Puteri Sang Walikota
Hari ini, adalah hari pemakaman kedua orang tuanya Leira. Semua kerabat dan sahabat datang untuk menyampaikan rasa belasungkawa mereka.
Tanpa terkecuali dengan keluarga dari Ayahnya yang berada di luar kota.
"Maafkan Paman ya Ra ... Paman tidak bisa berada terlalu lama menemani kamu di sini." Ucap Richard kepada keponakannya.
"Tidak apa-apa Paman, Ara mengerti kok." Jawab Leira.
Ara adalah nama panggilan kesayangan Leira dari Ayahnya ketika dia masih kecil dulu, dan Leira sangat senang dengan nama panggilannya tersebut.
"Tapi kamu jangan khawatir, nanti Tante Mila akan datang dan menemani kamu di sini." Terang Richard.
"Iya Paman!" Ucap Leira sambil menganggukan kepalanya.
"Untuk sementara waktu kamu bisa mengandalkan Bi Nenah, terus jika kamu butuh apa-apa nanti kamu hubungi saja Paman yaa ...," Ucap Richard lagi.
"Iya Paman, Ara mengerti." Jawabnya lagi.
"Kalau begitu, Paman pergi dulu. Jaga diri kamu baik-baik!" Pamit Richard kepada Leira.
Kemudian, diapun memasuki mobil dan langsung menyalakan mesinnya. "Daaahhh ...," Teriaknya sambil melambaikan tangan ke arah Leira.
"Daaaahhhhh ...," Leira pun membalas lambaian tangannya.
Setelah kepergian Richard, Leira berjalan perlahan memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Semenjak kematian kedua orangtuanya, dia hanya di temani oleh Bi Nenah dan dua orang pelayan lainnya saat ini.
"Non ... Bibi sudah siapin makan malam untuk Non Ara." Ucap Bi Nenah kepada Leira yang baru masuk lewat pintu depan rumahnya.
"Ara enggak lapar bi ...," Jawab Leira, dia memang sudah dua hari ini kehilangan nafsu makannya.
"Ya ... Jangan gitu toh Non, nanti kalau sakit bagaimana?" Ujar Bi Nenah lagi.
"Ara memang enggak lapar sama sekali bi ...."
"Ya sudah ... Bibi ke dapur dulu kalau begitu Non." Ucap Bi Nenah memilih pergi ke dapur meninggalkan Leira yang sudah dia anggap seperti anaknya itu.
Leira hanya mengangguk lalu duduk termenung di ruang tengah, pikirannya semakin kalut belakangan ini, bukan hanya karena kehilangan orangtua dia juga kehilangan gairah hidupnya.
Bi Nenah yang sedang memperhatikan majikannya dari arah dapur merasa khawatir dengan keadaan Leira yang seperti ini. Sejak kecil, Leira memang lebih suka menyendiri ketika mendapati masalah dalam hidupnya. Sifatnya yang tertutup itu, seringkali membuat kedua orangtuanya sering merasakan kekhawatiran seperti yang di rasakan Bi Nenah sekarang ini.
"Kasihan Non Ara dia pasti merasa kesepian gara-gara kehilangan kedua orangtuanya. Hahh ... Non, malang sekali nasibmu." Ucap Bi Nenah pelan.
Tak lama kemudian, terdengar suara bell yang di tekan. Tett... Tett... Tett...
"Sebentar ...," Ucap Bi Nenah sambil bergegas menuju pintu depan.
Begitu pintu di buka, muncullah seorang pria dengan penampilan yang sangat rapi, dia memakai stelan jas warna hitam di tambah dengan kacamata bening yang menambah daya tarik tersendiri untuk orang yang melihatnya.
"Cari siapa yaa ...,?" Tanya Bi Nenah kepada tamunya.
"Maaf Bi ... Nama saya Alex dari Surabaya, Nona Leira nya ada?" Jawab si tamu yang mengaku bernama Alex tersebut.
"Oh ... Ada-ada, silahkan masuk!" Ujar Bi Nenah ramah dan mempersilahkan tamu yang mencari majikannya untuk masuk. "Sebentar, saya panggilkan dulu Non Ara-nya sekalian saya ambilkan minum." Imbuhnya.
"Iya Bi, terima kasih. Maaf sudah merepotkan." Ujar Alex sopan.
"Tidak kok den ... tidak merepotkan sama sekali, Silahkan duduk." Tambah Bi Nenah, dia pun segera masuk ke dalam untuk memberitahukan Ara jika ada tamu untuknya sekalian pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
Tak lama kemudian Ara pun muncul bersama Bi Nenah yang membawa nampan di tangannya berisi makanan dan minuman alakadarnya. Maklum, mereka belum sempat berbelanja karena masih dalam suasana duka.
"Hallo, selamat malam!" Ucap Ara kepada Alex.
"Ehh ... Iya hallo juga!" Jawab Alex sambil mengulurkan tangan mengajak bersalaman.
"Maaf, mas ini dari mana ya?" Tanya Ara.
"Saya dari Subaya, maksud kedatangan saya kemari untuk mengucapkan bela sungkawa mewakilkan kedua orangtua saya yang berhalangan hadir di pemakaman Om Crish beserta istrinya." Jelas Alex menerangkan maksud kedatangannya.
"Ohh ... Maaf sebelumnya, orangtua mas ini siapa ya?" Ara masih bingung dengan identitas Alex yang sama sekali belum pernah di temuinya.
"Ayah saya bernama Wibowo dan Ibu saya bernama Jessica." Jawab Alex singkat.
"Ahh ... Jadi mas ini putranya Tante Jessica." Ara mengangguk-anggukkan kepala setelah mendengar jawaban Alex.
Jessica itu adalah teman baik ibunya Leira di masa sekolah dulu, mereka memang sering ngobrol via video dan belum pernah bertemu secara langsung tapi Leira sangat akrab dengan sahabat ibunya itu. Kalau masalah Alex, Leira memang belum pernah melihatnya sama sekali karena Jessica bilang jika putra satu-satunya itu sedang bersekolah di luar negeri. "Saya sangat berterima kasih atas kedatangannya, tapi maaf saya hanya bisa menjamu dengan alakadarnya saja." Ujarnya.
"Tidak apa-apa, maaf jadi merepotkan." Jawab alex, yang diam-diam memperhatikan Leira di sela-sela obrolannya. Kepribadian dan keanggunannya Leira sama persis dengan selera Alex yang menyukai tipe perempuan seperti itu.
"Ibu bilang, dalam beberapa hari ini dia akan datang ke Jakarta." Ucap Alex berusaha mencairkan suasana yang berubah canggung karena Leira hanya berdiam diri saja.
"Benarkah?" Leira terkejut mendengarnya, dia senang jika Jessica akan datang dan bertemu dengannya, walaupun selama ini dia belum pernah bertemu secara langsung, ini akan menjadi moment yang sangat langka baginya.
"Iya!" Jawab Alex singkat sambil terus memperhatikan reaksi Leira, ia semakin menyukai perempuan yang ada di hadapannya ini.
"Ini berita yang sangat baik, saya belum sempat bertemu dengan Tante secara langsung, karena dulu Ibu dan Tante hanya berbicara Via Video." Kata Leira. "Oh, iya ... Silahkan di minum dulu mas."
"Baik! Baik!" Alex mengangguk lalu mengambil cangkirnya dan menyesap isinya.
Di tengah obrolan mereka, Bi Nenah datang dan berbicara pada Leira. "Non, ada telpon dari Nyonya Mila." Ucapnya.
"Baik bi, sebentar." Jawab Leira kemudian menoleh ke arah Alex. " Maaf mas, saya tinggal dulu ke dalam, silahkan di nikmati dulu minumannya."
"Iya! Iya! Silahkan." Jawabnya sambil tersenyum sopan, matanya tak lepas dari gerak-gerik Leira yang sangat menarik perhatiannya. "Ibu benar, dia memang gadis yang benar-benar sopan." Ucapnya pelan, kemudian dia mengambil ponsel dan mengetik-ngetik sesuatu lalu mengirimkannya.
Beberapa menit kemudian Leira kembali menemani Alex di ruang tamu, kali ini dia lebih banyak terdiam dari sebelumnya. Alex yang merasa canggung pun berusaha memulai lagi pembicaraan. "Maaf Nona, jika kedatangan saya kurang tepat." Katanya. "Seharusnya, saya bertamu lebih awal." Tambahnya lagi.
Leira yang dari tadi hanya diam pun jadi merasa bersalah. "Tidak apa-apa kok, saya mengerti. Justru saya yang harusnya meminta maaf karena sudah merepotkan anda, jauh-jauh datang kesini hanya untuk di anggurin seperti ini." Katanya berbasa-basi.
"He-he!" Alex hanya tersenyum canggung, dia merasa kehabisan akal dan gugup di hadapan gadis secantik Leira.
"Mas Alex tinggal di mana sekarang?"
"Belum tahu, saya baru saja sampai di Jakarta dan belum sempat mencari penginapan." Jawab Alex apa-adanya.
"Ohh, begitu." Ucap Leira, dia merasa kasihan tapi juga kebingungan. Pasalnya, jika dia menawarkan tempat untuk beristirahat itu sangat bertentangan dengan prinsipnya, tapi jika tidak, dia merasa tidak enak dengan sahabat ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments