Ayah Bagus itu terus menatapnya, sementara Jessica hanya sesekali meliriknya, namun ia terus menunduk.
"Jessica!" Ayah Bagus membuka obrolan.
"Iya," Jessica terbata bata.
"Ayah mau minta tolong sama kamu, Bagus itu masih seperti anak kecil, makanya ketika aku dan ayahmu ingin menjodohkan kalian, aku setuju, karena aku lihat dirimu itu seperti perempuan yang sudah dewasa, sehingga aku percaya kalau kamu bisa menjaga bagus."
Jessica masih bertanya tanya tentang arah yang di bicarakan oleh ayah Bagus itu.
"Makanya aku titip ini sama kamu!" Ayah Bagus menyodorkan buku tabungan beserta kartu ATM kepadanya.
"Tolong kamu bawa ini, karena aku nggak yakin kalau Bagus yang memegang kartu ini, nanti bisa jadi habis di buat top up game lagi," ayah Bagus sedikit tertawa yang membuat Jessica sedikit santai.
"Maaf sebelumnya, tapi saya disini kan cuma menantu," jawab Jessica sedikit gugup.
"Nggak papa, kamu itu sudah aku anggap seperti anak ku sendiri," kata ayah Bagus.
"Ayah Bagus ini benar benar bijaksana, kenapa nggak sama ya dengan anaknya? Justru anaknya malah bego," gumam Jessica.
Ia pun mau tidak mau harus menerima kartu itu, daripada Bagus yang bawa? Malah jadi repot nanti.
"Pokoknya aku titip Bagus sama kamu, ajari dia supaya lebih dewasa dikit," sambung ayahnya.
"Iya," Jessica masih terbata bata.
"Ya sudah, yuk kita ngumpul lagi!" Ayah Bagus mengajak nya pergi keluar dari kantornya dan Jessica pun mengikutinya.
Baru saja Jessica dan ayah mertuanya itu keluar dari kantor itu, ibu Bagus sudah memanggilnya untuk di ajak ke kamarnya.
"Jessica! Ayo ikut ibu bentar!"
Jessica mengangguk mengiyakan.
Rasa khawatir pun kembali menghiasi hati Jessica, ia pun masuk ke kamar ibu mertuanya itu.
Mereka pun duduk bersanding di ranjang besar yang ada di kamar itu.
"Ayah tadi habis ngomongin apa sama kamu?" Ibu Bagus langsung bertanya, yang membuat hati Jessica lebih merasa ketakutan lagi.
"Oh! Itu, tadi habis ngasih kartu rekening untuk mas bagus." Jessica terbata bata.
"Oh, Bagus kalau gitu, memang Bagus itu belum pandai mengelola uang, jadi tolong kamu kelola uang itu, entah untuk usaha atau apalah terserah kamu." Kata ibu.
"Huh!" Jessica bisa sedikit santai.
"Eh iya! Kira kira kamu sama Bagus sudah begitu apa belum?" Ibu Bagus cengengesan menghadap Jessica.
Jessica sedikit bingung, "maaf! begitu gimana ya maksudnya?"
"Alah masa nggak tahu? Begitu," ibu Bagus memberi isyarat tangan.
"Alah kayak nggak tahu aja, udah nggak usah di tutup tutupi, kita kan sama sama perempuan," sambungnya.
Jessica sedikit berpikir dan akhirnya sadar dengan apa yang di maksudkan ibu nya itu, ternyata adalah upacara membuat anak.
Jessica sedikit terkejut, "hah! Masa yang di tanyakan hal yang begituan?!" Gumam Jessica.
"Pantas anaknya sedikit bego, orang ibunya aja kayak gini," sambungnya.
Ibu Bagus terus menerus mencubit cubit perut Jessica, "udah lah cerita aja nggak papa."
"Eh! Itu, anu Bu! Belum, iya belum, hehe."
"Udah nggak usah malu," kata ibu.
"Iya bener Bu!" Jessica mencoba meyakinkan ibu Bagus.
"Ya memang begitu Bagus, ia susah untuk peka dan dewasa seperti kebanyakan para suami, entah dia itu punya nafsu enggak sama perempuan, jadi kamu yang sabar ya, kalau perlu kamu paksa dia untuk melakukan hal itu! Kamu ajarin caranya!" Kata ibu Bagus dengan pede nya.
"Hah?!"
Jessica pun akhirnya keluar bersama ibu mertua dari kamarnya dan kembali bergabung dengan yang lainnya, ya! Semuanya terlihat bahagia.
Sudah begitu lama mereka berada di rumah itu, Jessica berniat untuk mengajak Bagus untuk kembali ke rumah.
Jessica sedikit memberi kode kepada bagus, dengan alis matanya itu.
"Kenapa dek?!" Suara bagus yang keras itu membuat Jessica malu seketika, semuanya pun memandang ke arahnya.
"Ya ampun! orang ini emang nggak punya otak apa ya?!" Gumamnya.
"Em enggak kok, cuma pengen pulang aja," kata Jessica menahan malunya.
"Udah, turuti aja Gus! Kemauan istrimu, namanya pengantin baru itu ingin nya berduaan terus." Kata ayah Bagus.
"Iya bener tuh, berduaan di kamar." Sahut ibu Bagus cengengesan dan langsung di tegur oleh ayah Bagus, "ngomong apaan sih mama!, Selalu aja kayak gitu."
"Hehe maaf pa! Jadi ngikutin rasanya jadi pengantin baru hehe," kata ibu Bagus menyenggol suami nya.
"Oh, kamu pengen pulang?" Kata Bagus memandang Jessica.
Jessica mengangguk.
"Ya udah ayo! Kami pulang dulu ya pa! Ma!," Kata Bagus yang bergegas mencium tangan mereka berdua.
"Titip mas bagus ya kak! Kalau nakal pukul aja!" Kata adik Bagus kepada Jessica yang hanya di balas olehnya dengan senyuman.
Jessica pun segera mencium tangan kedua mertuanya, "hati hati di jalan ya nak!"
Mereka berjalan menuju ke mobil mereka, namun ketika sampai di teras rumah, tiba tiba hujan turun dengan lebatnya.
"Yah! Kok hujan sih," kata Jessica.
"Emangnya kenapa? Kita kan pakai mobil."
"Nggak seru dong, nggak bisa lihat pemandangan pemandangan," kata Jessica.
Tiba tiba bagus berhenti dan memandang wajah Jessica, yang membuat Jessica sedikit ketakutan, "hus! Nggak boleh gitu, memang kita tidak menyukai hujan ini, tapi mereka para petani? Mereka sangat menantikan hujan ini, apalagi bagi mereka yang tidak mempunyai uang untuk men diesel sawahnya, pasti mereka sangat senang dengan hujan ini,"
Jessica sedikit kaget dengan pemikiran suaminya itu, bagaimana mungkin seseorang yang hanya sibuk main game bisa punya pemikiran seperti itu?
"Jadi berpikir itu harus dua sisi, supaya kita tidak menjadi orang yang angkuh," sambung Bagus.
"Iya iya bawel!" Kata Jessica.
Mereka kembali berjalan mendekati mobil yang sudah terparkir dengan rapi, dan tiba tiba Bagus berhenti dan mengecek handphone nya di dekat mobil itu, namun Jessica tidak memperdulikan nya, dia langsung masuk ke mobil itu dari pintu yang lainnya.
Jessica memandangi wajah Bagus dari dalam mobil, yang tampaknya seperti orang yang gelisah dan kebingungan.
Kasihan melihat Bagus seperti itu, ia pun kembali keluar mobil untuk mendatangi Bagus yang masih di luar.
Namun tak di sangka oleh Jessica, ketika ia keluar dari mobil dan mendatangi Bagus, Bagus malah justru masuk ke dalam mobil.
Patah hati? Mungkin sih, karena niat baik Jessica itu belum tercapai.
Jessica tidak menyerah meski bagus bersikap seperti itu, bukan karena benci kepada Jessica sih, lebih ke bertindak semaunya tanpa memperdulikan perasaan orang lain.
Jessica kembali masuk ke mobil itu, dan Bagus masih saja diam dengan ponselnya, Jessica sedikit menyadarinya, dan segera memerintahkan pak sopir untuk berangkat.
Kira kira apa ya? Yang membuat Bagus yang biasa nya sibuk dengan game dan tidak peduli pada orang lain itu menjadi diam seolah olah mempunyai masalah yang begitu besar?
"Ada apa ya? Apa dia ada masalah?" Gumam Jessica sembari melihat ke arah suaminya yang masih diam memandangi ponselnya.
"Kok aku jadi nggak tega ya? Ngelihat dia kayak gini?"
"Ganteng sih, orang nya juga unik, meski suka bikin marah." Jessica senyum senyum sendiri seperti orang gila.
Sepertinya benih benih cinta mulai ada pada diri Jessica nih, hehe.
Tak tahan menahan gempuran hatinya itu, ia pun bertanya kepada Bagus, tentang apa yang sebenarnya terjadi, "kenapa mas, aku lihat dari tadi kok diem aja mandangin handphone?" Jessica memandang wajah suaminya itu.
"Aduh gimana ini," Bagus tampak benar benar kebingungan.
Baru kali ini Jessica melihat suaminya itu benar benar kebingungan, hingga ia sendiri pun menjadi bingung.
"Cerita aja ke Jessica, siapa tahu Jessica bisa bantu,"
"Gimana ini? Akun game ku di bajak orang," kata Bagus sedikit manja.
"Ya ampun orang ini! Ku kira apaan, ternyata cuma akun game?" Gumam Jessica.
Namun Jessica tetap mencoba untuk menenangkan kan nya.
"Kan bisa buat akun yang baru mas," kata kata Jessica itu membuat Bagus sedikit marah, "kamu nggak tahu! Akun itu aku beli dengan harga mahal!"
Ternyata beli? Ku kira bikin sendiri.
Gimana ya supaya mas Bagus bisa semangat lagi?
"Kan justru malah enak mas, kalau kita membuat akun sendiri, kan kita bisa ngerasain yang namanya perjuangan dan menjadi saksi dari perjuangan itu." Kata Jessica yang mulai menyentuh logika bagus.
"Benar juga ya kata kamu," kata Bagus.
Perlahan raut muka bagus pun kembali seperti semula, aura aura kegantengan nya pun kembali muncul, hehe.
"Huh! Akhirnya," Jessica menghela nafas panjangnya.
Dan jessica pun kembali melihat ke arah jendela, hujan sudah reda, pelangi pun tampak menghiasi ufuk barat, tumben kata katanya bagus, hehe, udah lah.
Perjalanan ini kembali ia nikmati, hingga tiba tiba pak sopir berhenti di pinggir jalan, ada apa ya? Jessica bertanya tanya.
"Kenapa kok berhenti pak?!" Sahut bagus.
"Sebentar, coba saya cek dulu,"
Tak lama kemudian sopir itu datang, "maaf, ban belakang mobilnya bocor," dan Jessica pun langsung melihat ke arah belakang mobil, sementara Bagus masih santai dengan handphone nya, mungkin karena sibuk bikin akun baru, hehe.
"Ya sudah, pakai dulu ban serep nya," perintah Bagus.
Pak sopir pun segera mengecek ban serep, namun ternyata ia lupa membawa ban serep itu.
"Maaf, ban serep nya ketinggalan," kata pak sopir yang membuat Jessica sedikit kesal.
Ya sudah telpon saja bengkel di dekat sini, atau kamu bawa dan cari bengkel," kata Bagus santai.
"Kok bocor segala sih!" Jessica marah marah sendiri.
"Udah lah biarin aja, memang kita tidak suka ban kita bocor, tapi mereka orang bengkel? Mau makan apa kalau nggak ada mobil yang bocor?"
"Hah?!" Kata kata itu membuat Jessica tercengang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sely Ina
anak umur 19 kn hrusnya masih kuliah ni malah di kawinin resiko tanggung ortu ...kerjaan main gemm
2023-02-10
2