Laki-laki tampan

Evano Xavier, laki-laki itu terlihat baik. Ia memiliki tatapan mata yang tajam dan mempesona. Saat mendengar nama Evano Xavier untuk yang pertama kalinya, Alexa seperti merasa sangat familiar. Ia merasa nama itu sudah pernah ia dengar sebelumnya.

Namun meski Alexa cukup penasaran, ia tidak ingin terlalu ingin tahu. Ia hanya tidak suka kehidupannya terlalu di atur. Ia kesal setiap kali ada orang yang melarang, mengkritik, atau menghakiminya.

Alexa sudah menjadi seorang tuan putri sejak lahir. Ia dibesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Terlebih, Alexa adalah anak satu-satunya. Maka tidak heran jika ia selalu di manja.

"Bagaimana, Alexa? Evan laki-laki yang tangguh sekaligus baik. Mama dan Papa sangat percaya jika dia bisa menjagamu," bujuk Asmita.

"Tapi, Ma ...."

"Alexa!" seru Vincent.

"Hmm, baiklah." Seakan tidak memiliki pilihan lain, Alexa terpaksa harus setuju.

Asmita dan Vincent terlihat senang dengan keputusan Alexa. Paling tidak, mereka kini tidak perlu lagi mengkhawatirkan keselamatan anak tunggal mereka, karena mereka yakin jika Evan pasti mampu melindungi Alexa dari segala macam bahaya.

"Sekarang, Papa akan menyampaikan hal yang paling penting. Papa dan Mama sudah mengatur semuanya dengan baik. Karena kini usiamu sudah tidak lagi muda, maka kami memutuskan untuk menjodohkanmu," terang Vincent.

Alexa tidak terkejut, ia hanya menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia sudah mendengar rencana ini dari Asmita sejak beberapa waktu yang lalu. Namun Alexa tidak terlalu ambil pusing, ia tidak tertarik dengan hubungan spesial ataupun pernikahan.

"Aku tidak ingin menikah, Pa. Maksudku, aku ... belum siap." Alexa beralasan.

"Lalu, kapan kau akan siap, Alexa? Usiamu sudah tiga puluh tahun. Lihatlah, teman-teman sekolahmu bahkan sudah memiliki anak, apa kau tidak ingin seperti mereka?"

"Aku sudah bahagia."

"Kami sudah sangat tua, apa kau akan membiarkan kami hidup menua tanpa cucu? Kau adalah anak kami satu-satunya. Kepada siapa lagi kami berharap?" keluh Vincent.

Alexa mengutuk dalam hati. Hal inilah yang membuatnya membenci kehidupannya sebagai anak tunggal. Segalanya, apapun itu, seakan ia tidak punya kebebasan untuk memilih. Karena pada dasarnya, hidupnya adalah milik orang tuanya. Ia adalah satu-satunya harapan, satu-satunya anak yang harus selalu menjadi apa yang orang tuanya inginkan.

"Meera, apakah Alexa memiliki kekasih?" Vincent melempar pertanyaan pada sekretaris Alexa.

"Setahu saya, tidak, Tuan," jawab Meera.

"Baik, Papa sudah mengatur perkenalanmu dengan beberapa kandidat yang menurut Papa pantas."

"Papa!" seru Alexa. Ia tidak percaya, Vincent bahkan sudah merencanakan semuanya dengan matang tanpa meminta pendapat terlebih dahulu dari dirinya.

"Minggu depan, kau harus bertemu dengan anak sulung dari keluarga Cameron. Dia laki-laki baik, CEO perusahaan fashion terkenal. Evan akan mengurus pertemuan kalian."

"Kandidat kedua, adalah anak tunggal dari keluarga Jordan. Dia pewaris tunggal sekaligus pengelola perusahaan furniture di luar negri."

"Dan yang terakhir, anak bungsu dari keluarga Kalandra. Dia bekerja sebagai dosen sambil menjalankan bisnis keluarganya di bidang kuliner."

"Pasti ada salah satu di antara mereka yang menarik hatimu. Papa harap, pilihanmu bisa jatuh pada laki-laki yang tepat," jelas Vincent.

Alexa memejamkan mata sesaat. Ia merasa jika hidupnya hanya tentang orang tuanya. Ia tidak sedikitpun memiliki kesempatan untuk memilih. Bahkan, ia merasa jika orang tuanya lah yang menentukan hidup dan matinya.

"Baiklah, jika itu yang Papa inginkan. Kalau tidak ada hal lain lagi, aku harus segera pergi," ujar Alexa. Berlama-lama di rumah ini hanya akan menambah rasa sakit kepalanya.

Setelah keluar dari kediaman orang tuanya, Alexa dan Meera kembali masuk ke dalam mobil. Tidak lupa, Evan turut mendampingi mereka sebagai sopir.

"Nona, dia tampan sekali, ya," bisik Meera pada Alexa. Meera tertawa kecil, ia kagum dengan sosok laki-laki yang tengah duduk di bangku kemudi.

Alexa terdiam, melirik Evan dari kaca spion yang berada di bagian atas dashboard.

"Laki-laki tampan hanya akan menyusahkan hidupmu, Meera. Kau harus menjauhinya!" tegas Alexa.

Seketika, Meera terdiam seribu bahasa. Tidak ada gunanya membahas hal-hal seperti ini bersama Alexa. Karena tidak ada yang menarik bagi wanita itu kecuali tentang bisnis dan pekerjaan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Irma Dwi

Irma Dwi

pesona Evan belum keluar,,,,

entar juga bucin tu Alexa,,,,

2024-09-26

0

"lazygirl"

"lazygirl"

evan blm ngeluarin suaranya jd alexa blm tahu pesona ny evan dmn..
malah meera yg jeli bgt bs liat ketampanan evan.. 😅

2023-02-12

1

Sri Astuti

Sri Astuti

hadir di sini.. menikmati sajian baru.. tks kak Vey...

2023-02-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!