"Bagaimana, Nak? Apa benda ini bisa?" Ketua Matsuyama bertanya kepadaku dengan menunjukkan benda yang ternyata adalah kembang api. Lalu aku membalas dengan beberapa kali anggukan, pertanda bahwa kembang api sangat bisa digunakan untuk mengusir para anjing itu. Anjing itu sangat phobia dengan kembang api, apalagi kalau diarahkan kepada mereka, alhasil mereka akan lari terbirit-birit.
"Sangat-sangat bisa Ketua!" ucapku dengan penuh semangat.
"Kalau begitu, Ketua ... Aku ingin bertanya satu hal. Berapa banyak jumlah tembakan pada kembang api ini?" tanyaku kepada Ketua Matsuyama, ini aku lakukan demi keamanan dalam penggunaan, ya kali mau jadi senjata makan tuan.
"Kembang api itu berisi sepuluh tembakan, aku jamin kualitasnya bagus banget deh," ucap Ketua Matsuyama sambil tersenyum kepadaku. Pikirku, ini orang mau promo atau apa, sampe bilang kualitasnya bagus segala. Bagiku yang penting bisa digunakan, gak perlu kualitas yang bagus juga gak apa.
Ketua Matsuyama menyerahkan kembang api itu kepadaku, aku mulai bersiap untuk menyalakannya. Semua mata tertuju kepadaku, bahkan ada yang sempat berbisik tentang betapa anehnya diriku dari belakang, mereka pikir aku tidak mendengarkan atau apa. Yah ... diriku juga sudah biasa diginiin sih, jadi aku biasa-biasa aja.
Aku kembali fokus untuk menyalakan kembang api. Pertama, aku menndekatkan kembang api itu dengan obor yang ada di benteng, lalu mengarahkan sumbunya ke obor, dan sumbu dari kembang api pun terbakar, lalu aku bersiap mengarahkan kembang api kepada kawanan anjing tadi.
"Bersiaplah anjing bodoh ..." gumamku. Saat sumbu kembang api habis terbakar, kembang api pun akan mulai mengeluarkan tembakan pertamanya. Dan akhirnya menembak!!
SHUUUT
BOOOOOOOM!
PRAAK
Saat kembang api mengeluarkan suaranya, para anjing-anjing itu langsung lari dan pergi menjauh. Hingga akhirnya kembang api telah menembakkan sepuluh kali isinya, dan tidak ada lagi tanda-tanda dari satu ekor pun anjing yang berada disini. Aku pun lega, sempat aku berpikir rencana ini tidak akan berhasil karena setengah anjing dan setengah serigala itu sudah hidup di alam liar. Tapi ternyata sifat anjingnya masih tidak bisa hilang. Syukurlah rencana ini berhasil.
Semua orang tercengang sambil menatap kepadaku. Ketidakpercayaan terlihat dari wajah mereka dengan apa yang barusan yang aku lakukan. Wajar saja sih kembang api yang menurut mereka untuk hiburan di perayaan tahun baru, malah aku gunakan untuk mengusir anjing. Setelah begitu lama tercengang, semua orang lalu menyanjung-nyanjung diriku, bagi mereka apa yang aku lakukan adalah suatu yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. Ketua Matsuyama lalu berkata untuk memujiku serta menjabat tanganku.
"Sangat hebat, Nak. Aku sampai gak bisa percaya ... kalau kamu tidak ada kegiatan dan punya waktu luang mampirlah ketempat pelatihanku, nanti aku ajarin cara menggunakan berbagai senjata sesuai minat kamu. Bagaimana? Kamu mau, Nak?"
Tiba-tiba Ketua Matsuyama menawariku sebuah tawaran yang sangat aku butuhkan. Bagaimana tidak, aku sangat perlu pelatihan agar aku bisa menghadapi masalah yang akan menimpaku kelak terutama untuk menghadapi bencana yang harus aku hentikan. Mungkin aku bisa pulang setelah aku menghentikan bencana ini. Walaupun aku gak mau pulang sih, soalnya hidup disini sudah membuatku bahagia.
"Dan juga ...." Ketua Matsuyama mengambil sesuatu dari pinggangnya.
"Ini, Nak. Ambilah pedang ini untuk membela diri jika terjadi sesuatu," ucap Ketua Matsuyama dan memberikan pedangnya kepadaku.
"Terima kasih Ketua, ini sangat aku perlukan." Aku berterima kasih atas pemberian dari Ketua. Pedang ini merupakan sebuah katana dengan panjang satu meter. Tapi aku tidak tahu cara menggunakan pedang, untungnya aku ditawari untuk ke pelatihan.
"Kalau begitu, kamu pulanglah, Nak. Masalah di sini juga sudah selesai."
Aku pulang meninggalkan benteng, tapi tidak dengan Kakek Sasaki. Dia bilang masih mau mengamati keadaan bersama yang lainnya. Kakek Sasaki juga berpesan untuk menjaga Aya dengan baik kepada diriku. Hal itu tentu saja dengan senang hati aku lakukan.
****
Keesokan harinya, saat pagi-pagi sekali aku pergi ke tempat pelatihan. Aya pun juga belum bangun dari tidurnya. Entah terlalu bersemangat atau apa, aku malah pergi terlalu pagi. Tidak ada seorangpun di tempat ini.
"Yah, aku tunggu aja deh," batinku dan duduk di sebuah kursi yang ada di sini. Sangat lama aku menunggu masih tidak ada orang yang datang. Aku pun berniat untuk mencoba pedang yang diberikan oleh Ketua Matsuyama. Aku mengeluarkan pedang dari sarungnya, kemudian memegangnya dengan kedua tangan. Pandanganku mengarah ke depan berusaha untuk berkonsentrasi. melihat sebuah kayu yang tertancap, lalu aku ayunkan pedangku untuk mengenai kayu itu.
WUS! TAAK!
Dengan kekuatan yang besar pedangku menghantam kayu itu. namun saat pertemuan antara pedangku dan kayu, tubuhku langsung bergetar kayak tersengat listrik dan spontan pedangku lepas dari tanganku. Aku pun meringis kesakitan,
"Uughhh," ringisku dan terduduk ke tanah. Aku gak percaya ternyata semangatku malah membuatku menjadi kesakitan. Terlalu bersemangat dan tidak mempertimbangkan akibatnya. Lalu datang seseorang menyapa diriku yang masih terduduk.
"Wah semangat sekali kamu, Nak. Pagi-pagi begini telah latihan." Ia penasaran kepada diriku yang terduduk, lalu berkata.
"Kamu kenapa duduk di tanah, Nak. Perlu bantuan?"
"Ti-tidak perlu, Ketua. Cuma hal kecil." Aku memperlihatkan wajah yang seolah tidak terjadi apa-apa yang sebenarnya sangat apa-apa, tanganku sangat sakit.
"Baiklah sekarang aku akan melatihmu menggunakan pedang," ucap Ketua Matsuyama dan spontan diriku berdiri dan kembali bersemangat.
"Siap!"
"Semangat yang bagus, baiklah pertama kita belajar teknik tebasan dasar. Pandangan lurus ke depan, konsentrasi, pegang katana milikmu dengan dua tangan, lalu pusatkan tenaga pada kedua tanganmu. Kemudian ayunkan!"
"Hyaa!"
"Bagus, cobalah untuk melakukannya beberapa kali, kalau bisa sesering mungkin. Ok itu aja untuk hari ini, sekarang lanjutkan berlatih teknik dasar itu." Ketua Matsuyama langsung pergi untuk menuju benteng. Aku lalu melanjutkan kembali latihan teknik dasar.
"Hyaa!"
Dari pagi hari hingga malam mulai menjelang, aku belum melepaskan pedangku. Keringat terus bercucuran dari tubuhku, dan aku pun kelelahan.
"Fiuh," ucapku dan terbaring di tanah sebentar. Sekitar beberapa menit aku mulai bangkit dan pulang ke rumah. Saat tiba, aku langsung ke pemandian air panas. Dan seperti biasa juga Aya selalu menyiapkan pakaianku serta menyiapkan makan malam untukku.
Namun malam ini setelah makan, Kakek Sasaki ingin berbicara denganku empat mata. Aku bertanya-tanya ada apa ini? Aku pun segera untuk menemuinya. Saat melihat diriku Kakek Sasaki mempersilahkan aku untuk duduk dan memberikan segelas teh. Dia tersenyum-senyum kayak kesambet setan. Aku yang penasaran langsung bertanya kenapa dia ingin menemuiku.
"Ka-kakek, sebenarnya mengapa memanggil aku kesini." (Lalu menyeruput teh)
"Mengapa? Ya tentu saja tentang rencana pernikahanmu dengan putriku."
"Burrrss!" Karena kagetnya diriku, teh yang aku minum langsung tersembur keluar.
"Yang benar saja, kek."
"Hehe bercanda, sebenarnya Kakek ingin melakukan ekspedisi mengenai hewan buas yang menyerang semalam bersama dengan Ketua Matsuyama serta beberapa prajuritnya untuk keluar. Dan kakek ingin mengajakmu, karena kakek tahu kamu yang paling mengenal hewan itu."
BERSAMBUNG ...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments