"Kamu harus segera menikah." Ucap Tuan Bagaskara pada putra satu-satunya yang hampir kepala tiga ini.
Ergo memijit pangkal hidungnya sebentar. Bekerja terlalu lama di depan komputer membuat matanya lelah.
"Sampai kapan Papa terus mengulang kalimat yang sama?"
"Sampai kamu mau untuk menikah."
"Kak Inggit juga belum menikah, tapi kenapa aku yang selalu Papa desak untuk menikah? Lagipula aku sudah punya Stevan. Apa lagi yang kurang?"
"Nantinya kamu akan menjadi penerus perusahaan ini. Bagaimana bisa seorang pemimpin perusahaan besar tidak memiliki seorang pendamping?"
"Tentu saja bisa."
"Tidak bisa. Kamu memiliki banyak mitra bisnis. Mereka tidak akan membuat keputusan untuk bekerja sama dengan mudah jika kamu dinilai tak mampu memimpin sebuah keluarga."
Ergo hanya tak habis pikir darimana ide penilaian itu bermula. Apa hubungannya tak memiliki istri dengan gagalnya menjalin mitra bisnis?
"Papa tidak mau tahu. Papa akan mengenalkanmu dengan beberapa anak kenalan Papa. Kamu harus bertemu dengan salah satu dari mereka."
"Aku menolak."
"Papa tidak menerima penolakan." Setelah itu Tuan Bagaskara meninggalkan ruangan kantor Ergo.
Ergo hanya bisa memijat pelipisnya mendengar ide gila papanya. Terserah apa yang akan papanya lakukan. Mungkin Ergo hanya akan membuat beberapa wanita sakit hati lagi.
#
Ergo melajukan kemudinya menuju rumah utama kediaman Keluarga Bagaskara. Hari ini ulang tahun Stevan, anak semata wayangnya yang ke 5 tahun. Mamanya bersikeras untuk membuat sebuah pesta meskipun hanya akan dihadiri oleh beberapa kerabat dekat.
Tentu saja Ergo tak keberatan selama dia masih bisa bekerja dan selama Stevan merasa senang dengan ide omanya untuk membuat pesta ulang tahun untuknya.
Saat masuk ke dalam ruang utama tempat pesta. Di dekat kue sudah ada bertingkat-tingkat hadiah dari kerabat untuk Stevan. Biasanya beberapa dari mereka bahkan ada yang membelikan hadiah lebih dari satu.
Berbeda dengan Ergo yang tak pernah memberikan hadiah pada putranya. Dia lebih suka memberikan anaknya tabungan. Setelah Stevan bisa berbicara dan mengerti tentang rasa ingin tahu. Disitulah Ergo mulai bertanya langsung apa yang anaknya inginkan sebagai hadiah.
Ergo ingin memberikan apa yang diinginkan Stevan. Lagipula semua mainan sudah didapatnya dari kerabat yang lain.
#
Acara berlangsung begitu meriah walaupun hanya diperuntukkan untuk para keluarga dekat. Stevan sendiri juga terlihat tampak senang dengan pesta yang dipersiapkan oleh omanya. Ergo jadi ikut senang melihat anaknya tertawa gembira bersama para keluarga besar. Ergo bersyukur Stevan selalu disayangi oleh banyak orang.
"Hai sayang, sudah mau buka kado? Mau Papa bantu buka?" Tawar Ergo melihat Stevan yang berdiri di tengah tumpukan kado setelah selesai acara.
Beberapa kerabat terlihat masih berkumpul di ruang tengah. Sedangkan para anak sudah tidur di kamar masing-masing. Ergo yang ingin mengecek putranya di tempat tidur memergoki putranya yang terbangun di tengah tumpukan kado.
Stevan menggeleng sambil tersenyum. Dia berjalan riang menghampiri papanya. "Bagaimana dengan kado dari Papa untuk Stevan?"
"Kamu mau sekarang? Baik. Apa yang Stevan mau dari Papa?" Ergo menggendong Stevan agar wajah mereka bisa berhadapan dan keduanya dapat berbicara dengan lebih baik.
"Ehmm.." Stevan tampak berpikir sambil menaruh jari telunjuknya di dagu. Ergo menahan gemas melihat tingkah anaknya sendiri.
"Emm.. bagaimana kalau mama. Stevan ingin punya mama, Pa."
Ergo tertegun sejenak mendengar permintaan putranya. Lalu kemudian dia tersenyum. Sepertinya memang sudah waktunya dia menikah.
"Stevan yakin ingin punya mama? Memangnya Stevan ingin punya mama seperti apa?"
"Emm.. terserah. Pokoknya mama nanti harus sayang sama Papa dan juga Stevan. Yang baik juga, samaaa.. apa ya.. pokoknya terserah."
Ergo tertawa mendengar jawaban anaknya. "Yang baik menurut Stevan itu yang bagaimana?"
"Pokoknya yang baik sama Stevan. Stevan takut dimarahi, Pa."
"Kalau Stevan salah, tentu saja harus dimarahi."
Stevan tertunduk. Wajah riangnya berubah sendu. "Tapi kakak itu baik sama Stevan. Padahal Stevan nakal."
"Kakak itu siapa?" Tanya ayahnya penasaran.
"Kakak itu, yang tadi jaga Stevan ditaman. Stevan juga dikasih roti." Jawab Stevan gembira.
Ergo mengangguk mengerti. Sepertinya Stevan ingin wanita yang dia temui di taman tadi untuk menjadi mamanya.
"Oke. Permintaan diterima. Kamu akan punya mama."
"Horeeee.. Stevan akhirnya punya mama." Teriak Stevan gembira. "Makasih, Papa." Stevan memeluk leher papanya yang masih menggendongnya.
"Iya sama-sama, sayang. Apa yang kamu mau pasti Papa berikan."
#
Keesokan paginya Ergo langsung bertanya pada sopir tentang wanita yang dimaksud Stevan. Sopir pun mengatakan apa yang dia tahu, bahwa wanita itu bekerja di kasir minimarket seberang jalan. Setelah mendapatkan sedikit info tentang siapa wanita itu, Ergo langsung menyuruh orang-orangnya mencari lebih dalam tentang wanita yang ingin Stevan jadikan sebagai mamany.
Tak sampai lebih dari sehari informasi mengenai wanita itu dikantongi oleh Ergo. Siapa sangka ternyata dia salah orang yang berhutang kepadanya. Sebenarnya bukan wanita itu yang berhutang secara langsung, melainkan ibu tirinya yang sudah meninggal.
Keadaan Venita membuat Ergo merasa sem akin mudah untuk membujuknya. Dia bisa menggunakan apa yang dia punya sekarang agar wanita itu mau menjadi mama dari Stevan. Ergo akan membuat Venita tak lbisa menolak penawarannya.
Setelah semua dipersiapkan Ergo akhirnya meminta orang-orangnya untuk membawanya menjemput Venita. Namun tak lama kemudian tiba-tiba saja Venita seperti menghilang. Wanita itu tak berada di manapun yang seharusnya dia berada.
Merasa aneh Ergo langsung mengomando orang-orangnya untuk mencari Venita sampai ketemu. Bahkan dia juga menambahkan orang lagi hanya untuk mencari dimana keberadaan seorang wanita yang sudah dewasa.
Hingga akhirnya ada dari mereka yang melaporkan keberadaan Venita. Ergo langsung menuju ke lokasi dan melihat sendiri bagaimana wanita itu seperti ingin menenggelamkan dirinya di tengah laut.
Dia yang tak ingin semua rencananya sia-sia. Berlari menerjang deburan ombak yang pada malam itu cukup kencang. Bersyukur Ergo bisa menarik Venita ke daratan tepat waktu sebelum ombak membawanya cukup jauh.
Dia bahkan sempat memarahi Venita akan sikapnya. Tapi pada akhirnya Ergo mencoba menahan emosinya saat melihat wanita itu hanya linglung dan tak mendengar ucapannya sama sekali.
Semuanya semakin menyusahkan saat Ergo akan meminta Venita untuk ikut dengannya, tiba-tiba saja wanita itu berlari sekuat tenaga. Membuat semua orang-orangnya mulai mengejarnya bahkan tanpa dia perintahkan.
Entah Ergo merasa beruntung atau sial saat Venita jatuh pingsan ditengah pengejaran. Akhirnya Ergo meminta salah seorang untuk membawanya masuk ke dalam mobil dan dirawat di rumah. Dia bahkan sudah menelepon dokter keluarga mereka untuk datang bahkan sebelum mereka sampai di rumah.
"Apa pilihanku ini sudah tepat?" Tanya Ergo pada dirinya sendiri di sepanjang jalan.
Melihat bagaimana tingkah Venita hari ini, Ergo jadi merasa khawatir kalau wanita ini tidak akan bisa menjadi ibu yang baik bagi Stevan. Bahkan Ergo sempat memiliki pikiran untuk meninggalkan wanita ini di jalanan saja. Namun dia urungkan niatnya saat mengingat bagaimana Stevan sangat ingin menjadikan Venita sebagai mamanya.
Terserah. Jika nanti wanita ini berulah dan membuat dampak buruk bagi putranya, Ergo hanya perlu melakukan apa yang oerlu dilakukan.
#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments