Six Weapons Of Doom
Di sebuah dunia yang tidak di ketahui, pertarungan terakhir antara kegelapan dan para pahlawan terjadi. Setelah bertarung cukup lama dan seimbang, semua pahlawan kelelahan. Seorang pahlawan yang menggunakan pedang mengangkat pedang nya untuk menyemangati lima pahlawan lainnya,
“Majuuuuu……” Teriak salah satu pahlawan dengan menghunuskan pedang nya yang bernama The Black Unholy Sword.
Sebuah pedang besar yang di pakai oleh dua tangan dengan kekuatan yang bisa membelah bukit dengan satu sabetan. Pahlawan itu maju paling depan dan langsung menyabetkan pedang nya ke kepala seekor naga hitam dengan badan yang kekar dan memiliki tanduk kambing. Sebelum sabetan pedang itu sampai ke kepalanya, tangannya menangkap pedang dan melemparkan pahlawan itu.
Seorang pahlawan yang menggunakan Spirit Bow of Chaos, menembakkan lima anak panah sinar berwarna hitam ke arah dada naga itu, semua panah nya menancap di dada naga dan melukai nya. Melihat naga yang mengerang di panah, seorang pahlawan yang menggunakan Double Ax of Destruction langsung melompat dan menebas dari atas ke bawah dada naga yang terkena panah tersebut. Serangan nya membuahkan hasil, dada naga langsung terbelah dengan luka yang menganga.
Naga itu mengerang, kedua tangannya memegang dada nya yang kesakitan. Tiba tiba seorang pahlawan bepakaian hitam dan menggunakan senjata Dual Katana of Vengeance, dua buah katana yang di gunakan di tangan kanan dan kiri, berwarna merah darah, dengan secepat kilat melayangkat sabetan berkali kali ke seluruh badan naga itu.
“Graaaaaaah……” Naga itu menengadah ke atas dan meraung karena marah.
Dari mulut nya langsung menembakkan sinar kebiruan ke arah para pahlawan yang berkumpul di depan nya.
Seorang pahlawan yang memakai perisai besar berbentuk layang layang, berwarna hitam, sebuah tengkorak sebagai penghias nya dan bernama Shield of Dark Skull, langsung menancapkan nya di tanah sebelum sinar itu datang. Hiasan tengkorak yang berada di depan nya membuka mulut nya dan menelan sinar yang datang kepadanya. Kemudian matanya menyala menjadi merah dan mulut nya membuka lagi. Dari perisai itu keluar sinar yang sama hanya saja lebih kuat mengarah ke naga itu.
Dada naga yang sudah terluka langsung terhantam oleh sinar itu dan menembus nya, membuat dada naga itu berlubang. Kekuatan regenerasi naga itu luar biasa, lubang yang besar itu mulai menutup. Untuk mencegah itu, seorang pahlawan yang menggunakan senjata sebuah sabit besar bernama Death Scythe of Underworld, langsung menancapkan ujung sabit nya di lubang dan mencegah regenerasi naga itu.
“Graaaaaaaaah…..kurang ajar…..” Teriak naga itu.
Karena sudah mengetahui dia akan mati, naga itu mengangkat kedua tangannya. Dia mengerahkan semua tenaganya dan di antara kedua tangannya muncul bola hitam yang semakin lama semakin besar, bola hitam itu menyerap segalanya.
“Hahahaha….aku akan bawa dunia bersamaku…….” Naga itu tertawa.
“Tidak akan ku ijinkan…..” Teriak seorang dari belakang naga itu.
Naga itu menoleh dan melihat pahlawan berpedang sudah menyabetkan pedang ke leher nya. Kepala Naga itu langsung terputus.
“Tidaaaaaak…….” Kepala naga yang melayang itu sempat teriak sebelum masuk ke dalam lubang hitam yang dia buat sendiri.
Tubuh naga itu langsung ambruk dan tidak bergerak lagi. Tapi lubang hitam itu masih berputar di langit dan menyerap semuanya.
“Kita harus menutup nya….” Teriak seorang pahlawan yang menggunakan Bow.
“Bagaimana caranya ?” Tanya pahlawan yang memakai Scythe.
Pahlawan yang menggunakan pedang itu langsung menghampiri semua pahlawan yang sedang berkumpul.
“Satukan semua senjata kita dan kita maju ke sana…..” Ujar nya.
Semua pahlawan yang lain mengangguk. Mereka langsung berteriak dan melompat menuju lubang hitam. Belum sampai ke lubang hitam, tubuh mereka mulai terurai.
“Lempar……” Teriak salah satu pahlawan dengan badan sedang terurai.
Semua pahlawan melemparkan senjata mereka ke arah lubang hitam dengan sekuat tenaga dan sisa tenaga mereka. Tubuh mereka langsung hancur terurai dengan senyum menghiasi wajah mereka. Senjata senjata mereka melesat menuju lubang hitam. Ketika senjata senjata mereka beradu dengan lubang hitam\, sebuah ledakan yang sangat besar terjadi. Cahaya terang menyilaukan dunia itu. Semuanya menghilang. Di udara terdengar suara yang merupakan suara dunia\, kata katanya : [system error] [shut down] [3…2….1…Restart] [Blip]
--------
Bumi, tahun 4030 AD, di sebuah kota besar di dalam dome, di sebuah apartemen kumuh.
“Ugh…aku dimana ? Eh…ini kamar ku ?” Tanya seorang anak laki laki.
Dia melihat tangan dan sekelilinya, dia sadar dia sedang berada di apartemen nya. Tiba tiba kepalanya sakit. Dia mengingat pertarungan terakhir di dunia lain ketika melawan naga hitam besar yang mengerikan. Dia langsung duduk karena sudah sadar. Di depannya ada sebuah cermin, dia melihat wajah nya dan meraba wajah nya yang berlumuran darah, sepertinya darah nya berasal dari kepalanya. Nama anak laki laki tampan dengan rambut hitam berantakan tersebut Narukami Makoto, berumur 17 tahun, kelas 2 SMA (highschool), tinggi badannya 178cm.
“Aku ingat, kepalaku….aku terbentur pembatas jalan ketika jatuh dari motor. Tapi aku sudah sembuh…tangan ku yang patah juga…aneh…padahal karena tidak punya uang aku tidak di rawat di rumah sakit.”
Dia mengamati badannya sendiri sebab dia merasa berjalan pulang sehabis kecelakaan dan begitu melihat ranjang nya dia pingsan. Karena bingung, dia turun dari ranjang nya, dia melompat lompat kecil dan mencoba memukul dengan tinju tangan nya yang patah. Dia melihat tangan nya, mengepalkan nya dan membuka nya. Kemudian dia membuka bajunya dan memeriksa badannya kalau kalau ada kelainan. Badannya kekar, dengan roti sobek sebanyak 6 buah di perut nya dan selebih nya masih sama seperti sebelum nya.
“Hmmm aneh….kok bisa ya….ah…sekolah….” Dia melihat jam dinding di kamarnya dan sadar dia harus sekolah.
Dia langsung lari ke kamar mandi untuk membersihkan wajah nya yang berlumuran darah dan mengosok giginya. Dia memeriksa kepalanya sekali lagi. Luka di kepalanya sudah menutup dengan bekasnya terlihat jelas di antara rambutnya yang lebat dan berantakan. Dia langsung memakai seragam nya yang di gantung di pintu. Dia terlihat gagah dengan seragam blazer biru, kemeja putih yang di keluarkan dari celana, dasi biru tua dan celana bahan biru. Dia menggulung lengannya sampai ke siku, kemudian langsung keluar menyambar tas nya dan memakai sepatunya. Setelah keluar, dia kembali lagi ke dalam dan langsung berlutut di depan sebuah lemari berisi altar abu orang tua nya. Dia mengatupkan tangannya dan memejamkan matanya.
“Aku pergi dulu, papa, mama, Aya nee….”
Dia berdoa pamit di depan abu ayah, ibu dan kakak perempuan nya. Setelah itu, kali ini dia benar benar keluar dari apartemen nya. Setelah mengunci pintu unit nya, dia langsung turun dan melihat motor nya hancur berantakan. Karena takut terlambat, dia tidak memperdulikan hal itu. Dia berlari keluar dari gedung apartemen nya menuju stasiun. Dengan lari sekuat tenaga, akhirnya dia berhasil masuk ke dalam kereta yang pintunya sudah mau menutup.
“Huff….huff….selamat……hampir saja aku kena di hukum.” Pikirnya sambil mengatur nafas nya.
Dia mengeluarkan smartphone nya dari saku celananya kemudian memasang earphone nya di telinganya yang memakai anting itu. Lagu di putar, dia dengan tenang berdiri sambil berpegangan ke atas. Dia melihat keluar jendela kereta yang sedang berjalan. Langitnya berbentuk kubah karena kota tempat dia tinggal berada di dalam dome yang dinamakan Dome Tokyo. Di luar dome sudah tidak bisa di huni manusia karena radiasi nuklir yang menyebar di seluruh dunia akibat perang dunia. Perang dunia tahun 3950 dan berakhir tahun 4000, membuat manusia yang berjumlah 7 miliar jiwa, menyusut menjadi 1 miliar jiwa dan hidup di dalam dome di seluruh penjuru dunia. Di luar dome di huni oleh makhluk makhluk mutasi dari hewan dan manusia akibat radiasi.
Makoto melihat suasana kota yang terbagi dua oleh dinding pemisah, kalangan elit dan kalangan kumuh. Sayang nya dia termasuk penduduk di kawasan kumuh. Dia sangat ingin pergi ke daerah elit untuk sekedar jalan jalan, tapi sayang penduduk di kawasan kumuh tidak boleh masuk ke sana. Tapi dia bercita cita ingin tinggal di sana dan bekerja di sana, sebab itu adalah impian orang tua dan kakak perempuannya untuk nya.
“Yosss….hari ini berjuang lagi di sekolah….” Pikirnya sambil mendengarkan lagu.
Kereta sampai di stasiun tempat Makoto biasa turun. Tanpa menunda lagi, dia langsung keluar dan berlari menuju sekolah nya. Dia melihat gerbang sekolah nya yang bernama Tekoku High, penuh dengan coretan graffiti dan gambar gambar tidak jelas. Siswa laki laki dan perempuan di sana berasal dari kalangan kumuh. Selain itu, sekolah ini juga banyak di huni oleh siswa siswi buangan keluarga elit. Misal anak haram di luar nikah dan sebagainya. Dengan wajah tersenyum, Makoto masuk ke dalam sekolah nya dengan percaya diri.
Dia langsung masuk ke dalam gedung sekolah dan mengganti sepatunya di loker. Kemudian dia menuju kelas nya, yaitu kelas 2-1. Dia langsung duduk di paling belakang di barisan ke 4 dekat jendela, tempat duduk yang sudah di tentukan untuknya.
“Lambat……”
Makoto mendengar suara perempuan di sebelah nya. Dia menoleh dan melihat siswi perempuan yang duduk disebelah nya. Siswi itu mempunya perawakan yang cantik dengan rambut pendek seleher, poni nya menutupi sebelah matanya berwarna hitam, badannya seksi dan tinggi nya sekitar 170cm. Wajah nya datar tanpa ekspresi dan dia jarang berbicara. Di telinganya ada 3 anting di sebelah kanan dan 3 di kiri. Seragam blazer biru nya tidak di kancing, kemeja putih nya keluar dari rok birunya dan pita merah yang sedikit turun di dada nya yang tidak besar tapi juga tidak kecil.
“Selamat pagi, Kouga Nanako san……” Sapa Makoto.
“Huh…kenapa terlambat, mana catatan mu, aku pinjam…..”
“Siap, Nana sama…….” Makoto langsung mengeluarkan catatan nya dari dalam tas.
Dia langsung memberikan catatan nya kepada Nanako di sebelah nya. Nanako langsung mengambil nya dan menyalinnya. Makoto mengamati keluar jendela dan sesekali melihat Nanako. Tiba tiba punggung di tepuk dengan kencang sampai badan Makoto maju ke depan.
“Yo, Mako…jangan melihat Kouga san terus hehehe…..”
Seorang siswa berbadan besar dan kekar, tampan, berwajah kotak tapi sangar, berambut cepak warna pirang, memakai kalung tengkorak dan cincin tengkorak. Tingginya sekitar 185cm. Dia tidak memakai blazernya hanya kemeja putih yang kerah nya dibuka dan lengannya di gulung sampai siku. Namanya Higerashi Tetsuo.
“Haaah….Tetsuo, badan mu besar, kira kira kalau pukul.”
“Haha maaf maaf……eh Mako, boleh minta tolong ?”
“Apa….? Liat tuh, Kouga san jadi malu…..”
Nanako langsung menendang kursi Makoto sampai begertar dan membuang wajah nya. Tetsuo kelihatan khawatir.
“Minta tolong dong Mako……”
“Iya apa…..”
“Ada 100 yen dulu ga, lihat di belakang ku………”
Makoto langsung menjulurkan kepalanya ke samping melihat kebelakang Tetsuo yang berbadan besar. Dia melihat seorang siswi perempuan cantik dan super seksi dengan buah dada yang besar. Rambutnya panjang bergelombang sampai bahu dan di ikat pony tail. Tubuh nya berisi dengan tinggi badan sekitar 165cm. Blazer biru nya di ikat di pinggang, kemejanya barada di luar rok dan ujung nya di ikat, pitanya sangat turun karena kemeja bagian atas tidak di kancing, penyebab nya tidak muat. Pegelangan tangannya penuh dengan gelang rantai. Namanya Kobayashi Reina. Dia menunggu di luar kelas dengan wajah marah dan melipat tangan di dadanya.
“Haaa pasti kamu pakai duit dia lagi ya……”
“Hehe iya, tadi pagi aku lupa bawa dompet…..”
“Tapi pasti ada hal lain, bukannya dia biasa membayari kamu ?”
“Umm aku tidak sengaja meremas dada nya, dia langsung minta di ganti uangnya, tolong Mako….” Tetsuo mengapitkan kedua telapak tangannya di depan Makoto.
Makoto langsung mengeluarkan dompet yang di rantai ke ikat pinggang nya. Dia mengambil uang 100yen dan memberikan nya kepada Tetsuo.
“Nih….dah urus dulu…..”
“Thanks bro, kamu benar benar sahabat ku yang paling baik…..” Tetsuo langsung berbalik menuju ke Reina.
Melihat Tetsuo pergi, Nanako langsung menoleh kepada Makoto. Wajah nya terlihat kesal dan tidak bersahabat. Makoto heran melihat nya.
“Mako kun, kamu terlalu baik, jangan seperti itu lagi…..” Nanako berkata dengan wajah datar tanpa senyuman tapi terlihat kesal.
“Heee…memang kamu ibu ku ya….tapi terima kasih perhatian nya.”
“Huh….karena terjadinya di depan ku saja…..”
Tiba tiba, terdengar suara alaram yang memekakan telinga. Gedung sekolah bergetar keras seperti gempa. Setelah getaran menghilang, tiba tiba di depan jendela mereka ada sebuah tentakel dengan mata di ujung nya melihat ke dalam kelas. Tentakel itu besar, berwarna ungu dan berlendir. Semua yang melihat nya merasa jijik. Tentakel itu naik lagi ke atas. Tiba tiba banyak tentakel mirip tentakel gurita yang sangat lengket, menerobos masuk jendela. Tentakel itu menangkap siapa saja yang di jumpainya. Beberapa murid langsung di tangkap dan di bawa keluar ke atas. Berberapa yang berusaha lari tertembus badannya oleh tentakel itu dan di bawa ke atas. Beberapa kepala pecah kena sabet tentakel yang besar itu. Makoto langsung menangkap Nanako dan tiarap di bawah meja.
“Mako…..”
“Sstt……” Makoto menyuruh Nanako diam.
Tentakel yang mempunyai mata masuk ke dalam dan berkeliling di dalam mencari yang masih tersisa. Karena tidak ada orang lagi, semua tentakel di tarik keluar. Makoto membantu Nanako berdiri. Mereka menarik nafas lega.
“Kyaaa…..” Tiba tiba Nanako berteriak dan menunjuk ke belakang Makoto.
Ternyata sebuah tentakel yang memiliki mata sedang melihat mereka. Makoto langsung menyambar tangan Nanako yang tertegun berlari keluar kelas. Di luar mereka melihat Tetsuo yang sedang menghalau tentakel dengan kursi, melindungi Reina di belakang nya.
“Tetsuuuu…..lariiiiii…..” Teriak Makoto.
Di belakang, dari dalam kelas, ratusan tentakel keluar mengejar Makoto dan Nanako. Tetsuo yang mendengar teriakan Makoto, langsung melempar kursinya ke arah tentakel dan menggendong Reina. Makoto, Nanako, Tetsuo dan Reina lari menuju gudang dan masuk ke dalam nya. Mereka segera masuk dan mengambil apapun di samping mereka untuk menutup pintu nya. Mereka ber empat berbalik dan bernafas lega.
“Anoo….terima kasih ya sudah menutup pintunya…..”
Makoto, Nanako, Tetsuo dan Reina langsung melihat ke depan mereka. Ternyata di depan mereka ada dua orang sudah berada di dalam sebelumnya.
Seorang wanita besar dan kekar, memiliki paras cantik dan garang, berkulit sawo matang, memiliki rambut pendek seperti laki laki dengan warna merah. Di hidung nya ada sebuah anting. Blazernya tidak di masukkan tangannya, kemejanya lengan buntung dan memperlihat kan tangannya yang kekar tidak di masukkan ke rok birunya. Tinggi nya sekitar 175cm, lebih tinggi dari Nanako dan lebih pendek dari Makoto.
Di sebelah nya, seorang laki laki tampan berkacamata, badannya agak kurus tapi berotot, rambutnya panjang sebahu dan di ikat di belakang berwarna hitam. Kulit nya agak pucat. Tingginya 175cm, kira kira sama dengan perempuan di sebelah nya dan seragam nya rapi, memakai blazer, kemeja dan celana sesuai dengan aturan sekolah. Tapi dia tidak memakai dasi dan membuka sedikit kemejanya.
“Anoo namaku Shigake Ryoma…boleh panggil Ryo saja, sebelah ku, Tendouji Kanaka. Kami berdua dari kelas 2-2…kalian kelas berapa ? Tanya Ryo.
“Kita berempat di kelas 2-1, sebelah kalian.” Jawab Makoto.
Tiba tiba dari luar terdengar suara speaker. Seperti nya pengumuman dari pemerintah dome.
“Perhatian darurat, kubah Dome bagian selatan tertembus dan monster mutasi masuk ke dalam, para penduduk di harapkan menuju shelter yang sudah di sediakan atau jangan keluar dari rumah. Pasukan sedang menuju kesana, untuk sementara daerah selatan di isolasi.”
“Haaaaaa……” Ke enam nya menghela nafas.
“Telaaaaaat……..” Teriak Reina.
“Ssst….jangan teiak Reina…..” Bisik Tetsuo.
“Kalau saja ada senjata di sini, kita bisa melawan balik….” Ujar Kana sambil memukulkan tinjunya ke telapaknya sendiri.
Nanako tidak bicara apa apa, wajah nya terlihat tenang, tapi tangannya tetap menggenggam tangan Makoto. Tiba tiba lampu di dalam gudang padam. Mereka ber enam hanya terdiam dan merasakan getaran yang terus berlangsung sambil mendengarkan teriakan panik orang orang. Tiba tiba, Makoto merasakan kepalanya sedikit sakit mencekam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments