Setelah mendapatkan kebahagian yang belum pernah aku rasakan, Kakek Sasaki mengajakku untuk ke rumahnya lagi, seperti yang sudah dia lakukan sebelumnya.
"Nak. Ayo, langsung ke rumah Kakek," ajak si Kakek.
Aku menganggukkan kepala pertanda setuju dengan ajakannya. Kakek Sasaki menuntunku ke rumahnya. Berjalan ke arah utara desa sekitar 100 meter dari tempat tadi dan tepat di sebelah kanan. Disitulah rumah Kakek Sasaki berada. Rumah yang sangat megah dengan desain jepang tradisional dan sangat luas. Kakek Sasaki mengucapkan kata 'aku pulang.' Lalu ada seorang gadis lumayan cantik dengan rambut hitam panjang yang diikat ke belakang berlari ke arah kami dan berkata 'selamat pulang, Ayah,' ucap Gadis itu. Ternyata dia adalah anak dari Si Kakek ini. Lalu gadis itu beralih memandangku. Rasa penasaran mungkin menghantuinya dan bertanya-tanya siapa sebenarnya aku?
"Ayah? Ini siapa?" tanya Si Gadis. Kakek Sasaki tersenyum dan segera menjawab dengan semua yang ada di pikirannya.
"Oh ini. Ini adalah orang baru. Ternyata ramalan itu benar adanya." Kembali Kakek Sasaki membicarakan soal ramalan. Apakah aku sangat ditunggu di dunia ini? Tapi kehadiranku hanya akan mendatangkan bencana.
"Orang yang diramalkan? Dia?" Gadis itu mulai memandangkangku lagi, namun sangat dekat. Tubuhku panas dingin disertai gemetar. Bagaimana tidak, dipandangi dengan gadis yang cantik tentunya aku akan gemetar, sebab ini pertama kalinya bagiku.
"A-ada apa?" tanyaku dengan gugup. Lalu gadis itu berhenti memandangku. Dan mulai berbicara,
"Tidak mungkin banget dia orang yang diramalkan," ucap gadis itu. "Bagaimana mungkin orang yang kumuh, bajunya kotor, terus sangat bau ini adalah orang yang diramalkan."
"Eek!" Aku serasa ditusuk beberapa kali. Tapi emang benar, orang seperti diriku ini tidaklah pantas untuk menjadi orang yang ditunggu. Tidak ada sedikitpun yang salah dari ucapan gadis itu.
"Nak, kamu jangan bilang begitu. Sopan sedikit sama orang baru," ucap Kakek, dan gadis itu membalutkan dua tangannya di bawah dada serta wajahnya dipalingkan ke sebelah kiri dengan mata tertutup lalu. 'Huh.' pendek kata yang keluar, jelas sekali Gadis itu sangat membenciku.
"Oh iya, Nak orang baru. Sebelumnya Kakek belum tau siapa nama kamu. Boleh kakek tau siapa namamu, Nak?" Kakek bertanya kepadaku mengenai nama.
"Namaku seharusnya adalah ini, tapi ini atau itu ya? Ya sudahlah aku jawab aja keduanya."
"Namaku adalah Hajime Ensunawari, salam kenal Ka ... kek Sa–saki?" Jawab dan bingungku. Bingung karena aku belum mengetahui dengan jelas nama Kakek ini. Tapi untungnya kakek mengetahui kebingungan dariku dan dengan senang hati memperkenalkan dirinya lagi.
"Nama kakek Mirai Sasaki. Sangat senang bisa berkenalan denganmu, Nak."
Ternyata nama Kakek adalah Sasaki dan marganya adalah Mirai. Namun, pandangan yang tidak menyenangkan terus menghantuiku. Pandangan dari gadis tadi yang sangat tidak senang denganku. Menyadari hal itu Kakek Sasaki menyuruh anaknya untuk berkenalan denganku juga.
"Aku adalah Sasaki Aya, senang berkenalan denganmu Ensuna-kun." Dia mengacungkan tangannya kepadaku, aku pun membalas dan menjabat tangannya. Tangannya sangat lembut dan halus serta sangat putih. Seumur hidupku aku tidak pernah berjabatan dengan cewek begini.
"Jangan lama-lama." Gadis itu langsung melepas jabat tangannya. Yah aku juga hampir terlena tadi. Jadi, menurutku itu merupakan tindakan yang benar.
"Karena kalian berdua sudah saling kenal. Mulai hari ini kalian berdua akan tidur sekamar," ucap Kakek Sasaki dengan mudahnya plus santai.
"Apa!" Kami berdua kaget secara bersamaan. Tentu saja, kami saja baru kenal beberapa menit yang lalu. Dan sudah disuruh tidur berdua. Aya yang paling menentang hal ini.
"Kenapa begitu ayah? Aku tidak mau tidur satu kamar dengan dia. Aku menolak!" Aya sangat marah dan sangat menentang, diriku cuma bisa diam.
"Tapi Aya, rumah ini kamarnya sudah penuh. Satu-satunya pilihannya hanyalah kalian tidur berdua, dan juga kamu pernah bilang begini Aya," jelas Kakek Sasaki.
"Bilang apa?" Aya bertanya-tanya.
Flash back
"Ayah-ayah. Saat aku sudah besar nanti aku ingin menikah dengan orang yang diramalkan. Tidur bersama dia dan mempunyai anak," ucap Aya saat berumur 7 tahun.
"Baiklah, nak." Kakek Sasaki menyetujui.
Flash back End
"Ingat, kan. Ayah cuma ingin membuat mimpi anak ayah jadi kenyataan, apa ayah salah," ucap Kakek Sasaki dengan muka melas.
"Iya sih, tapi itu kan waktu Aya masih kecil. Sekarang Aya sudah besar. Kalau tidur sama cowok itu se-sedikit ...." Aya tertunduk. Diriku bertanya apa kelanjutan kata-katanya? Dan apa dia malu?
"Tidak ada tapi-tapian. Sekarang orang yang sudah kamu impikan sudah ada. Jangan sia-siakan kesempatan ini, Anakku. Hehe." Kakek Sasaki pun masuk ke dalam terlebih dahulu meninggalkan kami berdua. Sangat canggung tidak ada siapapun yang ingin memulai bicara terlebih dahulu. Karena aku adalah cowok disini maka aku harus berani dan mulai bicara.
"E-eto ... Aya-san. Dimana kamar kita? Bisakah kamu menunjukkannya." Tatapannya langsung menuju ke arahku. Namun segera ia redakan, aku pun lega. Aya langsung menuntunku ke kamar. Berada di paling kiri pojokan dari rumah ini. Kamar yang lumayan besar dan juga tenang disertai dengan suara kincir air bambu di kolam sebelah kamar. Sangat-sangat tenang.
"Kalau begitu aku pergi dulu," ucap Aya.
"Kamu mau kemana?" Tanyaku.
"Banyak yang harus aku urus dirumah ini. Nanti aku akan kesini lagi. Dan jika kamu ingin mandi, pemandian air panas ada disini. Tinggal jalan lurus dari sini ke arah belakang. Masalah pakaian akan aku siapkan sekarang, jadi kamu tinggal pakai kalau udah selesai mandi," jelas Aya. Gadis yang sangat anggun. Aku terpana melihatnya. Lalu aku mengangguk kepadanya, dan ia pun pergi.
"Nampaknya, aku memang harus mandi. Badanku sangat bau, maklum gak pernah mandi saat di dunia sana. Habis mulung lagi," batinku
Aku berjalan lurus untuk ke pemandian air panas seperti yang dibilang Aya. Sekitar 2 menit aku sudah sampai di pemandian, dan segera mengistirahatkan diriku. Airnya sangat pas dan membuat badanku jadi segar kembali. Sangat lama aku di pemandian sampai sampai aku tertidur. Dan tidak terasa haripun sudah sore dan menjelang malam.
"Ensuna-kun ... Ensuna-kun!" Seseorang membangunkanku. Aku membuka mata dan ternyata dia adalah Aya. "Cepat keluar dari pemandian. Sekarang giliranku buat mandi," ucap Aya.
"Eh iya," jawabku dan langsung keluar dari pemandian. Mengambil baju yang sudah disiapkan Aya. "Kimono?" Ternyata baju yang disiapkan Aya adalah Kimono. Langsung aku kenakan dan segera menuju ke kamar. Aku merebahkan diriku di futon yang sudah disiapkan.
"Disini sangat nyaman. Aku bersyukur bisa berada di dunia ini," batinku. Sangat lama aku rebahan di kasur. Hingga,
KRIEET!
Suara pintu digeser. Ternyata Aya sudah selesai mandi. Dan juga dia membawa makanan ditangannya dan memberikannya kepadaku.
"Makanlah." Dia menyuruhku makan. Aku pun makan, dan makanan ini sangat enak. Aku akhirnya bisa makan enak seperti di restoran. Sekitar 10 menit aku makan. Dan Aya cuma duduk diam dan tidak bicara apa-apa.
"A–aya-san, boleh aku tanya sesuatu?" Pintaku dan Aya pun mengangguk. "Sekarang berapa umurmu?"
"Unurku 17 tahun, kalau Ensuna-kun?" Ia menanyaiku balik. Aku pun dengan senang hati nenjawab.
"Aku 20 tahun," jawabku.
Seketika itu raut wajah Aya berubah. Dari dingin menjadi riang dan tertawa terbahak-bahak.
"Fuf-fuhahaha! Ternyata Ensuna-kun sudah tua, haha." Aya menertawaiku. Aku senang dia bisa tertawa saat bersamaku. Dan dia juga tersenyum, sangat indah itulah kata yang pas untuknya.
BERSAMBUNG............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments