District 3 Park Avenue...
Laki-laki tua tampak mengantarkan tamu yang berkunjung ke rumahnya ke arah pintu keluar. Tampak senyum kebahagiaan terlihat di wajah laki-laki tua tersebut, ketika temannya mulai masuk ke dalam mobil. Di belakang laki-laki tua itu, tampak laki-laki muda usia 28 tahun ikut mengantarkan, dan melambaikan tangan ketika mobil yang membawa tamu yang berkunjung itu keluar dari halaman rumah mereka.
"Andrew... where did your nephew go, ini sudah malam. Jam 21.15 wib, seorang gadis belum sampai ke rumah, sejak pagi pamit pergi ke sekolah." laki-laki tua itu yang ternyata adalah Tuan Atmadja, kakek dari Gwen bertanya pada anak laki-lakinya.
"Kita tunggu beberapa saat lagi pa.., Andrew juga baru datang hari ini dari Singapuram jadi tidak tahu kemana Gwen pergi. Atau papa istirahat dulu saja, Andrew yang akan menunggu sampai Gwen pulang. Jika sampai pukul 22.00 belum juga sampai rumah, Andrew akan mencari ke tempat sekolahnya." dengan sabar sambil menahan kekhawatiran, Andrew mengajak papanya masuk ke dalam,
"Kasih tahu pada Gwen... dia itu anak perempuan, bukan laki-laki. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh anak perempuan, termasuk pulang pergi seenaknya, tanpa pamit, dan juga pergaulannya." tuan Atmadja masih terus berkomentar tentang cucu satu-satunya dalam keluarga ini.
"Iya pa... sudahlah. Andrew yang akan mengatasi semuanya.." laki-laki itu terus berusaha menenangkan papanya.
Tuan Atmadja akan duduk di ruang tengah, namun Andrew menghalangi laki-laki itu dan membawanya untuk masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Akhirnya tuan Atdmaja menurut, laki-laki tua itu segera masuk ke dalam kamarnya.
"Sampaikan pada Gwen... gadis itu harus mau menerima tawaranku. Tidak ada penolakan, Gwen harus mau menikah dengan Barra, putra bungsu Tuan Chandra. Usia Gwen sudah 17 tahun juga, dan hanya pernikahan yang akan bisa membuat Gwen berubah... Kamu juga, sudah berusia 28 tahun, tidak bisa diharapkan untuk meneruskan keluarga Altmadja.." sambil ngedumel, tuan Atmadja masuk ke dalam kamar.
"Baik pa..." sambil tersenyum kecut, Andrew menutup pintu kamar papanya.
Laki-laki muda itu mengambil nafas dalam, kemudian berjalan menuju ke ruang tengah. Seorang ART yang sudah lama mengabdi di rumah itu, mendatangi laki-laki muda itu.
"Tuan Andrew... apakah perlu bibi buatkan minuman panas Tuan... Sepertinya tuan Andrew masih akan menunggu nona Gwen pulang." dengan hati-hati ART keluarga itu bertanya pada Andrew.
"Iya Bi.. buatkan minuman jahe hangat untukku, sepertinya aku agak tidak enak badan.." sambil mengambil remote TV dan menyalakan televisi, Andrew menjawab pertanyaan Bibi Surti.
"Baik tuan Andrew... tunggu sebentar.." bibi Surti segera berjalan meninggalkan Andrew yang menonton televisi di ruang tengah. Laki-laki itu mengangkat kedua kakinya, kemudian menyelonjorkan kedua kaki di atas sofa. Beberapa kali, Andrew tampak mengamati jarum jam yang ada di dinding ruangan tersebut,
"Hmmph... Gwen memang sudah tidak bisa dibiarkan begini terus menerus, aku akan merasa sangat bersalah dengan kak Jack.. Benar apa yang dikatakan papa, lebih baik Gwen menikah dengan Barra, dan laki-laki itu yang akan mengarahkannya. Menikah sekarang, ataupun nanti juga akan sama saja, toh Gwen juga masih akan bisa melanjutkan studinya." merasa jengah dengan kenakalan keponakannya, Andrew sampai bergumam sendiri, Tanpa sadar, laki-laki itu menyetujui rencana papanya, untuk menjodohkan Gwen dengan sahabatnya yang juga merupakan putra dari teman baik papanya.
"Barra akan bisa menjadi sosok papa pengganti, dan juga sebagai suami untuk Gwen. Aku yakin itu..." lanjut Andrew.
************
Pukul 21.50 menit
"Broom... broom..." terdengar suara motor memasuki garasi, dan sanggup membuat kaget Andrew yang tertidur sebentar karena menunggu kepulangan Gwen. Laki-laki itu mengambil nafas panjang, kemudian berdiri untuk menyambut keponakannya masuk ke dalam rumah.
"Escape your inhibitions
"Taste the wind, let your hair down, throw your hands up
"Go, go, go, let go forget the consequences
"Go, go, go, let go running free
"Open your heart, open your mind" lirik lagu Run Free dari Asking Alexandria, tampak dinyanyikan oleh Gwen sambil masuk ke dalam rumah. Lirik lagu metal itu, tanpa kesulitan dan juga tanpa risih, keluar dari bibir Gwen yang tampak ceria masuk ke dalam rumah,
"Bisa tidak, sebelum masuk rumah itu ucapkan salam. Tidak malah membangunkan setan di tengah malam dengan syair lagu metalmu.." Gwen kaget, ketika tiba-tiba di depannya, Om Andrew sudah menegur dan berdiri di depannya. Gadis itu tidak menyangka, jika Om nya yang lebih sering menghabiskan waktu di luar negeri, malam ini sudah berada di dalam rumah.
"Mmmph.., peace Om, kan untuk penyemangat hati Gwen Om.. He.." sambil mengangkat dua jari di depan wajah, dengan muka polos, Gwen tersenyum dan melihat ke arah Andrew.
"Masuk, dan segera masuk ke dalam kamar. Ingat Gwen.. kamu ini di rumah itu untuk menjaga dan menemani opa, bukan malah keluyuran tidak jelas sampai malam. Gadis seusiamu itu, seharusnya langsung pulang ke rumah, ketika kelas sudah berakhir. Apalagi kamu ini, sudah kelas XII dimana sebentar lagi akan masuk ke bangku kuliah." kata-kata Andrew mengalir keluar dengan pedas.
"Iya.. iya .. Om... kenapa apa yang Gwen lakukan selalu salah di mata Om, dan juga Opa. Tapi ketika mama, dan papa meninggalkan Gwen sendiri, mereka berdua tidak pernah salah. Mereka damai, di surga dengan tanpa sadar sudah meninggalkan Gwen dalam kesepian.." tanpa sadar, Gwen mengutarakan rasa kesepiannya.
Hati Andrew seperti tertotok mendengar keluhan dari keponakannya itu. Tiba-tiba laki-laki muda itu merasa bersalah, dan langsung menarik Gwen kemudian menenggelamkan kepala gadis itu di dadanya.
"Hehh... makanlah dulu, kemudian ganti pakaian. Mandi dan istirahatlah, dan maafkan kata-kata Om jika sudah menyakitimu Gwen.. Om dan opa juga hanya berharap, kamu akan menjadi orang yang menjadi kebanggaan papa dan mamamu. Kita tidak akan tahu, bagaimana takdir dan kehendak Allah.. Gwen. Jangan pernah menyalahkan papa dan mama.." kata-kata Andrew berubah menjadi lembut.
Laki-laki itu kemudian merangkul Gwen, kemudian membawanya ke meja makan. Terlihat Bibi Surti tergopoh-gopoh mengikuti dua orang itu ke meja makan.
"Non Gwen.. mau makan apa malam ini..." Bibi Surti segera bertanya pada gadis itu.
"Buatkan sandwich saja Bi,.. tadi sore Gwen sudah makan bakso. Malam ini, Gwen ingin segera tidur saja. sudah mengantuk.." Gwen minta dibuatkan sandwich, dan Andrew dengan telaten menyiapkan air mineral di gelas, kemudian memberikannya pada keponakannya. Gwen segera mengambil gelas itu, kemudian langsung menghabiskannya secara langsung.
"Tunggu sebentar non... bibi akan segera membuatkan sandwich untuk non Gwen.." dengan sabarnya Bibi Surti segera membuatkan permintaan dari Gwen.
Melihat keponakannya yang terlihat capai, Andrew tidak sampai hati untuk menyampaikan apa yang tadi dipesankan oleh papanya. Laki-laki itu mau menunggu sampai Gwen sudah kembali dalam mood nya.
************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 300 Episodes
Comments
StAr 1086
next
2023-06-16
0