Aku Akan Menikahimu Bos
Setitik bening itu pun terjatuh. Ia terduduk lemas. Semangat yang tadi menggebu karena waktu sudah menunjukkan pukul empat sore yang artinya waktunya pulang kerja, dengan bahagia Risa membereskan meja kerjanya, hari ini pun tidak ada lembur jadi dia bisa pulang ke apartemen lebih cepat, ia sudah tidak sabar utuk nonton sinetron kesukaannya yang judulnya Rindu Karena Rindu.
"Assalamu'alaikum Ibu," sapanya saat ponselnya berdering, ia langsung mengangkatnya saat nama ibu muncul di layar ponselnya.
"Waalaikumsalam, Ris pulanglah! Ayah masuk rumah sakit, " sahut sang ibu.
Jeddar...
Membuatnya terkejut dengan kabar yang baru saja ia dengar. Hampir saja ponselnya terjatuh mendengar kabar sang ayah yang masuk rumah sakit. Padahal seminggu yang lalu ayahnya masih baik - baik saja saat ia pulang ke kota yogyakarta tempat tinggal keluarganya saat ini. Semenjak ayahnya pindah tugas, begitulah kalau pegawai negeri kerjanya pindah - pindah.
"Ayah kenapa Bu?" tanyanya dengan suara yang bergetar. Matanya sudah berkaca - kaca.
"Pulanglah dulu,"jawab ibunya.
"Ya Bu," sahutnya patuh, jawaban sang ibu membuat wanita yang berusia 25 tahun itu semakin cemas. Apakah ayahnya baik - baik saja atau kritis entahlah pikiran Risa kacau.
Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi kerjanya lalu menghela nafas panjang, sejenak ia menutup matanya, jatuhlah kristal bening dari kedua sudut matanya. Ia berusaha untuk mensugesti dirinya sendiri. Sesuatu yang ia lakukan setiap ada masalah.
Tenanglah, semua akan baik - baik saja, Ada Allah.
Ucapnya dalam hati sembari menepuk dadanya.
Lalu ia beranjak dari tempat duduknya, tak lupa ia mengambil tas dan ponselnya lalu ia pergi keluar dari perusahaan suami sahabatnya.
Risa bekerja di perusahaan Evan, suami sahabatnya Bella. Tentu saja ia memakai jalur dalam, bukannya tidak mampu untuk melamar pekerjaan seperti biasanya. Dia hanya malas saja dan kebetulan ada kesempatan di depan mata, sangat rugi jika harus dianggurin.
Ia melakukan kesepakatan dengan Evan dan sebagai hadiah Risa akan mendapatkan pekerjaan sesuai bidangnya, waktu itu hubungan mereka sedang tidak baik - baik saja, demi kebahagiaan sahabatnya ia bekerja sama dengan Evan, dan Alhamdulillah sekarang mereka sudah menikah dan hidup bahagia sambil menunggu kelahiran anak mereka.
Risa menghentikan taxi, ia belum mampu untuk membeli mobil, rencananya tahun depan ia akan membeli mobil setelah tabungannya cukup. Setelah taxi itu berhenti Risa langsung masuk, lalu mengatakan tujuannya. Ia akan pulang ke apartemen lebih dulu untuk mengemas beberapa barangnya.
Taxi pun berhenti di depan apartemen yang disewanya, ia turun setelah membayar ongkos taxi.
Risa masuk ke dalam lift yang masih terbuka dengan terburu - buru. Setelah membersihkan diri, sholat dan mengemas barangnya. Ia segera keluar dari apartemen.
Setelah menempuh perjalanan berjam - jam menggunakan bus, barulah ia sampai di kota Yogyakarta. Ia langsung menuju ke rumahnya setelah mendapat pesan dari ibunya untuk istrirahat dulu karena ia sampai hampir tengah malam, baru besok pagi ia akan kerumah sakit untuk menjenguk ayahnya.
Sebenarnya Risa ingin segera ke rumah sakit tapi ibu melarangnya karena ayahnya sudah lebih baik. Ia masuk ke dalam rumah sederhana satu lantai dengan tiga kamar di dalamnya, rumah itu terlihat sepi mungkin adiknya sudah tidur karena ini memang sudah larut malam. Ia membawa duplikat kunci rumah yang ibunya berikan.
Ia menutup kembali pintu depan, tanpa menghidupkan saklar lampu ia berjalan menuju kamarnya.
Ceklek
Risa membuka pintu kamarnya lalu menutupnya kembali. Meletakkan kopernya begitu saja lalu ia merebahkan tubuhnya asal di atas ranjang yang berukuran 140*200.
Ia menatap langit - langit kamar. Terbayang ayahnya yang masih sehat seminggu yang lalu.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada ayah, mengapa aku merasa ada yang disembunyikan oleh ibu," gumam Risa lirih.
Lalu ia menutup matanya karena lelah ia cepat terlelap.
*
*
Keesokam paginya.
Setelah selesai bersiap, Wanita yang memiliki mata bulat dan bulu mata yang lentik itu keluar dari dalam kamar. Hidungnya tidak terlalu mancung, pas dengan bentuk bibirnya, rambutnya pendek sebahu, tubuhnya proporsional tidak kurus juga tidak gemuk tapi berisi, tingginya sekitar 165 cm. Sekali lihat wajahnya biasa saja tapi semakin dilihat kecantikannya semakin terpancar. Terlihat adiknya yang sudah berada di meja makan untuk sarapan. Risa melirik nasi bungkus yang dimakan adiknya.
"Kakak kapan pulang? Kenapa tidak membangunkanku? " tanya Damar sang adik saat melihat kakaknya keluar dari dalam kamar.
"Tadi malam, kau sudah mendengkur saat kakak datang, mana tega kakak membangunkanmu," jawab Risa sambil menyuapkan satu sendok nasi ke mulutnya, mereka terbiasa berbagi makanan.
"Kenapa kau hanya beli satu? "tanya Risa sambil menyuapkan lagi makanan ke mulutnya.
"Aku tidak tahu kakak datang, makanlah aku bisa makan lagi nanti di kampus," sahut Damar yang sudah beberapa kali menyuapkan nasi kemulutnya. Yang penting ada isinya dulu, ntar kalau laper ya tinggal beli lagi.
"Terima kasih, kakak belum makan dari semalam, " ucap Risa lalu memindahkan piring kehadapannya.
"Kakak akan kerumah sakit?" tanya Damar membuat Risa mengangguk karena mulutnya penuh dengan makanan.
"Aku akan mengantar kakak lebih dahulu, nanti pulang kuliah aku akan kerumah sakit."
Risa mengacungkan satu jempolnya tanda setuju.
Setelah selesai sarapan, mereka berangkat ke rumah sakit menggunakan sepeda motor matic milik sang adik. Damar langsung pergi setelah menurunkan kakaknya karena ia ada kuliah pagi.
Risa melangkah ke kamar VIP tempat ayahnya dirawat. Perlahan ia membuka pintu kamar itu. Terlihat ibunya sedang duduk di sofa sementara sang ayah masih terbaring lemah dia atas ranjang pasien.
Ibu Santi menatap sendu kadatangan anaknya. "Kau sudah datang? "tanya ibunya.
Risa mengangguk. "Bagaimana keadaan ayah, Bu? "
Ibu menghembuskan nafasnya pelan. "Ayahmu sudah lebih baik. Kata dokter ada masalah dengan jantungnya."
Risa mengernyitkan keningnya tak percaya, sang ayah tidak punya riwayat penyakit jantung.
"Apa yang terjadi?"
"Ayahmu pingsan saat menerima telepon, ibu langsung membawa ayahmu ke rumah sakit, ibu sangat panik," jelas ibu sedih.
"Bagaimana bisa ada masalah dengan jantung ayah, bukankah selama ini ayah tidak punya penyakit jantung, Bu? " tanya Risa karena yang ia tahu ayahnya tidak pernah punya masalah dengan jantung.
"Mungkin ayahmu terkejut dengan masalah yang dihadapinya," jawab Ibu lirih, terlihat kesedihan dimata sang ibu saat mengucapkannya.
Risa memicingkan kedua matanya. "Masalah?" tanyanya.
Lalu ibu menceritakan apa yang terjadi.
*
*
Risa duduk termenung di taman rumah sakit. Ia masih terkejut dengan kabar yang ia terima. Ayahnya ingin berbisnis karena sebentar lagi akan pensiun. Dan uang yang digunakan ayahnya adalah hasil pinjaman dan juga uang teman - temannya. Mereka patungan untuk memulai bisnis yang katanya menjanjikan. Dan parahnya lagi ayahnyalah yang menjadi penanggung jawab.
Setelah teman - teman ayahnya tahu, mereka menagihnya pada sang ayah. Mereka tidak mau rugi dan dalam beberapa hari ayahnya harus mengembalikan uang itu.
"500 juta, itu tidak sedikit, dari mana aku bisa mendapatkannya dalam beberapa hari," gumam Risa lirih, saat ini ia merasa terpuruk seperti beberapa tahun yang lalu, saat ia pun ditipu oleh seseorang atas nama cinta.
************************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Gadih Hazar
Assalamualaikum kak, salam kenal.. katanya kalau PNS pindah2 gitu ya kak, tp aku keluarga PNS ingin pindah malah sulit, tapi kalau pegawai PLN setahu aku sih iya sering di pindah tugas gitu, hehehe itu berarti ayahnya kena tipu bisnis bodong berarti ya kak, memang banyak skrg terjadi.. Semangat kakak, jika berkenan mampir dikisah ku ya kak, aku berharap ada kritik saran juga di kisahku biar aku tahu kisahku layak utk dipublikasikan atau nggaknya nih... hehehe Semangat ya kak author semoga sukses..
2023-02-04
1