tapi nyaman….rese….” Balas Tetsuo.

“Sudah sudah, nanti malah berantem lagi, emosi kita lagi tidak stabil karena ngantuk.” Makoto memarahi keduanya.

“Siap bro…sorry Reina chan.”

“Aku juga sorry Tetsuo kun.”

Mereka akhirnya langsung berangkat ke shelter. Selagi berjalan, mereka di hadang oleh gerombolan gangster yang sedang menjarah bangunan bangunan di sekitar mereka. Gerombolan itu mengepung mereka di jalanan yang sekarang sudah tidak ada siapa siapa. Pemimpin gerombolan itu maju ke hadapan mereka.

“Oi oi…mau kemana ? woah..lihat…ada wanita….lumayan. Serahkan semua bawaan kalian dan tinggalkan para wanita itu. Atau kalian kami bunuh.” Pemimpin berkata dengan senyuman bengis.

“Maksud mu kami ?” Tanya Makoto meledek.

“Hah…memang siapa lagi…..jangan bercanda, cepat lakukan yang kusuruh.” Teriak pemimpin itu.

Makoto dan lainnya langsung berunding di tengah pengepungan itu, mereka membentuk lingkaran dan saling merangkul sambil menunduk berbisik.

“Lawan mereka tidak perlu berubah kan ?” Tanya Tetsuo.

“Ga perlu, aku sendiri cukup….” Jawab Kana.

“Jangan begitu Kana, lihat, mereka sepertinya serius dan sebaiknya sekalian di kubur.” Balas Ryoma.

“Hmm…siapa mau coba duluan ?” Tanya Reina.

“Loh…Nanako san, mau kemana ?” Tanya Makoto.

Nanako memisahkan diri dan menghampiri pemimpin gerombolan gangster itu. Dia berdiri di depan nya dan melihat wajah pemimpin itu tanpa ekspresi.

“Heee menyerahkan diri…..” Tangan pemimpin bergerak ingin menjamah Nanako.

Nanako langsung menangkap tangan pemimpin itu dan melemparkannya ke gerombolan gangster di belakang nya. Nanako mengamati tangannya, kemudian dia berbalik melihat teman temannya.

“Ok, ga perlu berubah…..” Katanya dengan wajah tanpa ekspresi.

“Nah Reina chan, tadi nanya kan siapa duluan ?” Tanya Makoto.

“Hehehehe…sip.” Jawab Reina.

Mereka langsung berjalan menerobos kepungan gerombolan itu. Para gangster yang mengepung membukakan jalan untuk mereka. Ke enam nya dengan santai melewati para gangster itu. Tiba tiba pemimpin gangster yang sudah bangun berteriak menyuruh anak buah nya menyerang. Dia sendiri mengeluarkan pisau dan maju menyerang. Pemimpin itu menusuk punggung Makoto yang kebetulan berjalan di paling belakang bersama Tetsuo. “Klang…..” Pisau yang menusuk punggung Makoto patah. Karena kaget, Makoto berbalik, langsung melihat jersey nya. Wajah nya langsung berubah.

“Aaaaa…..jersey ku….satu satunya jersey ku bolong….grrrr….”

Makoto langsung berbalik dan bejalan menuju gerombolan gangster ya berada persis di belakang nya. Wajah nya terlihat sangat geram.

“Siapa yang menusuk ku barusan ?” Tanya nya dengan geram.

“Di..dia….bukan aku……” Pemimpin yang berada di depan nya langsung menunjuk anak buah nya yang berada di samping.

Anak buah di samping nya langsung mengangkat tangan nya dan meggelengkan kepalanya, memberitahu kalau dia bukan pelakunya. Makoto berbalik lagi kepada pemimpin gangster.

“Kamu kan……” Makoto langsung memukul perut pemimpin geng.

Tapi tangannya masuk ke dalam perut pemimpin geng itu dan menembus ke punggung nya. Pemimpin geng langsung mati seketika. Makoto menjadi bingung, dia menarik tangannya dari perut pemimpin yang sudah mati itu. Dia memperhatikan tangannya yang berlumuran darah dengan seksama. Dia menoleh ke samping dan melihat anak buah gangster sedang terduduk ketakukan di sana. Dia merubah tangannya menjadi bentuk tebasan dan langsung menebas leher anak buah itu. Kepala anak buah itu langsung terpental. Selesai mengadakan percobaan, dia baru mengerti kalau dirinya sudah menjadi pedang yang tajam. Anehnya dia tidak merasakan apa apa ketika membunuh dua orang.

Dia menoleh kepada teman teman nya dan melihat mereka juga biasa saja, seperti membunuh adalah hal yang wajar. Nanako malah menghampiri nya memberikan handuk dengan wajah tanpa ekspresi. Makoto dan Nanako kembali menghampiri teman teman nya dan mereka berjalan lagi seperti biasa sambil berbincang dan tertawa seakan akan tidak terjadi apa apa. Sisa anak buah gangster yang masih ada di sana sangat ngeri melihatnya, mereka memilih diam dan tidak berbuat macam macam. Makoto dan lainnya tidak ada yang membahas kejadian barusan. Setelah berjalan cukup lama, mereka sampai di sebuah pintu besi besar dan di jaga oleh beberapa personel tentara. Ke enam nya langsung menghampiri penjaga di sebelah kanan.

“Maaf bisa ijinkan kami masuk ?” Tanya Makoto.

“Wah masih ada warga sipil di luar, kalian pelajar ? kalian tidak apa apa ?” Tanya tentara itu.

“Iya benar…..kami baik baik saja.” Jawab Makoto tenang.

Tentara itu membawa mereka ke ruang steril untuk di semprot anti radiasi. Jika ada reaksi mereka tidak di ijinkan masuk. Ke enam nya langsung di semprot, tidak ada reaksi di tubuh mereka. Beberapa perawat memeriksa Makoto karena di tangannya masih ada bekas darah. Setelah memastikan tidak ada luka di tubuh Makoto, mereka di ijinkan masuk. Di balik pintu ada sebuah lift untuk turun kebawah. Mereka ber enam masuk ke dalam lift dan seorang tentara yang memang bertugas mengoperasikan lift membawa mereka turun ke bawah.

Begitu sampai di bawah, mereka keluar lift dan berjalan keluar dari gua. Makoto dan lainnya kaget melihat ada sebuah kota besar di dalam tanah. Suasana di dalam terang karena hampir semua gedung menyalakan lampu seperti kalau malam di kota besar. Makoto, Nanako, Tetsuo, Kana, Ryoma dan Reina menjadi senang melihat nya. Nanako yang biasanya memasang wajah dingin tanpa ekspresi, tersenyum kecil.

“Wah sepertinya enakan tinggal di sini dari pada di atas…..” Gumam Tetsuo.

“Benar bro, enakan di sini nih hahaha….” Tambah Makoto.

“Lalu ? sekarang kemana ?” Tanya Nanako.

“Tidak tahu, coba aku tanya petugas itu….” Reina langsung mendekati seorang petugas di pintu masuk.

Pakaian petugas itu seperti seorang polisi dan di dampingi oleh dua orang tentara. Reina mendekatinya di temani Kana. Petugas itu melihat pakaian Reina dan Kana, yaitu jersey seragam sekolah. Belum sempat Reina bertanya, petugas itu sudah menunjukkan asrama untuk anak sekolah yang letak nya tidak jauh dari pintu masuk. Makoto, Nanako, Tetsuo dan Ryoma langsung menuju tempat yang di tunjukkan bersama Reina dan Kana.

Banyak mobil yang melewati mereka berjalan di jalan raya. Kota di dalam shelter terlihat sangat hidup, banyak orang beraktifitas seperti berada di permukaan. Seperti yang di bilang petugas, asrama untuk sekolah ternyata dekat dengan pintu masuk ke shelter. Di depan mereka ada dua buah gedung empat lantai. Asrama perempuan berada di sebelah kiri dan asrama laki laki di kanan. Nanako, Reina dan Kana langsung menuju ke asrama perempuan. Makoto, Tetsuo dan Ryoma langsung menuju ke asrama laki laki. Makoto membuka pintu masuk ke dalam asrama. Di dalam mereka melihat kalau yang tinggal di sana bukan hanya dari sekolah mereka, melainkan beberapa sekolah di wilayah kalangan kumuh.

Banyak mata yang melihat mereka bertiga ketika masuk ke dalam. Seorang petugas berdiri dan menghampiri mereka.

“Halo, selamat datang di asrama.” Sapa petugas itu.

Kemudian petugas itu mengajak mereka ber tiga ke mejanya. Petugas itu meminta kartu pelajar mereka. Makoto, Tetsuo dan Ryoma langsung mengeluarkan kartu pelajar mereka dan memberikan nya kepada petugas. Begitu melihat kartu mereka, petugas kaget, dia berkata kalau hanya mereka bertiga yang berasal dari Tekoku high, sebab kabarnya tidak ada yang selamat di sana akibat tragedi kemarin. Makoto, Tetsuo dan Ryoma saling melihat satu sama lain dengan bingung. Pantas semua mata melihat mereka ketika melihat mereka masuk sebab mereka memakai jersey Tekoku high. Petugas mendata mereka berdasarkan kartu pelajar mereka. Kemudian petugas memberikan kunci kamar kepada mereka dan mengembalikan kartu pelajar mereka.

Makoto, Tetsuo dan Ryoma beranjak pergi menuju kamar mereka. Isi kamar mereka  seharus nya berisi empat orang, tapi karena sebelum nya kosong, jadi mereka bertiga saja dalam satu kamar. Semua mata siswa di sana memandang mereka dengan pandangan yang sinis mengiringi mereka naik ke kamar mereka. Makoto, Tetsuo dan Ryoma tidak memperdulikan nya, sebab sekolah mereka memang sudah terkenal paling berantakan dan bandel di wilayah kalangan kumuh. Begitu masuk ke kamar, mereka langsung mengatur tempat tidur mereka. Makoto mendapat di sebelah kanan atas, di bawah nya Tetsuo dan Ryoma di kiri atas. Setelah menentukan tempat tidur mereka, Ryoma membuka tirai dan di sebrang terlihat asrama putri. Di sebrang persis mereka ternyata kamar Nanako, Reina dan Kana.

Kana membuka jendela dan melambai ke kamar Makoto, Tetsuo dan Ryoma. Tiba tiba Reina menutup tirai nya. Makoto dan lainnya tertawa melihat nya. Setelah kamar mereka rapi, Makoto yang sudah berganti pakaian mengenakan celana pendek dan kaos putih, keluar bersama Tetsuo yang memakai kaos lengan buntung dan celana pendek, juga Ryoma yang memakai kaos biru dengan celana pendek, untuk makan di cafetaria yang ada di bawah. Ketika mereka turun, sama seperti sebelumnya semua mata memandang mereka dengan sinis. Dengan cuek nya mereka berjalan ke cafetaria. Di counter, mereka mengambil nampan dan langsung di berikan makanan oleh petugas cafetaria.

Makoto, Tetsuo dan Ryoma mencari tempat duduk yang kosong dan begitu menemukan mereka langsung duduk di situ. Orang orang di sekitar mereka menyingkir melihat mereka sambil berbisik.

“Haaah lagi lagi, tapi memang reputasi sekolah kita buruk sih….” Gumam Makoto.

“Heh..aku sih sudah biasa yang seperti ini hehehe…..” Balas Tetsuo.

“Enakan seperti ini, banyak orang yang bertanya malah aku malas.” Tambah Ryoma.

Mereka langsung makan dengan lahap, karena dari kemarin mereka hanya makan seadanya. Tiba tiba semua pandangan mata beralih ke pintu masuk cafetaria. Karena penasaran, Makoto, Tetsuo, Ryoma menoleh ke pintu. Ternyata Nanako, Reina dan Kana masuk kedalam. Nanako memakai kaos lengan pendek hijau dengan celana pendek, Reina yang memakai kaus di lapisi kemeja putih tipis dengan celana pendek dan Kana yang memakai kaos lengan buntung hijau bercelana pendek, menarik perhatian semua orang yang ada di sana. Nanako, Reina dan Kana langsung menuju counter untuk mengambil makanan dan setelah itu berjalan  ke meja Makoto, Tetsuo dan Ryoma, kemudian mereka duduk bersama.

“Kok kalian ke sini ?” Tanya Makoto.

“Tidak cocok di sana….” Jawab Nanako singkat sambil makan.

“Iya benar, mereka sepertinya tidak senang sama kita….” Tambah Reina.

“Aku sih masa bodo, tapi ga enak juga kalau Nanako chan dan Reina chan jadi sasaran gara gara aku.” Tambah Kana lagi.

“Ah ga ada kamu juga pandangan mereka sama kok.” Balas Reina.

“Hehehe thanks….” Balas Kana.

“Hebat ya reputasi sekolah kita hahaha.” Celetuk Tetsuo.

“Hmm lumayan bisa di banggakan…kita berenam jadi celebriti.” Ryoma berkata sambil membetulkan kacamatanya.

Semua orang di sana melihat mereka dengan pandangan yang tidak menyenangkan, walau laki laki, mereka bergosip dan berbisik satu dengan yang lain. Setelah selesai makan, mereka kembali ke kamar. Nanako, Reina dan Kana sementara ikut ke kamar Makoto, Tetsuo dan Ryoma untuk berbincang bincang. Semua tetangga kamar mereka melihat dengan pandangan mata bermacam macam. Ada yang merasa iri, karena walau urakan, Nanako, Reina dan Kana termasuk cantik. Ada juga yang merasa kesal kepada Makoto, Tetsuo dan Ryoma yang bisa mengajak mereka ke kamar. Dan ada juga yang merasa kalau Makoto, Tetsuo dan Ryoma salah karena mengajak wanita ke asrama.

Keesokan paginya, Makoto, Tetsuo dan Ryoma yang sudah selesai menunggu Nanako, Reina dan Kana, karena semalam mereka di minta menunggu di depan asrama perempuan dan bersama sama pergi ke sekolah. Setelah Nanako, Reina dan Kana keluar dari asrama. Sekolah yang berada di shelter berada persis di sebelah kedua gedung asrama. Mereka ber enam mengenakan seragam sekolah lama nya dan dandanan seperti biasa mereka ke sekolah. Di dalam Shelter, Sekolah itu memang di khususkan untuk sekolah darurat ketika terjadi hal hal seperti kemarin yang mengganggu permukaan dan bisa menampung murid semua sekolah yang ada di kawasan kumuh. Banyak murid yang datang menggunakan seragam sekolah mereka yang berlainan. Ketika sampai di depan sekolah mereka ber enam tertegun karena besarnya gedung sekolah dan bersih.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!