Chapter 4

Mobil BMW hitam milik Felix melaju pelan keluar dari gerbang rumah kediaman orangtua Jane, dengan Jane yang berada di balik kemudi.

“Seharusnya biar aku saja yang menyetir,” kata Felix sambil menoleh ke arah Jane.

Jane tersenyum tipis dan mengibaskan tangan kanannya. “Tidak apa-apa, sesekali aku harus menyetir juga. Jangan khawatir, aku ini supir yang handal kok.”

“Aku tahu,” balas Felix sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Mereka baru saja menitipkan Aiden kepada Mama Jane, karena hari ini mereka berencana untuk berbelanja berbagai kebutuhan dapur dan beberapa peralatan rumah tangga lainnya yang belum sempat mereka beli saat ke supermarket dua hari yang lalu.

Mereka tiba di mall dua puluh menit kemudian. Setelah memarkirkan mobil, Jane dan Felix langsung berjalan menuju supermarket yang ada di dalam mall.

Mereka berjalan bersisihan menyusuri rak makanan. Felix berhenti dan memperhatikan berbagai jenis spaghetti yang ada di hadapannya. Dia kemudian mengambil beberapa bungkus dan memasukkannya ke dalam trolinya.

“Kenapa banyak sekali spaghettinya?” tanya Jane begitu melihat troli mereka dipenuhi bungkusan-bungkusan spaghetti.

“Aku suka spaghetti,” jawab Felix yang kini sibuk memilih saus mana yang harus dia beli.

“Aku lebih suka mie instant.” Jane beralih pada rak di sebelah Felix yang memuat bungkusan-bungkusan mie instant beraneka rasa.

Jane baru saja hendak meletakkan lima bungkus besar mie instant pedas, namun Felix langsung merebutnya. “Tidak, mie instant itu tidak bagus.”

“Kenapa?” protes Jane.

Felix segera mengembalikan bungkusan mie instant itu ke raknya. “Aku bisa memasakkan spaghetti yang lezat untukmu. Dibanding mie instant, spaghetti lebih bagus.”

Seketika mata Jane berbinar. Felix mau memasakkannya lagi? Ia sudah tinggal bersama Felix selama tiga hari, dan setiap pagi Felix selalu memasakkannya sarapan, baru hari ini Jane yang memasak nasi goreng dan omelette untuk sarapan. Dan sekarang Felix bilang dia akan membuatkannya spaghetti? Sepertinya Felix benar-benar suka memasak.

“Yang benar?”

Felix menoleh padanya. “Tentu saja. Setiap hari pun aku mau memasakkanmu spaghetti.”

Jane mengerucutkan bibirnya. Apakah pria ini sadar apa yang baru saja dikatakannya?

“Jane.”

Jane sedikit terkesiap saat mendengar namanya dipanggil. “Ya?”

“Kamu suka kopi apa?” tanya Felix.

“Kopi? Aku suka cappuccino. Kenapa?”

Felix kembali mengamati rak berisi berbagai macam kopi itu. “Sepertinya merek ini lebih bagus saat aku membuatkan kopi untukmu di rumah. Bagaimana menurutmu?”

Jane menatap bingung pada bungkusan kopi bermerek asing di tangan Felix. Setahu Jane kopi itu tidak gampang untuk diseduh. “Kamu tahu cara membuat kopi ini?”

“Iya. Oh, aku belum cerita padamu, ya? Aku ini kan seorang barista.”

Apa? Barista?

...***...

Keadaan di dalam mobil sangat hening. Felix sibuk dengan jalanan di hadapannya dan Jane sibuk dengan pikirannya. Sesekali gadis itu melirik pada Felix. Namun ekspresi serius pria itu malah membuatnya ciut. Tapi bibirnya benar-benar gatal untuk bertanya. Apa dia menunggu sampai Felix cerita lagi saja? Tapi ayolah, pria satu ini tidak akan bersuara duluan kalau seperti ini keadaannya.

“Felix.” Akhirnya Jane mengeluarkan suara.

Felix berdeham sebagai jawaban, fokusnya masih tertuju pada jalanan di hadapannya.

“Kamu benar-benar seorang barista?” tanya Jane akhirnya. Dia masih tidak percaya akan perkataan pria itu saat mereka sedang berbelanja tadi.

“Iya,” jawab Felix tanpa mengalihkan pandangannya.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa papanya mengatur kencan buta dan menjodohkannya dengan seorang barista? Bukankah selama ini Papa selalu menjodohkannya dengan seorang CEO dari perusahaan-perusahaan besar atau tidak jarang juga pada putra pewaris perusahaan. Tapi, kali ini seorang barista?

Lama tidak mendengar suara gadis itu berbicara lagi, Felix menoleh. Dia mendapati Jane yang tengah melamun.

“Jane,” panggil Felix membuyarkan lamunan Jane.

“I-Iya?” jawab Jane agak tergagap.

Felix memandangnya sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada jalanan. “Ada apa?”

“Hmm? Tidak, tidak ada apa-apa.” Jane masih belum berani untuk menanyakannya.

Apakah dirinya kecewa mengetahui Felix hanyalah seorang barista? Sepertinya tidak. Lagipula Jane tidak pernah terlalu mempermasalahkan soal status sosial. Felix sudah mau menjadi suaminya saja Jane sudah sangat senang dan bersyukur, ditambah lagi ternyata dia adalah seorang pria yang sangat baik. Kalau soal ekonomi, gajinya saja sudah cukup untuk menghidupi mereka bertiga, jadi sama sekali tidak ada masalah.

Jadi apa lagi yang harus Jane risaukan?

Felix melirik Jane lagi. “Kamu melamun.”

“Aku hanya mengantuk.” Jane menutup mulutnya dan berpura-pura menguap.

“Sebentar lagi kita sampai di rumah Papa, setelah itu kita langsung pulang. Kalau mengantuk kamu tidur saja dulu,” kata Felix. Jane mengangguk dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, menutup matanya.

...***...

Hari sudah gelap saat mereka sampai di apartemen. Aiden sudah mereka tidurkan di kamarnya, sementara Jane dan Felix menghempaskan tubuh mereka pada sofa krem yang berada di ruang tamu apartemen mereka. Mereka sangat kelelahan setelah seharian berbelanja, ditambah perjalanan yang cukup lama dari mall ke rumah orangtua Jane untuk menjemput Aiden. Mereka juga sempat kebingungan bagaimana caranya membawa belanjaan yang sangat banyak ke apartemen mereka yang berada di lantai tujuh.

“Hari ini kamu tidur saja di kamar. Sudah tiga hari ini kamu tidur bersama Aidem, jadi gantian aku saja yang tidur bersamanya hari ini,” ujar Jane seraya bangkit dan berjalan menuju tangga.

Barang belanjaan mereka masih berserakan di ruang tamu. Mereka terlalu lelah untuk membereskannya malam ini juga. Felix hendak naik ke atas menuju kamarnya saat dirinya ingat akan belanjaan bahan makanan. Sepertinya kalau yang satu itu tidak bisa ditunda, Felix harus membereskannya kalau tidak mau belanjaannya rusak.

Jadi terpaksan Felix turun lagi dan membawa belanjaannya itu ke dapur. Dia menatap sayuran, buah-buahan dan daging dengan rapi ke dalam kulkas. Semua bungkusan-bungkusan spaghetti serta kopi dia masukkan ke dalam rak-rak yang ada di atas kompor. Kurang lebih tiga puluh menit Felix habiskan untuk menata semua belanjaan itu.

Felix menaiki anak tangga menuju kamarnya. Kantuk yang tadi menyerangnya kini telah hilang sepenuhnya. Mungkin karena dia terkena cipratan air saat mencuci buah dan sayuran tadi. Sebelum memasuki kamar, Felix menoleh pada pintu kamar Aiden yang ada di seberang kamar utama. Tidak ada suara apa pun dari dalam sana.

Mungkin Jane sudah tidur.

Felix hendak masuk ke kamar Aiden, sekedar untuk melihat Aiden karena sudah seharian ini dia tidak melihatnya. Namun niat itu diurungkannya karena takut akan mengganggu Jane. Felix akhirnya masuk ke dalam kamarnya. Kini waktunya dia meluruskan punggung di atas kasur empuknya.

Felix baru saja membaringkan tubuhnya di atas kasur berseprai krem itu saat aroma peach menyapa indera penciumannya.

‘Apakah Jane menggunakan pengharus ruangan beraroma peach?’ batin Felix.

Tapi kemudian Felix teringat, aroma ini tidak asing baginya. Dia membaui bantal yang digunakannya. Tidak salah lagi. ini bukan pengharum ruangan, tapi ini adalah aroma Jane. Tunggu, yang dimaksud Felix adalah mungkin saja ini adalah harum parfum atau sabun yang digunakan oleh Jane. Yang jelas aroma Jane seperti ini, sama seperti saat di mobil tadi. Tentu saja, selama tiga hari ini kan gadis itu tidur di kasur ini.

Felix suka aroma ini. Entah kenapa, aroma ini membuatnya tenang. Membuatnya merasa nyaman sampai tanpa sadar ia tersenyum dan memejamkan matanya.

...----------------...

Terpopuler

Comments

PORREN46R

PORREN46R

semangat ya Author. uda mampir nu

2023-03-16

1

Jacky

Jacky

Hai author.. udah baca dari chapter 1 sampai 4 dan ceritanya fluff banget aku suka☺️ trus suka banget jg di setiap akhir chapter ada gambar ilustrasinya😍 ditunggu update2 nya ya. Semangat author💪

2023-02-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!