Part 4

Sehabis makan, Aya dan diriku terus berbicara, yah aku juga ingin mengenal Aya lebih dalam, tidak tahu apa Aya juga berpikir demikian. Sangat lama kami berbicara dan bercanda riang, kami memutuskan untuk segera tertidur. Aya menjauhkan futonku dari futonnya, walaupun aku juga gak masalah sih. Justru tindakan yang ia lakukan ini sangat bagus untuk kami yang tidak memiliki ikatan. Aya kemudian meyelimuti tubuhnya dengan selimut. Dan sepertinya dia sudah tertidur. Akupun juga akan segera tidur, tapi sebelum itu aku ingin mengucapkan selamat tidur kepada Aya.

"Selamat tidur, Aya-san," ucapku dengan pelan, lalu segera merebahkan tubuhku di futon dan menutupi tubuhku dengan selimut. Tapi tiba-tiba,

"Selamat tidur juga, Ensuna-kun ..." Aya mengucapkan selamat tidur kepadaku, padahal aku kira ia sudah tertidur, apakah tadi dia mendengar perkataanku? Itulah pertanyaan yang muncul dari benakku. Dan seketika itu juga wajahku langsung memerah, dan spontan menutupinya dengan selimut.

Kami akhirnya tertidur, dan hari juga sudah semakin larut, aku juga tidak tau ini sudah jam berapa soalnya tidak ada jam di tempat ini. Tiba-tiba ada suara orang berisik di ruang tamu dari rumah ini, yang membuatku terbangun dari tidurku tapi tidak dengan Aya yang tertidur cukup pulas. Yang aku dengar suara itu tidak lain adalah suara dari Kakek Sasaki yang sepertinya tengah panik, ditambah dengan suara orang lain yang lebih panik dari Kakek Sasaki, seperti habis melihat hantu saja. Akupun segera keluar kamar kemudian melihat serta menguping pembicaraan mereka.

"Kepala Sasaki ...." Orang itu memanggil Kakek Sasaki. Dan Kakek Sasaki pun merespon.

"Ada apa Ketua Matsuyama?!" Kakek Sasaki heran dengan tingkah Ketua Matsuyama yang seperti dikejar hantu itu.

"Di-diluar ... A-ada segerombolan hewan buas!" ucapnya yang panik, tapi Kakek Sasaki cuma menanggapinya dengan santai.

"Cuma hewan buas ... kenapa Ketua Matsuyama sangat panik? bukankah kamu dan pasukan-pasukanmu bisa membasmi hewan buas itu, tinggal bidik dengan panah selesai bukan?" ucap Kakek Sasaki, dan Ketua Matsuyama kembali berbicara dengan panik.

"Sudah kami coba! Tapi hewan buas itu terus berdatangan, tidak tau darimana asal mereka!" Ketua Matsuyama semakin panik. Aku yang mendengar itu juga ikut panik dan ketakutan sekaligus bertanya-tanya, hewan apa yang menyerang desa ini? Apa ini bencana yang dimaksud? Memikirkannya saja membuatku merinding. Belum lagi fakta bahwa aku yang harus menghentikan bencana ini ... sangat membuat diriku terbebani.

Kakek Sasaki yang mendengar penjelasan dari Ketua Matsuyama, mulai sedikit merasa panik, namun hal itu tidak ia tunjukkan. Kakek Sasaki meminta kepada Ketua Matsuyama untuk mengantarnya ke benteng, dan dengan senang hati Ketua Matsuyama ingin mengantarnya.

Aku yang juga penasaran, membututi mereka dari belakang, untungnya mereka berdua tidak menyadarinya. Sekitar 7 menit kami akhirnya tiba di benteng, Kakek Sasaki naik ke benteng untuk melihat keadaan di luar. Sayangnya aku tidak bisa melihat ke luar, jika aku ingin lihat, yang ada malah ketahuan. Tapi rasa penasaran sekaligus ketakutan terus menyelimuti diriku, aku kemudian memberanikan diri untuk menghampiri Kakek Sasaki dan menyapanya, walau tau dengan resikonya.

"Kakek!" sapaku kepada Kakek Sasaki. Melihat diriku Kakek Sasaki bingung dan kemudian bertanya kepadaku.

"Nak Hajime? Kenapa bisa ada disini?" tanya Kakek Sasaki. Akupun menjawab kebenaran bahwa aku mengikuti mereka. Dengan gagap aku menjawab.

"E-eto ... begini Kakek Sasaki. Sebenarnya aku tadi mendengar sedikit pembicaraan Kakek dan Ketua Matsuyama, kalau aku gak salah dengar bahwa ada segerombolan hewan buas di depan, apakah itu benar kek?" jelas dan tanyaku. Kakek Sasaki agak sedikit ragu untuk menjawab, tapi berhubung karena aku yang bertanya entah kenapa pasti dia jawab.

"Iya, Nak ... memang ada hewan buas di depan desa ini."

"Apa aku boleh melihatnya, Kek?" Tanyaku, dan dengan mudahnya Kakek Sasaki mengizinkan dan menerima keinginanku.

"Tentu saja boleh. Ayo kesini, Nak."

Aku pun naik tangga di benteng, lalu melihat ke luar pagar yang setinggi kurang lebih tiga meter. Dan betapa kagetnya diriku melihat segerombolan hewan buas yang ternyata adalah wolf dog. Wolf dog adalah hewan persilangan antara serigala dan anjing. Jenis anjing yang satu ini tidak bisa dianggap sepele karena jika sudah berada di alam liar maka naluri serigalanya akan menjadi. Walaupun aku gak sekolah tapi aku punya sedikit pengetahuan terutama tentang anjing. Yang aku pikirkan adalah siapa yang memelihara anjing-anjing ini sampai menjadi banyak begini. Pasti ada orang yang merencanakan ini semua. Kalau memang begitu mungkin orang ini lah yang membuatku terlibat dalam masalah di dunia ini.

Karena begitu serius melihat anjing ini, Kakek Sasaki sampai heran dengan keseriusanku. Dia berpikir aku mungkin mengetahui sedikit tentang hewan buas ini. Kakek Sasaki  pun bertanya,

"Nak, apa kamu tahu tentang hewan ini? Kalau kamu tahu sesuatu, katakan ke Kakek."

Aku juga tidak mau pelit dengan ilmuku yang sedikit ini. Selama itu bisa berguna bagi orang lain, maka aku dengan senang hati memberitahukan kepada Kakek Sasaki dan semua yang berada di sini.

"Begini, Kek ... di tempat aku berada, hewan ini dinamakan wolf dog. hewan ini bisa dijinakkan tapi kalau sudah buas begini kayaknya enggak bisa, yang ada kita akan diserang mereka," jelasku semua orang disini sangat serius mendengar penjelasanku. Kemudian Ketua Matsuyama juga ikut melontarkan pertanyaan kepadaku.

"Nak, apa kamu tahu cara mengusir makhluk buas ini?"

Mendengar pertanyaan itu membuat diriku memikirkan suatu cara, dan hasilnya aku menemukan satu cara yaitu melempar peledak kepada anjing-anjing ini. Tapi aku juga kurang tahu apakah di tempat ini ada bahan peledak. Aku harap ada, lalu aku bertanya kepada Ketua Matsuyama.

"Ketua Matsuyama, apa disini ada bahan peledak?" Ketua Matsuyama mengerutkan dahinya yang menandakan dia tidak mengetahui apa itu bahan peledak. Yah aku sudah mengira semua ini sih.

"Bahan peledak itu apa? Bisa kamu jelaskan," pinta Ketua Matsuyama kepadaku.

"Bahan peledak adalah suatu benda yang bisa membuat percikan api yang besar serta suara yang sangat nyaring," jelasku, aku disini udah kayak orang yang paling tahu aja, padahal aku enggak sekolah.

"Kalau soal membuat suara yang nyaring, kami punya suatu benda seperti itu," ucap ketua Masuyama, lalu dia menyuruh salah satu prajuritnya untuk mengambil benda itu. Selang beberapa waktu prajuritnya akhirnya tiba membawa benda ditangannya. Dia memberikan benda itu kepada Ketua Matsuyama. Lalu Ketua Matsuyama mengenalkan benda itu kepadaku.

"Benda ini disebut kembang api, kami biasanya menggunakannya untuk perayaan tahun baru dan perayaan lainnya."

Penjelasan Ketua Matsuyama membuat diriku kaget, bagaimana bisa di tempat ini ada kembang api. Benda ini jelas-jelas akan membuat para anjing-anjing itu kabur. Aku sampai gak habis pikir dengan dunia yang serba aneh ini. Sebenarnya dimana tempat aku berada sekarang, apakah aku akan tertimpa banyak masalah? Aku sendiri juga tidak mengetahuinya.

BERSAMBUNG .......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!