Menikahlah Denganku

Menikahlah Denganku

Aku Tak Sanggup Lagi

Dinginnya angin malam yang menyatu dengan deburan ombak. Tak membuat Venita menghentikan aksi nekatnya untuk mengakhiri hidupnya.

Rasanya sudah tak sanggup lagi. Hidupnya terasa begitu melelahkan. Semua seperti terjebak dalam labirin yang tak berujung.

Sudah Venita usahakan untuk bekerja lebih dari satu tempat, tapi hutang-hutang itu tak juga terbayar. Bahkan untuk menyicil bunganya saja dia tak mampu.

Kenapa dia harus mengalami hal ini? Kenapa ibunya harus pergi secepat ini dan meninggalkan tumpukan hutang yang menggunung?

Mengingat bagaimana para penagih itu begitu gigih mencari kemana dia berada. Bahkan pagi tadi sudah ada 3 kelompok preman yang berbeda datang ke mini market tempatnya bekerja.

Apa mereka tak tahu kalau perbuatan itu sangat mengganggu para pembeli? Bahkan sekarang Venita sudah dipecat karena ulah mereka. Jika begini bukannya mereka yang sulit jika Venita tak memiliki tempat yang memberikannya pemasukan?

Untuk makan saja begitu sulit, apalagi harus membayar hutang. Bahkan saking sulitnya, nasi sudah seperti makanan mewah baginya. Walaupun tanpa lauk apapun, dia sudah sangat bersyukur.

Sekarang Venita merasa sudah sangat lelah. Dia lebih baik mengakhiri semuanya seperti ini daripada harus kembali dibawa ke klub malam lagi untuk dijual. Meskipun hidupnya menyedihkan, setidaknya dia masih bisa menjaga kehormatannya.

"Hiks... Hiks..."

Wir mata mulai menetes. Perlahan Venita terisak sambil terus melangkah ke tengah laut. Dia memejamkan matanya, meminta maaf pada Tuhan dan juga pada dirinya sendiri. Berharap Tuhan memaafkan perbuatan yang tengah dia lakukan sekarang..

Tinggi air sudah sebatas pinggangnya. Dia terpeleset saat di depannya laut sudah jauh lebih dalam.

Saat dia mulai pasrah dan berpikir tubuhnya akan langsung tersapu ombak. Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya ditarik kebelakang oleh seseorang.

"Apa yang kamu lakukan?! Kamu mau mati, hah?!!"

Venita masih bisa mendengar suara pria dengan nada marah itu kepadanya. Dia tak tahu siapa pria ini dan darimana dia datang. Yang dia tahu pria itu telah menolongnya.

Selama pikirannya diselimuti oleh beberapa pertanyaan. Dia tak menyangka bahwa kakinya sudah menampak ke daratan. Dia selamat, Venita tak jadi tenggelam.

Sebenarnya sedari tadi pria itu terus berbicara, tapi Venita tak begitu memperhatikannya. Dia melihat sekeliling. Banyak pria berbadan besar berada tak jauh dari pria yang menariknya keluar dari air tadi.

Pandangan Venita terhenti saat melihat sosok yang tak asing. Pria itu.. pria berbadan besar yang menagih utang padanya tadi pagi.

Tunggu dulu. Apa ini? Apa mereka mencoba menjual Venita lagi? Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan. Venita tak akan membiarkan orang-orang ini membawanya pergi.

Sekuat tenaga dia berlari menjauh dari mereka. Susah payah dia berlari namun kecepatannya tak bisa di paksakan. Kakinya terasa kebas setelah berada di air terlalu lama. Sadar akan hal itu tak membuat Venita menyerah. Dia terus berusaha berlari walaupun pada akhirnya kesadarannya menurun dan mereka berhasil menyusulnya.

#

"Hah!!!" Venita terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal dan keringat bercucuran di pelipisnya. Itu semua hanya mimpi? Pikirnya, tapi tunggu. Ini bukan kamarnya. Kamar siapa ini? Apa ini kamar hotel? Bagaimana bisa dia berada disini?

"Itu bukan mimpi?" Tanya Venita pada dirinya sendiri.

Tok.. tok.. tok..

Ketukan pintu semakin membuat Venita tercekat. Siapa itu?

Karena tak mendengar jawaban dari dalam. Seorang yang berada di balik pintu memutuskan untuk membukanya. "Of maaf, saya kira Anda masih tidur." Sesal seorang wanita dengan pakaian seorang pelayan.

"Maaf, ada dimana aku?" Tanya Venita akhirnya. Melihat dari cara wanita yang sepertinya berumur beberapa tahun diatasnya itu begitu sopan, Venita merasa dia tidak sedang dalam bahaya. Namun bagaimanapun juga Venita harus tetap waspada.

"Anda sedang berada di kediaman Tuan Ergo Bagaskara."

"Siapa itu?" Tanya Venita bingung. Seingatnya Venita tak pernah memiliki kerabat bernama Ergo Bagaskara.

"Itu aku." Ucap seorang pria yang baru saja masuk ke dalam kamar.

"Tuan." Ucap si pelayan menepikan dirinya.

"Taruh saja disana. Kamu bisa pergi."

"Baik, Tuan." Pelayanan itu menaruh sebuah keranjang kecil di meja dekat tempat tidur Venita kemudian permisi untuk pergi.

Venita menatap pria yang kini berjalan perlahan ke arahnya. Dia masih mencoba mengingat siapa pria ini.

"Sebaiknya kamu segera bersiap. Sebentar lagi kita akan sarapan di lantai bawah. 10 menit lagi kita akan sarapan bersama." Ucap pria itu.

"Di dalam ada beberapa barang yang kamu perlukan. Gunakan sesukamu." Lanjut pria itu menunjuk keranjang yang diletakkan pelayan tadi sebelum akhirnya pergi meninggalkan Venita masih dalam pikirannya sendiri.

Entah kenapa bukannya wajah, tapi Venita merasa sangat familiar dengan suara pria itu. Dimana dia mendengarnya?

"Ah benar!" Pekik Venita saat mengingat dimana dia mendengar suara Ergo. Itu suara pria yang menariknya keluar dari laut kemarin. Apa yang dia lakukan disini? Oh benar, ini rumahnya. Tentu saja dia berada disini.

Tapi kenapa pria itu membawanya pulang? Apa Venita berada disini untuk dijual?

Venita melihat isi keranjang itu. Isinya adalah pakaian ganti dan juga perlengkapan mandi. Tidak salah lagi. Pasti Venita dibawa kesini untuk dijual. Dia harus kabur sesegera mungkin. Venita ingat bahwa pria tadi mengatakan bahwa waktunya 10 menit. Jadi dia masih memiliki waktu sekitar 8 menit lagi.

Berlari ke arah jendela. Ternyata dirinya sedang berada di lantai dua. Venita terkejut saat melihat hamparan hijau luas di depannya. Apa ini? Apa dia sedang berada di peternakan atau sejenisnya?

Masa bodoh. Venita mencari apapun yang dapat dia gunakan sebagai tali untuk kabur. Dia mengambil selimut dan juga baju, handuk dan lainnya untuk diikat memanjang sebagai tali.

Setelah semuanya siap akhirnya Venita melempar tali itu ke bawah. Walaupun tali masih lumayan menggantung tinggi, tapi Venita percaya bahwa itu cukup baginya untuk melompat. Daripada dia harus melompat dari lantai dua.

Saat mulai menuruni tali. Sayangnya baju ganti yang mereka berikan memiliki bahan mudah robek. Jadi kain itu tak bisa menahan bobot tubuhnya dan membuatnya jatuh sebelum sampai pada ujung tali.

"Agghh!!!"

Beruntung Venita jatuh di semak-semak. Hal itu menolongnya untuk tak mendapatkan luka yang cukup serius. Namun teriakannya tadi berhasil mengundang beberapa penjaga datang untuk mengecek.

Derap langkah semakin mendekat ke arahnya. Venita berusaha untuk bangun tapi sepertinya ada beberapa tulangnya yang bermasalah. Dia tak sanggup berdiri.

Akhirnya dia gagal kabur. Semua penjaga sudah berdiri di depannya sekarang. Tak lama kemudian pria tadi juga sudah berdiri di depannya dengan raut wajah heran.

"Tuan." Ucap para penjaga itu menepi agar tak menghalangi pandangan si pria pada Venita.

"Apa lagi yang coba kamu lakukan, huh?!" Tanyanya.

"Mama." Ucap seorang bocah laki-laki menatap ke arah Venita. Bocah yang sebelumnya sembunyi di belakang kaki si pria itu berlari ke arah Venita dan memeluknya erat. Membuat Venita bingung untuk bereaksi seperti apa.

#

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!