Di sebuah rumah yang besar dengan dekorasi Eropa klasik. Tampak pilar-pilar menjulang tinggi. Rumah itu terlihat begitu megah.
Kakek Rayhan melangkah masuk ke dalam rumah itu, tapi belum dia sampai pada ruangan yang akan dituju, langkahnya terhenti karena ada bocah kecil laki-laki yang memeluk kakinya.
"Kakek buyut, daddyku kapan pulang?"
Wajah pria tua itu tampak tersenyum, dia tidak mau menunjukkan kesedihannya pada bocah kecil yang wajahnya terlihat bahagia karena mendengar daddynya akan segera pulang dari tugasnya di luar negeri.
"Daddy kamu akan secepatnya pulang, Nio secepatnya akan bertemu dengan daddy. Nio mau sabar menunggu, kan?"
Kepala bocah itu menggeleng perlahan. Sang kakek buyut pun tersenyum melihat hal itu. "Aku tidak sabar ingin bertemu dengan kakek buyut, Kakek buyut. Kenapa daddy lama sekali di luar negeri? Apa daddy tidak rindu denganku?"
"Daddy sangat merindukan Nio, tapi daddy juga memiliki tugas penting di sana, jadi tidak bisa datang sekarang." Pria tua ini terpaksa harus berbohong pada cicitnya.
"Aku kesepian, Kakek Buyut. Di rumah aku tidak memiliki teman, sekolahku juga sedang libur."
Pria paruh baya yang masih saya terlihat gagah itu menggendong cicit satu-satunya yang dia miliki. "Kakek buyut yang akan menemani kamu main."
Kakek Rayhan membawa cucunya masuk ke ruang tengah dan di sana sudah ada beberapa maid yang sedang membereskan mainan yang berserakan hampir seisi ruangan itu.
"Jangan di bereskan, aku mau main dengan kakek buyut."
Sang kakek memberi perintah dengan isyarat jarinya agar para pelayan itu pergi dari sana. Dua orang berbeda generasi itu saling bercanda bermain bersama.
Paman Sam yang melihat kedua orang itu tampak menghapus air matanya. Dia sangat berharap agar ada keajaiban untuk kesehatan tuan mudanya yang selama ini dia kenal sangat baik.
Malam itu juga Denna tidur di rumah sakit, dia bahkan tidak mau jauh dari ruangan di mana Dimas sedang dirawat. Nara menyuruh Denna tidur di dalam kamarnya di mana dia tadi sempat dirawat karena pingsan, tapi Denna tidak mau dia mau tidur di depan kamar Dimas, walaupun dia harus tidur di bangku rumah sakit di sana.
"Biarkan saja dia, mungkin dengan begitu dia akn merasa lebih baik. Putriku itu sangat mencintai suaminya. Aku takut jika hal buruk benaran terjadi pada Dimas, lalu, bagaimana Denna akan menerima semua ini?" Jaden menatap sedih melihat putri semata wayangnya itu terlihat sedang tidak baik-baik saja.
"Jangan berkata seperti itu, Jaden, aku juga sangat takut membayangkan hal itu."
***
Keesokan harinya Denna terbangun karena dia mendengar langkah kaki tergesa-gesa beberapa orang berlarian masuk ke dalam ruangan Dimas. Denna segera bangun dan jantungnya pun berdetak tidak karuan saat ini.
Dia ingin sekali bertanya pada orang-orang di sana tentang apa yang sedang terjadi dengan suaminya, tapi para tim medis itu hanya melewatinya dengan wajah yang tampak gusar.
"Denna, ada apa? Kenapa kamu pucat seperti ini?" Nara yang baru datang menemui Denna tampak ikut cemas.
"Ma, aku tidak tau ada apa dengan Dimas. Para dokter dan perawat tadi aku lihat berlarian masuk ke dalam kamar Dimas."
"Kita tunggu saja sampai mereka nanti menjelaskan apa yang terjadi pada Dimas." Kedua wanita itu saling berpegang tangan untuk menguatkan satu sama lain.
Tidak lama dokter yang menangani Dimas keluar dengan wajah terlihat sedang memikirkan sesuatu. Denna yang dari tadi cemas menunggu kabar tentang apa yang terjadi pada suaminya segera menemui dokter itu.
"Dok, apa yang terjadi dengan suamiku?"
"Dimas mengalami kejang dan muntah. Denna, sepertinya operasi yang sudah kita lakukan pada Dimas tidak berpengaruh banyak dengan kesehatannya, tubuh Dimas pun sepertinya menolak obat yang sudah diberikan."
Seketika kaki Denna tampak lemas, dia yang hampir jatuh bisa ditahan oleh mamanya. Nara juga sangat kaget mendengar apa yang baru saja dokter itu katakan.
"Lalu, bagaimana sekarang, Dok?" tanya Nara.
"Hanya alat medis yang sekarang terpasang pada tubuhnya yang bisa membantu agar Dimas tetap bertahan."
Seketika tangis Denna kembali pecah. V yang adalah adik angkat Dimas, dia dia baru saja datang dari London, langsung memeluk Denna saat melihat keadaan Denna seperti itu.
"Denna, kamu harus kuat. Aku tau semua yang terjadi benar-benar seperti mimpi buruk, tapi kita harus tetap kuat." V mendekap Denna dengan erat.
"V, bangunkan aku dari mimpi buruk ini. Aku tidak mau terus bermimpi seperti ini."
"Aku juga berharap agar semua ini segera berakhir, aku ingin melihat kakakku tertawa lagi." Mereka di sana mencoba saling menguatkan satu sama lainnya.
Siang itu Denna meminta untuk masuk ke dalam ruangan Dimas. Dia ingin menghabiskan waktu dengan suaminya itu dan berharap Dimas akan membuka kedua matanya untuk mengatakan sesuatu pada Denna.
"Denna, bisa kamu keluar sebentar karena ada hal penting yang ingin dokter bicarakan sama kamu," Nara memanggil putrinya yang hampir dua jam berada di ruang suaminya.
Denna keluar bersama dengan mamanya dan mereka menuju ruangan dokter yang menangani Dimas. Di sana Denna tampak bingung dengan adanya dua orang kakek tua yang tidak dia kenal sebelumnya. Salah satu penampilan kakek itu terlihat sangat elegant yang memperlihatkan jika beliau bukan orang biasa.
"Ma, siapa mereka?"
Kakek Rayhan berdiri dari tempatnya dan mengajak Denna berjabat tangan. "Perkenalkan namaku Rayhan Danu Atmaja." Denna menyambut jabatan tangan dari kakek Rayhan dan dia juga memperkenalkan dirinya. "Aku ke sini karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kamu, Nak Denna."
"Hal penting apa ya, Kek? Dan juga saya sebelumnya belum pernah bertemu bahkan berkenalan dengan kakek." Denna tampak bingung.
"Kamu tidak mengenalku, tapi aku dan cucuku mengenal Dimas dengan sangat baik."
"Dimas? Kalian keluarganya Dimas?" Setahu Denna dan keluarganya Dimas sudah tidak memiliki keluarga. Dulu dia tinggal dengan keluarga yang merawatnya, setelah Jaden menolongnya.
"Cucuku dulu saat Dimas masih tinggal dengan keluarga kandungnya, mereka adalah sahabat baik, bahkan Dimas tau jika cucuku menderita jantung bawaan. Dimas pria kecil yang sangat baik dan menjaga sahabatnya yang tak lain adalah cucuku. Sampai akhirnya aku membawa cucuku pindah keluar negeri untuk menjalani pengobatan."
"Lalu, apa maksud kakek datang ke sini?"
"Denna, aku ke sini untuk menagih janji atas ucapan yang dulu Dimas kecil pernah katakan pada cucuku-- sahabatnya. Aku tau, walaupun itu hanya ucapan anak kecil, tapi bagiku itu sebuah harapan yang memang Tuhan tunjukkan untuk cucuku."
"Maksud kakek apa?"
"Denna, aku mengetahui keadaan Dimas akibat kecelakaan pesawat yang ditumpanginya. Denna, Dimas pernah mengatakan ingin memberikan jantungnya pada cucuku suatu hari nanti."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments