Burung Magpie

Happy Reading 🌹🌹

"Permisi, boleh saya tahu di nomor berapa tamu dua pria yang datang bersamaan dengan kami?" Tanya Yona kepada resepsionis hotel.

"Maaf nona, kami tidak bisa memberitahukan informasi tamu." Jawab sang resepsionis dengan sopan.

"Tolong ini sangat penting, bisa hubungi saja nomornya. Katakan kepadanya jika kopernya tertukar." Kata Yona dengan wajah memelas.

Sang resepsionis saking menatap, tampak dari kedua wajah itu ragu-ragu.

"Bisa anda sebutkan nama anda, akan coba kami hubungi." Akhirnya salah satu resepsionis bersedia menghubungi kamar presiden suit.

"Yona, yang tertukar koper dengannya di bandara siang ini." Ucapnya dengan cepat.

"Baik, harap tunggu sebentar."

Resepsionis hotel segera menekan nomor yang terhubung di kamar Bara, dua kali panggilan tidak di angkat.

"Maaf nona kami sudah mencoba, tampaknya tamu sedang beristirahat." Ucap resepsionis jujur.

Yona tampak khawatir hingga membuat Stevani maju, tangan kanan Stevani menggeser Yona agar menyingkir.

Dengan wajah garang dan satu tangan kanan yang yang berada di atas meja resepsionis dengan tangan mengepal.

"Beri tahu aku nomor kamarnya, karena dia membawa koper yang berisi barang pribadi milikku." Kata Stevani dengan menatao tajam kedua resepsionis di depannya.

"Maaf nona, kami tetap tidak bisa." Jawab resepsionis dengan tegas.

Melihat Stevani yang akan bertindak bar-bar segera Yona memegang lengan kirinya dan menjauhkan Stevani dari meja resepsionis.

"Apa yang kamu lakukan, kita harus segera menukarnya." Seru Stevani yang melepaskan tangan Yona.

"Ssttt ... tenang Stev, kita berada di negara orang. Tahan sikapmu itu." Cecar Yona dengan pandangan yang menyapu segala arah hotel.

Stevani hanya berdecak kesal, sejak menjadi selebgram terkenal dia sudah tidak bisa bersikap seenaknya di publik karena harus menjaga imagenya.

Di sisi lain, pria yang tengah menjadi sumber keributan baru saja masuk ke dalam lift menuju lantai satu.

"Apa kamu sudah merapikannya?" Tanya Bara keoada Jundi.

"Sudah." Bohong Jundi.

Helaan nafas panjang terdengar, "Kenapa bisa tertukar? Bukankah ada stiker perusahaan di koper itu." Tanya Bara yang menatap Jundi heran.

"Kan kamu yang memanggilku, jadi aku tidak memperhatikan apakah ada logo perusahaan atau tidak." Jawab Jundi cuci tangan.

Jundi ingat jika dirinyalah yang telah salah mengambil koper, yang dia pusingkan ke mana dia harus mencari wanita yang membawa kopernya saat ini.

Pintu lift terbuka, Bara dan Jundi keluar menuju keluar hotel. Mereka memutuskan untuk kembali ke bandara, siapa tahu jika pemilik koper sesungguhnya juga sedang mencari barang pribadinya.

Yona melihat pria yang tengah di cari saat ini segera berlari menghampiri keduanya, "Maaf tuan mengganggu waktunya." Ucap Yona gugup karena di tatap dengan pandangan dingin.

"Ada apa?" Tanya Jundi yang penasaran dengan wanita di depannya.

"Tuan tidak ingat saya?" Yona berbalik bertanya dengan menatap wajah Jundi.

Kening Jundi dan Bara mengkerut dalam ,"Apa kamu mencampakkan wanita baru-baru ini, Jun?" Tanya Bara berbisik.

"Tidak!" Jawab Jundi menoleh ke arah Bara.

"Cepat katakan saja, jangan membuang waktuku." Bara akhirnya menjawab ucapan Yona dengan wajah datar nan dingin.

Yona yang mendapatkan tatapan Bara merasa tremor, Stevani yang memandang ke arah dua pria itu menyipitkan kedua matanya. Pandangannya berkeliaran seperti menelajangi dua pria dengan wajah datar tersebut, tapi pandangannya terkunci dengan sebuah koper yang sama di sisinya.

Stevani memandang secara bergantian koper yang di pegang oleh pria imut dengan koper yang berada di sisi kanannya, setelah memahami situasinya Stevani segera berjalan mendekat dengan angkuh seperti seorang gangster.

"Hey! Kalian yang mengambil koper kami, cepat kembalikan!" Seru Stevani dengan berkacak pinggang di depan Bara dan Jundi.

Ketiga orang itu mengalihkan atensinya pada wanita cantik dengan sedikit dagunya ke atas, memandang remeh, dan penuh kekesalan kepada Bara dan Jundi.

"Cih, kalian yang sengaja menukar koper kami kan. Dasar wanita mesum." Cecar Bara yang tidak terima seakan mendapatkan tuduhan pencuri dari Stevani.

"Ya! Jaga mulutmu, lihat! apa kamu pikir wajahku ini wanita yang bernafsu dengan pria cantik sepertimu." Sentak Stevani dengan melototkan kedua matanya ke arah Bara.

"A-apa, pria cantik? Wah kau benar-benar." Bara terperangah bahkan sampai kehilangan kata-kata karena baru pertama kali ada wanita yang menyebutnya pria cantik.

"Dasar licik, jangan karena wajahmu cantik aku akan berbaik hati denganmu. Kembalikan koper kami," Stevani menggapai handel koper miliknya.

Namun, gerakannya terhenti karena Bara memegang handel koper milik Stevani juga. Tampak kedua saling menatap dengan kesal tapi koper masih melum bergerak dari tempatnya karena Bara tidak membiarkan wanita asing.

"O-oh, kamu tidak ingin melepaskannya." Ucap Stevani dengan tersenyum miring ke arah Bara.

"Tidak! Buktikan jika kamu pemilik koper ini, Karena ... tidak mungkin kalian pemilik isi koper ini." Jawab Bara dengan tersenyum miring.

Yona, Jundi, Stevani tampak kaget mendengar ucapan Bara, "Hais, kau benar-benar perlu di beri pelajaran!" Seru Stevani yang mendorong koper cukup keras.

Bara dan Stevani menegakkan tubuhnya kembali dengan pandangan saling terkunci, menatap penuh dengamn permusuhan. Yona yang tahu jika Stevani akan melakukan kekerasan langsung menghalanginya.

"Berhenti, Tuan. Itu benar koper kami, di koper itu masih ada label harganya karena baru saja kami membelinya sebelum ke Granada." Jelas Yona kepada Bara.

"Iya, itu juga benar koper kita. Lihat ada stiker perusahaan," timpal Jundi yang baru kali ini melihat Bara bertengkar dengan seorang wanita.

"Cepat ambil." Perintah Bara kepada Jundi.

Jundi mengangguk tapi langkahnya terhenti karena Stevani menangkat kaki kirinya hingga seperti palang kereta. Melihat itu, membuat Jundi takut dan menelan ludahnya susah payah dia menyadari jika wanita yang berada di depannya jago berkelahi, tampak Stevani yang begitu santai dengan bersedekap tangan.

"Jangan berani mendekat koper itu, seperti ucapan temanmu, karena tidak mungkin kalian pemilik isi koper itu." Ucap Stevani membalik ucapan Bara untuk Jundi.

"Sudah Stev, ini hanya salah paham saja. Lebih baik kita segera pergi sebelum menjadi tontonan banyak orang, itu hanya akan merusak reputasimu." Cegah Yona dengan memegang lengan Stevani.

Bara tersenyum miring mendengar perkataan Yona, "Iya lebih baik kamu segera enyah dari hadapanku, dasar wanita gila dan mesum." Kata Bara dengan senyum mengejek.

"Cih, aku tidak bernafsu dengan burung magpie milikmu." Jawab Stevani dengan menyerang balik.

"Magpie?" Beo Bara yang tidak tahu nama hewan tersebut.

Yona yang mendengarkan ucapan Stevani mengulum bibirnya dalam agar tidak tertawa, burung magpie adalah burung nasional Korea Selatan. Panjang 45 cm, bulu hijau mengkilap atau hitam keunguan. Bulu skapula, sayap dan perut berwarna putih, ekor dan sisanya hitam.

Melihat tatapan mata Stevani mengarah ke benda pusakanya, barulah Bara sadar jika tengah membahas hal sensitif miliknya.

"Iya Burung Magpie ... chak-chak-chak-chak" Tegas Stevani dengan menirukan kepakan sayap saat burung itu terbang dan suaranya.

Jundi yang penasaran dengan nama burung tersebut langsung saja berselancar di dunia maya, mengetikkan nama burung magpie. Dalam hitungan detik, Jundi menyemburkan tawanya karena pusaka Bara di samakan dengan burung imut yang di tampilkan pada layar ponselnya.

Bara lantas merebut ponsel yang berada di tangan Jundi, kedua matanya membulat sempurna melihat burung hitam kecil dengan ekor panjang. Kilatan amarah tercipta di kedua matanya saat melihat Stevani tertawa.

Stevani merogoh saku celana jeansnya dan mengambil sesuatu yang hampir lupa dia berikan sebagai hadiah untuk pemilik koper, "Tangkap! Itu sangkat burung magpie." dia melemparkan pentie berwarna hitam yang sempat dia keluarkan dari dalam koper Bara dan Jundi.

Melihat wajah Bara yang merah padam, Jundi langsung menghentikan tawanya, dan berjalan mengambil koper milik mereka yang berada di belakang tubuh Stevani.

"Tidak masalah jika milikku seperti burung imut itu, tapi lihat ekor, dan paruhnya yang panjang dan lancip. Dengan sekali patuk kamu akan hamil tapi ... aku tidak bernafsu dengan wanita B-Cup." Kata Bara dengan mengegrakkan kedua tangannya di depan dadanya naik turun.

Stevani membulatkan kedua matanya sempurna, kedua pipinya sudah memerah menahan amarah, dan malu karena beberapa tamu yang mendengar pertengkaran mereka paham B-cup karena bahasa serapan yang banyak orang mengerti.

"Lebih baik ganti pakaian tidurmu dengan pakaian teddy bear, meskipun kamu telanjang tidak ada pria yang bernafsu dengan tubuhmu yang jelek dan lempeng seperti jalan tol itu." Lanjut Bara sebelum benar-benar meninggalkan kedua wanita itu di lobby hotel.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

sm² cari masalah 🤣🤣🤣🤣

2023-04-15

0

Elisa Nursanti Nursanti

Elisa Nursanti Nursanti

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2023-02-08

0

Rapa Rasha

Rapa Rasha

duh kak maaf q ketawa

2023-02-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!