Blammm...
Tanpa berfikir, Jessica membanting pintu kamar dengan kasar. Kemudian pergi meninggalkan tempat itu dengan baju pengantin masih melekat di tubuhnya.
Jessica memilih berlari menuju teras rumah, duduk sejenak di kursi panjang yang ada disana. Tubuhnya bergetar menahan tangis, hanya seperti itu saja rasanya dirinya ingin menangis dan kesal. Walaupun begitu tetapi Jessica tetap berusaha tenang dan menguatkan diri, belum ada sehari saja sudah begini. Apalagi bertahun tahun hidup dengan pria itu? Membayangkannya saja mampu membuat Jessica ingin menangis sekarang juga.
"Ihhh ngeselin banget! Dasar suami nggak peka! Ngeselin!" umpatan demi umpatan Jessica ucapkan untuk Bagus, rasa kesalnya harus di salurkan.
"Ada yang bisa saya bantu?" Sedang asik menggerutu dan mengumpat untuk sang suami, justru seorang pelayan datang dan mengejutkannya.
Jessica menghela napas sejenak, berfikir beberapa saat lalu bertanya, "Ada di mana koperku?"
"Ada nyonya, sebentar saya ambilkan," ucap pelayan itu sopan, membungkuk hormat lalu melenggang menuruti permintaan sang nyonya.
Beberapa saat kemudian, pelayan itupun datang dengan menenteng koper milik Jessica. Meletakkan koper itu tepat di depan wanita itu. "Ini koper anda nyonya," ucapnya sopan.
Jessica pun tersenyum simpul sambil mengangguk. "Makasih ya," sahutnya tulus.
Setelah itu Jessica memutuskan untuk kembali masuk membawa koper itu, tidak mungkin juga dia terus memakai baju pengantin itu. Badannya saat ini terasa gerah dan lengket karena belum mandi bahkan belum berganti pakaian. "Males banget sebenernya ngelihat wajah Mas Bagus, tapi mau gimana lagi. Aku harus ganti baju," ujarnya mencoba berdamai dengan keadaan.
Jessica menyeret kopernya masuk kedalam rumah, berjalan santai menuju kamar. Namun saat melewati meja makan, ada satu objek yang membuat langkahnya terhenti. Pandangannya tertuju pada seseorang yang sedang lahap menyantap makanan, siapa lagi jika bukan suaminya.
Bagus pun melihat keberadaan Jessica disana, sontak dia pun menegur istrinya. "Ayo sini makan dulu!" ucapnya tanpa merasa bersalah sedikitpun..
Jessica hanya bisa diam dan memutar bola mata jengah melihat kelakuan suaminya. "Lihatlah, bahkan dia makan dengan tenang setelah membuatku kesal dan hampir menangis!" gumamnya mengeratkan deretan giginya, gemas sekaligus geram pada pria itu.
"Makan aja, aku belum laper," jawab Jessica ketus.
Bagus mengerenyit bingung, pasalnya jelas tadi dia mendengar jika Jessica menunggunya untuk makan, itu berarti wanita itu belum makan bukan?
"Loh katanya tadi kamu laper? Belum makan kan?"
"Nggak, napsu makan aku udah hilang!" Setelah mengatakan itu Jessica segera berlalu pergi dari sana menarik koper itu ke kamar, meninggalkan Bagus begitu saja di ruang makan sendirian.
"Dasar ngeselin!" gerutu Jessica tak ada hentinya memaki Bagus.
Setelah sampai di kamar, Jessica meletakkan koper miliknya di samping almari besar yang ada di pojok kamar.
"Besar juga kamarnya." Jessica masih sibuk mengamati setiap inci dari kamar itu. Matanya terkunci pada kasur king size yang terlihat nyaman, tanpa berlama lagi dia berjalan menuju kasur itu. Kemudian merebahkan tubuhnya disana.
"Huh nyaman sekali, badan ku sakit semua aaa," rengek Jessica merasakan sakit di seluruh badannya. Jessica memejamkan mata sejenak melepas penat, namun tanpa sadar Jessica justru terlelap di atas kasur itu.
***
Matahari memunculkan sinarnya, menghapus bulir embun di dedaunan. Sinar matahari menembus cela jendela, menerobos masuk mengenai mata Jessica yang semula tertidur nyenyak.
Perlahan mata Jessica terbuka, kedua matanya langsung di suguhi wajah Bagus yang ada di sampingnya. Kaget, tentu saja. Wajah dan posisi mereka saat ini terlalu dekat.
"Aaaaaaa!" Teriakan melengking lagi lagi terdengar di seluruh penjuru kamar, membuat pria yang semula tidur tenang di sampingnya terkejut dan sontak langsung terbangun
Seperti orang kebingungan, Bagus mengubah posisinya menjadi duduk dengan muka bantal sesekali mengucek matanya beberapa kali. "Ada apa lagi sih, teriak teriak aja terus," sahut Bagus sewot.
"Hah? Apa kamu bilang!" Jessica tidak terima, matanya melotot menatap Bagus.
"Ngapain kamu tidur disini? Kamu nggak ngapa-ngapain aku kan?" tanya Jessica mengintimidasi, tatapannya tajam tak bersahabat lagi.
Bagus berdecak kesal. "Ini kan kamar kita, aku berhak dong tidur disini. Lagipula kita ini udah sah menjadi suami istri," jawabnya dengan suara serak khas bangun tidur.
Damn! Bahkan Jessica baru ingat jika dia telah menjadi seorang istri dari pria tengil dan menyebalkan di sampingnya itu. "Bodo amat ah!" ucapnya berusaha acuh, mencari kopernya di seluruh penjuru kamar. Namun hasilnya nihil, padahal Jessica yakin jika menaruh koper itu di samping lemari. Tapi sekarang sudah tidak ada wujudnya.
"Kemana koperku?" tanyanya entah pada siapa, menggaruk kepala yang tidak gatal.
Tak ada pilihan lain, Jessica kembali menghadap Bagus yang masih duduk diatas ranjang. "Dimana koperku?" tanyanya berkacak pinggang di depan Bagus.
Dengan malas Bagus menunjuk lemari putih yang ada di pojok ruangan, kemudian kembali tumbang sambil menutupi wajahnya dengan bantal. Mengantisipasi telinganya dari teriakan istrinya.
Jessica tak peduli, dia memilih beranjak menuju lemari itu. Lemari yang sama saat dia meletakkan koper miliknya semalam. Jessica membuka lemari itu, ternyata semua bajunya ada di dalam. Sudah tertata rapi disana.
Jessica kembali menoleh menatap Bagus lalu bertanya, "Siapa yang masukin bajuku ke lemari?"
"Semalam aku menyuruh pelayan buat nata baju kamu disitu," jawab Bagus ogah ogahan, jujur dia masih mengantuk.
Jessica melotot tajam. "Hah! Jadi mereka ngelihat aku tidur?" tanyanya geram.
"Hmm." Yang ditanya hanya berdeham saja menanggapinya.
"Kamu gimana sih, masak kamu biarin pelayan masuk pas aku lagi tidur?" omel Jessica melipat tangannya diatas dada, masih tak terima dengan apa yang terjadi.
"Ya nggak apa apa lah, mereka kan bekerja."
Karena geram, Jessica berjalan menghampiri Bagus kembali. Pria itu masih berbaring dengan ponsel di tangannya. "Eh! Kamu mikir dong, masak istri kamu lagi tidur, kamu bairin orang lain lihat gitu?" Jessica tak berhenti mengomel pada Bagus.
Sementara Bagus menghela napas panjang, mencoba sabar dengan istrinya. "Udah kamu tenang aja, mereka nggak akan berbuat macam macam sama kamu. Lagipula pas mereka masukin baju kamu ke lemari, aku juga ada disini kok," jelasnya panjang kali lebar.
Jessica berdecak kesal, tetap saja dia tidak suka. "Ah terserah deh! Aku capek ribut terus sama kamu!" sarkasnya kesal. Daripada darah tinggi menanggapi suaminya, Jessica pun memilih untuk pergi melenggang ke kemar mandi untuk melakukan ritual mandi agar badannya lebih fresh. Sementara Bagus? Masih tetap di posisi yang sama, tak peduli jika istrinya marah sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sely Ina
pasangan pengantin baru ga ada romantisnya sih ...ga ada akurnyA ...
2023-02-10
1