BAB 4_Menghilangnya Freya

Ah sudahlah! Aku berusaha untuk bersikap biasa saja. Seolah ia tak pernah hadir di dalam mimpiku.

Begitupun yang ia lakukan. Ia berusaha bersikap biasa saja kepadaku. Ya. Memangnya harus bagaimana? Toh yang kami tahu, semua itu hanya bunga tidur saja.

"Maaf Nona, mengapa anda sendirian di tengah hutan seperti ini? Apakah anda tersesat?" tanya Sang Kaisar yang mencoba untuk mencairkan suasana.

Apa? Nona? Ya ya, itu sudah benar. Memangnya ia akan memanggilku apa? Freya Istriku? Seperti yang telingaku harapkan tadi? Panggilan cinta dalam mimpi itu?

Aku hanya tak yakin karena tak ada bukti. Bahwa yang telingaku dengar sebelumnya itu memang benar-benar memanggilku.

...****************...

(Dunia Modern)

Abi Affandy dan Umi Maryam sangat panik begitu mendengar kabar tentang menghilangnya aku di rumah sakit. Abi Affandy dan Umi Maryam adalah orang tua angkatku. Mereka mengadopsiku sejak bayi.

"Ardhan, apa yang terjadi? Kenapa Freya bisa hilang?" tanya Umi Maryam yang hampir menangis.

Kak Ardhan termenung setelah mendengar pertanyaan Umi. Ia malah melamun, kembali teringat pada saat-saat sebelum aku menghilang dari ruang rawat itu.

"Dhan, kenapa diem aja? semalem kamu dan Fachry kan yang jagain Freya di rumah sakit?" tambah Abi.

Kak Ardhan langsung berucap sadar setelah mendengar pertanyaan tambahan dari Abi, "Aku juga nggak tahu gimana Freya menghilang Mi, Bi," sambil melirik bergantian kearah Umi dan Abi, "saat itu, Fachry lagi di luar beli makanan. Lalu aku pergi ke toilet yang ada di dalam ruang rawat itu dan ninggalin Freya yang masih terbaring di ranjang pasien sendirian.

Saat aku kembali dari toilet, aku sendiri sangat terkejut, melihat ranjang Freya yang sudah kosong. Aku juga panik Mi, Bi! Freya masih sakit, Freya pasti belum kuat buat jalan! Dia baru aja pindah ke ruang rawat! Tapi bagaimana bisa dalam sekejap Freya hilang?" sahut Kak Ardhan yang sedikit meneteskan air mata.

"Ya allah Freya, dimana kamu nak? Semoga lukamu nggak nambah parah ... kemana kamu sebenarnya? Umi khawatir Freya." Ucap Umi Maryam setelah mendengar sahutan Kak Ardhan, Umi pun mulai menangis.

"Sabar Mi, istigfar, Freya pasti baik-baik aja, Umi jangan nangis lagi ya? Freya pasti akan kembali bersama kita lagi!" ucap Abi menenangkan Umi.

"Aamiin Abi." Jawab Umi sambil menghapus air matanya, Abi pun membantu menyeka air mata itu.

"Umi, Abi, Ardhan keluar dulu ya cari minum?" ucap Kak Ardhan.

Umi dan Abi langsung melirik kearah Kak Ardhan, lalu mengangguk perlahan setelah mendengar ucapan Kak Ardhan itu.

Sampai di luar kamar pasien, Kak Ardhan nampak segera menelepon seseorang.

"Gimana? Udah ada kabar tentang Freya?" tanya Kak Ardhan pada seseorang di seberang sana.

"Sampe sekarang gue sama anak-anak belum dapat sedikit pun kabar tentang Freya Dhan. Kita semua bingung, nggak ada jejak sama sekali tentang Freya. Bahkan alat pelacak yang ada dalam tubuhnya, nggak bisa melacak keberadaan Freya sama sekali," jawab seseorang dalam sambungan telepon itu.

"Ini aneh ... bagaimana mungkin alat pelacak yang ada dalam tubuh Freya nggak bekerja? ... perluas pencarian dan cari semua hal apapun yang berhubungan dengan hilangnya Freya. Kita harus segera menemukan Freya, gimanapun caranya," ucap Kak Ardhan pada seseorang dari seberang telepon itu.

"Oke Dhan." Jawab seseorang dari seberang itu.

Sambungan telepon pun terputus.

...****************...

(Lamunan Umi Maryam)

"Subhanallah.. Tuan Putri cantik sekali," ucap Umi Maryam bahagia.

Aku yang masih berumur 4 tahun itu, tersenyum dan tertawa riang mendengar kata-kata Umi saat itu.

"Freya kan cantik seperti Umi. Freya sayang Umi." Dengan tersenyum sangat manis, ku peluk erat tubuh Umi saat itu. Umi pun membalas lembut pelukanku.

***

"Kak Ardhan, jangan usilin Umi. Umi kan cape, bukannya bantuin Umi. Huuuh. Awas ya, nanti Freya bilangin ke Abi, biar Kakak nggak dikasih uang jajan. Wleee." Protes ku pada Kak Ardhan yang nakal saat itu.

Setelahnya, Kak Ardhan justru semakin menggodaku dengan kenakalannya. Saat itu aku masih berusia 6 tahun.

Lalu tiba-tiba ku ambil sebuah kemoceng yang ku jadikan senjata untuk menghalau Kak Ardhan saat itu. Dengan sebelah tanganku yang berkacak pinggang. Dan muka yang ku pasang segalak mungkin di depan Kakak angkat ku itu. Namun, wajahku justru terlihat sangat menggemaskan.

Dari kejauhan, Umi hanya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya memperhatikan tingkahku dan tingkah Kak Ardhan saat itu.

***

"Umi minum obat dulu ya, biar cepet sembuh. Freya sayang banget sama Umi." Lalu ku peluk erat tubuh Umi, setelah beliau selesai meminum obatnya.

Setelahnya, ku tuntun perlahan tubuh Umi untuk berbaring. Ku selimuti tubuh Umi dengan selimut yang bercorak dedaunan itu. Dan ku kecup kening Umi dengan lembut, "Selamat malam Umi, cepet sembuh ya. I love you."

"Love you too sayang," Umi pun tersenyum, lalu mulai memejamkan matanya. Aku pun perlahan meninggalkan ruangan kamar itu. Saat itu, aku masih berusia 12 tahun.

***

Dari luar rumah terdengar teriakan Umi yang cukup keras. Dengan pengucapan yang berulang-ulang. Rupanya saat itu, Kakak angkat dan adik angkat ku sedang bermain perang-perangan.

Menggunakan bantal dan guling yang mereka ambil dari kamar masing-masing. Entah sudah berapa kali Umi mengganti bantal dan guling di dalam kamar mereka itu. Karena seringnya kedua saudara angkat ku itu membuat ulah.

Dengan cukup susah payah Umi mencoba untuk menghentikan aksi mereka. Namun, mereka sering kali tak mengindahkan perkataan Ibu Kandungnya itu.

Justru aku sebagai anak angkatlah yang lebih menghargai perasaan Umi, ibu angkat ku.

"Hem beraninya mereka mulai lagi. Awas ya, bakal aku seblak mereka." Lalu semakin ku percepat langkahku untuk memasuki rumah.

"Wah wah wah, seru banget ya mainnya." Ucapku lantang, sambil menepuk-nepuk sebuah ranting kayu yang seukuran dengan gagang kemoceng pada telapak tanganku.

Umi, Kak Ardhan dan Dias pun serentak melirik ke arahku.

Mata Umi berbinar saat melihatku, beliau tampak merasa lega, sekaligus senang, "Alhamdulillah, pahlawan Umi datan!"

Aku pun melirik Umi dan memberikan senyuman termanis ku padanya, "Serahkan dua perusuh ini pada Freya Umi! Mari kita lihat, siapa diantara mereka yang kuat untuk menahan seblak maut dari ranting ini? hehe...,"

"Waah.. Mak Lampir datang! Kabuur!" Sahut Kak Ardhan si tukang usil.

"Hehe.. Dias baru inget Kak, Dias belum ngerjain tugas. Dias ke kamar dulu ya Kak, mau ngerjain tugas. Besok harus dikumpulin soalnya," setelah itu, Dias pun bergegas menuju kedalam kamarnya.

"Enak aja, mau pada kabur setelah bikin Umi pusing? cepet kesini! rasakan dulu sentuhan rantingku ini! Kemari kalian!" Balasku kemudian, dibarengi dengan pengejaran ku pada kedua saudara angkat ku itu.

Seperti biasa, setelah aku datang, mereka berdua justru sangat kompak untuk membuatku jengkel. Kami bertiga pun saling berkejaran.

Umi hanya tersenyum memandangi kami. Lalu Umi pun berlalu pergi. Karena Umi paham, apa yang akan terjadi setelahnya.

Beberapa saat kemudian, Kak Ardhan dan Dias pun dengan semangat merapikan kembali semua barang-barang yang berantakan karena ulah mereka itu.

Tugasku cukup mengawasi mereka dengan kedua tangan yang ku lipat. Sambil sesekali memerintah mereka bak seorang Ratu di rumah itu.

"Semuanya sudah selesai Yang Mulia Ratu!" Ucap mereka kompak padaku saat semuanya sudah kembali rapi.

Aku pun melihat hasil kerja mereka, "Oke, kalian bebas dari hukuman!" Kami bertiga pun saling bertatapan dan kompak tertawa bersama. Lalu mereka berlari menghampiriku dan memelukku bersamaan.

***

Hari itu, diakhir pekan, jadwal tetap Umi untuk berkunjung ke sebuah Panti Asuhan. Dengan ditemani Bi Ningsih (asisten rumah tangga Umi Maryam).

Setelah urusannya dengan pengurus Panti selesai, Umi pun menuju ke sebuah danau buatannya. Danau itu terletak tidak jauh dari Panti, hanya berjarak 3 rumah saja.

Saat tiba di danau, Umi langsung berjalan mengarah ke sebuah kursi taman yang cukup panjang. Kursi itu berada tepat di sebelah danau.

Ada beberapa macam bunga yang tumbuh di sekitar danau itu. Umi mendesain tempat itu senyaman dan seindah mungkin, sehingga Umi sangat betah untuk berlama-lama disana. Dan kegiatan santai itu selalu Umi lakukan, setiap selesai berkunjung dari Panti.

Dari tempat Umi duduk, tiba-tiba sekilas terdengar suara bayi yang menangis. Umi sedikit menoleh kearah suara tangisan bayi itu. Ia pun menajamkan pendengarannya, namun suara tangisan bayi itu sudah tidak terdengar.

"Ada apa Bu? Ibu mencari sesuatu?" tanya Bi Ningsih.

Umi pun berbalik menatap Bi Ningsih, "Aku seperti mendengar suara bayi menangis Bi," Umi pun kembali menajamkan pendengarannya, namun suara tangisan bayi itu kembali tidak terdengar, "Ah sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja, mana mung ...,"

"Oeeee... oeeee...," tangisan bayi itu kembali terdengar, kini terdengar semakin keras. Dan berulang-ulang.

Umi pun terbangun dari duduknya, dan langsung bergegas untuk menghampiri asal suara tangisan itu.

Umi mendadak berhenti dan sangat terkejut saat benar-benar melihat seorang bayi di bawah pohon besar yang terletak beberapa langkah dari kursi yang Umi duduki sebelumnya itu.

Umi pun perlahan mengambil bayi itu, "Masya Allah Bi, bayi ini lucu sekali. Mengapa orang tuanya tega sekali meninggalkannya disini?'' ucap Umi Maryam pilu.

"Saya juga nggak tahu Bu. Tapi bayi ini sangat beruntung karena Ibu yang menemukannya, entah apa jadinya bila orang jahat yang menemukan bayi ini Bu,'' ucap Bi Ningsih.

Umi terharu mendengar ucapan Bi Ningsih, Umi menatap wajah bayi itu dengan berkaca-kaca.

Bayi itu berada di dalam sebuah kardus yang berukuran cukup besar dan beralaskan matras bayi yang bermotif polkadot merah muda. Juga terdapat secarik kertas yang bertuliskan sebuah nama.

Umi pun mengambil kertas itu, lalu membaca tulisan di dalamnya, "Freya Ardelle". Ya, bayi itu adalah aku.

Masih dengan kertas namaku ditangan Umi, lalu Umi perlahan mengangkat tubuhku dan menggendongku. Umi pun perlahan berdiri dan mengayunkan tubuhnya untuk menenangkan ku agar tidak menangis lagi.

Umi kembali membaca namaku di dalam kertas itu, bergantian menatap wajah mungilku yang masih bayi itu, lalu Umi tersenyum, "Aku akan merawat bayi ini Bi. Alhamdulillah, ini rejeki saya Bi. Saya punya seorang putri sekarang."

Bi Ningsih pun ikut tersenyum bahagia mendengar ucapan Umi saat itu.

***

Umi Maryam tersadar dari lamunannya tentangku saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Saat ini Umi sedang berdiri di balkon kamarnya dilantai 2.

"Umi kenapa melamun? Umi keinget sama Kak Freya ya? Dias juga kangen Mi sama Kak Freya. Tapi Umi jangan sedih lagi ya Mi? Dias yakin, Kak Freya pasti baik-baik aja sekarang," bujuk Dias, anak bungsu Umi.

"Iya sayang, ada kamu, Umi pasti nggak akan sedih lagi." Jawab Umi tersenyum sambil mempererat pelukan tangan Dias.

"Freya, apa yang sedang kamu lakukan sekarang Nak? bagaimana lukamu sayang? Umi rindu Nak. Semoga kamu baik-baik aja Freya...." suara hati Umi yang merindukan aku.

...****************...

Rupanya saat kejadian Umi yang menemukanku di dalam kardus beberapa tahun yang lalu itu, ada seseorang yang sejak tadi sedang mengamati semua yang terjadi dari kejauhan. Tak lupa, orang itu merekam dan mengambil beberapa gambar dalam kejadian itu. Namun sayang, Umi tak mengetahuinya.

"Maafkan Mba Non. Maafkan Nyonya juga. Semua ini demi keselamatan Non Freya. Semoga Non Freya selalu sehat dan hidup bahagia. Mba terpaksa harus kembali. Non Freya pasti akan baik-baik saja bersama keluarga yang baru.

Lagipula ada sepupu Mba yang bekerja di keluarga itu. Non Freya pasti aman. Selamat tinggal Non Freya," ucap Mba Laudya sedih dalam hati, sambil meneteskan air matanya.

Ia pun berbalik pergi meninggalkan tempat itu, setelah lama mengamati aku yang digendong dan dibawa pergi oleh Umi Maryam.

"Aku akan kembali ke Semarang. Titip Non Freya ya Mba, " isi chat yang Mba Laudya kirim untuk Bi Ningsih yang dilengkapi dengan emoji senyum dan berpelukan.

Bi Ningsih pun membalas chat itu, "Iya La, kamu tenang aja, nggak perlu khawatir tentang Non Freya. Mba pasti akan menyayangi dan menjaga Non Freya dengan sangat baik. Kamu hati-hati ya. Jaga kesehatan."

"Iya Mba, makasih." balasan chat Mba Laudya yang disertai emoji senyum, love, berkaca-kaca dan berpelukan.

Mba Laudya pun mengirimkan sebuah video dan beberapa fotoku saat sedang digendong oleh Umi Maryam kepada majikannya. Ibu kandungku lebih tepatnya. Ibu kandungku pun langsung membuka file-file yang Mba Laudya kirim itu.

Cukup lama Ibu kandungku memandangi fotoku. Matanya bengkak, dan kini kembali berkaca-kaca, "Maafin Mamah ya Nak. Hanya cara ini yang bisa membuatmu aman sayang." ucap Ibu kandungku menangis memandangi fotoku saat bayi itu.

"Terimakasih banyak Mba. Kamu selalu ada buat aku. Hati-hati di jalan ya," balasan chat Ibu kandungku untuk Mba Laudya.

...****************...

(Dunia Kekaisaran)

Aku kembali terdiam. Mataku menatap kosong kearah Sang Kaisar. Namun pikiranku justru sangat sesak oleh pria yang ada di hadapan ku ini.

"Nona, apa kau tak mendengar ku?" tanya Kaisar lagi.

"Ah iya, emmm maksudku tidak, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja," jawabku kemudian.

"Ya, baguslah bila Nona baik-baik saja. Tapi Nona belum menjawab pertanyaanku yang lain? Apakah Nona tersesat?" ucap Kaisar lagi.

Aku hanya tersenyum padanya. Kini, isi otak ku mendadak kosong. Entah kata apa yang harus aku ucapkan. Kenapa aku seperti orang bodoh begini? Ini benar-benar bukan gayaku!

"Senyuman itu! Benar-benar senyuman Freyaku. Apakah ia tersenyum padaku? Atau ia sedang memikirkan hal lain? Hmmm," sebentar Sang Kaisar menarik nafas, "Andaikan kau benar-benar Freyaku? Tapi mengapa wajahnya sangat mirip?

Ah sudahlah! Sudah ku putuskan sejak tadi, entah gadis ini memang benar Freyaku atau bukan, yang pasti aku tidak akan melepaskannya begitu saja!" Suara hati Kaisar, dan ia pun ikut tersenyum kepadaku.

"Nona?" ucap Kaisar lagi.

Aku kembali tersadar dari lamunanku saat Kaisar itu kembali memanggilku, "Ah iya, maaf Tuan, aku kurang sopan. Aku sedang mencari tanaman obat di hutan ini."

"Mencari tanaman obat? Hanya seorang diri? Kau tak membawa pengawal?"

Aku kembali tersenyum pada Sang Kaisar, "Dia saja sudah cukup untuk menjadi pengawalku Tuan." Ku tunjuk Leo, kucing besar yang kini menjadi teman setiaku.

Kaisar cukup terkejut saat yang ku maksud adalah Leo, "Dia? Harimau di sampingmu itu?"

Aku kembali tersenyum mendengarnya. "Leo kemari!" ucapku kemudian.

"Tunggu ... Apakah harimau itu tidak memakan daging manusia?" tanya Sang Kaisar sedikit cemas.

Aku sedikit terkekeh mendengarnya, "Tidak. Jangan takut, tenang saja. Dia tidak akan memakan dagingmu," ucapku lagi sambil tersenyum.

Terpopuler

Comments

Vinansha AFR

Vinansha AFR

Mohon maaf buat para pembaca.. karena suatu alasan, aku belom bisa lanjutin revisi.. /Pray//Pray//Pray/

2024-07-01

0

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

like like like

2023-02-15

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1_Masuk ke Zaman Kerajaan
2 BAB 2_Masuk Ke Zaman Kerajaan Part 2
3 BAB 3_Pertemuan Nyata
4 BAB 4_Menghilangnya Freya
5 BAB 5_Ke Istana Raja
6 BAB 6_Sampai Di Istana
7 BAB 7_Ingatan Tentang Mimpi
8 BAB 8_Ternyata Mimpi Itu Nyata
9 BAB 9_Bertemu Ibu Kandung Raja
10 BAB 10_Ibu Kandung Raja
11 BAB 11_Masa Lalu Ibunda Raja
12 BAB 12_Tentang Nenek Raja
13 BAB 13_Tentang Freya
14 BAB 14_Pengorbanan Ibu Raja
15 BAB 15_Masih Tentang Freya (Li Chang Ge)
16 BAB 16_(Ibu Raja)Bertemu Ayah didunianya
17 BAB 17_Ibu Kandung Freya
18 BAB 18_Perjodohan Beda Dimensi
19 BAB 19_Rencana Jahat Yuning
20 BAB 20_Diculiknya Freya (Li Chang Ge)
21 BAB 21_Rahasia Liu Yuning
22 BAB 22_Ruang Rahasia Yuning
23 BAB 23_Tentang Freya Part 2
24 BAB 24_Kenangan Masa Lalu Yuning
25 BAB 25_Cerita Sedih Yu Ning
26 BAB 26_Sisi Baik Yu Ning
27 BAB 27_Keahlian Freya (Li Chang Ge)
28 BAB 28_Freya VS Yu Ning
29 BAB 29_Terungkapnya Rahasia
30 BAB 30_Pertemuan
31 BAB 𝟛𝟙_ℙerjalanan
32 BAB 32_Menuju Istana Duyung
33 BAB 33_Kebun Bunga Misterius
34 BAB 34_Binyeo Untuk Freya
35 BAB 35_Bertemu The Crown
36 BAB 36_Gurun Utara Diserang
37 BAB 37_Perang
38 BAB 38_Freya Terluka
39 BAB 39_Mutiara Merah Muda
40 BAB 40_Misi Penyelamatan Andra
41 BAB 41_Munculnya Freya
42 BAB 42_Meratakan Markas The Wings
43 BAB 43_Mencari Gurun Pasir Putih
44 BAB 44_Penjaga Kebun Bunga Dewi
45 BAB 45_Tubuh Baru Freya
46 BAB 46_Sistem Rahasia Freya
47 BAB 47_Kembali Ke Istana
48 BAB 48_Pernikahan Freya dalam Dinasti Tang
49 BAB 49_Dunia Freya
50 BAB 50_Roh Ibu Kandung Su'er
51 BAB 51_Bertemu Ibu Kandung Freya
52 BAB 52_Penyempurnaan Tubuh Ibu Su'er
53 BAB 53_Kembalinya Ibu Su'er
54 BAB 54_Bertemu Teman-teman
55 BAB 55_Aksi Suamiku (Su'er)
56 BAB 56_Tristan
57 BAB 57_Melepaskan Tristan
58 BAB 58_Bertemu Keluarga Angkat
Episodes

Updated 58 Episodes

1
BAB 1_Masuk ke Zaman Kerajaan
2
BAB 2_Masuk Ke Zaman Kerajaan Part 2
3
BAB 3_Pertemuan Nyata
4
BAB 4_Menghilangnya Freya
5
BAB 5_Ke Istana Raja
6
BAB 6_Sampai Di Istana
7
BAB 7_Ingatan Tentang Mimpi
8
BAB 8_Ternyata Mimpi Itu Nyata
9
BAB 9_Bertemu Ibu Kandung Raja
10
BAB 10_Ibu Kandung Raja
11
BAB 11_Masa Lalu Ibunda Raja
12
BAB 12_Tentang Nenek Raja
13
BAB 13_Tentang Freya
14
BAB 14_Pengorbanan Ibu Raja
15
BAB 15_Masih Tentang Freya (Li Chang Ge)
16
BAB 16_(Ibu Raja)Bertemu Ayah didunianya
17
BAB 17_Ibu Kandung Freya
18
BAB 18_Perjodohan Beda Dimensi
19
BAB 19_Rencana Jahat Yuning
20
BAB 20_Diculiknya Freya (Li Chang Ge)
21
BAB 21_Rahasia Liu Yuning
22
BAB 22_Ruang Rahasia Yuning
23
BAB 23_Tentang Freya Part 2
24
BAB 24_Kenangan Masa Lalu Yuning
25
BAB 25_Cerita Sedih Yu Ning
26
BAB 26_Sisi Baik Yu Ning
27
BAB 27_Keahlian Freya (Li Chang Ge)
28
BAB 28_Freya VS Yu Ning
29
BAB 29_Terungkapnya Rahasia
30
BAB 30_Pertemuan
31
BAB 𝟛𝟙_ℙerjalanan
32
BAB 32_Menuju Istana Duyung
33
BAB 33_Kebun Bunga Misterius
34
BAB 34_Binyeo Untuk Freya
35
BAB 35_Bertemu The Crown
36
BAB 36_Gurun Utara Diserang
37
BAB 37_Perang
38
BAB 38_Freya Terluka
39
BAB 39_Mutiara Merah Muda
40
BAB 40_Misi Penyelamatan Andra
41
BAB 41_Munculnya Freya
42
BAB 42_Meratakan Markas The Wings
43
BAB 43_Mencari Gurun Pasir Putih
44
BAB 44_Penjaga Kebun Bunga Dewi
45
BAB 45_Tubuh Baru Freya
46
BAB 46_Sistem Rahasia Freya
47
BAB 47_Kembali Ke Istana
48
BAB 48_Pernikahan Freya dalam Dinasti Tang
49
BAB 49_Dunia Freya
50
BAB 50_Roh Ibu Kandung Su'er
51
BAB 51_Bertemu Ibu Kandung Freya
52
BAB 52_Penyempurnaan Tubuh Ibu Su'er
53
BAB 53_Kembalinya Ibu Su'er
54
BAB 54_Bertemu Teman-teman
55
BAB 55_Aksi Suamiku (Su'er)
56
BAB 56_Tristan
57
BAB 57_Melepaskan Tristan
58
BAB 58_Bertemu Keluarga Angkat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!