Happy Reading 🌹🌹
Menempuh perjalanan panjang, dari Korea ke Granada kurang lebih empat belas jam perjalanan jalur udara. Pesawat telah mendarat dengan selamat di Bandar Udara Federico García Lorca Granad juga dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Granada.
"Aaaaa! Melelahkan." Stevani meregangkan tubuhnya setelah keluar dari dalam pesawat.
Sama dengan Stevani, Yona juga meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Meskipun keduanya berada di kelas satu tetapi tasanya tetap setiap sendi terasa pegal.
"Hah! Lain kali kita harus menolak pekerjaan yang jauh seperti ini Stev." Ucap Yona berjalan beriringan dengan temannya.
"Hemm, tapi tidak masalah sih. Kita bisa liburan gratis dan mendapatkan uang." Jawab Stevani dengan merangkul pundak Yona.
"Kamu ini kaya raya tapi menyusahkan diri sendiri, masukkan saja aku ke kantor ayahmu agar dapat bekerja dengan tenang. Duduk di kursi empuk dan ruangan ber AC." Kata Yona membayangkan dirinya menjadi karyawan di perusahaan Kristoff.
"Yon, kamu tahu." Kata Stevani dengan nada serius.
"Apa?" Ucap Yona menoleh ke arah Stevani sebentar.
"Kamu sudah di takdirkan bersamaku, jadi secara tidak langsung kamu sudah bekerja dengan perusahaan Kristoff." Kata Stevani dengan di akhiri tawanya.
Yona hanya memutar bola matanya malas, selalu saja berakir sama.
"Seharusnya kamu senang karena ...."
"Karena bersahabat dengan anak pemilik perusahaan." Kata Yona membuat ucapan Stevani terjeda.
Hening sesaat hingga tawa kedua nya terdengar, keduanya berjalan menuju tempat pengambilan koper. Meskipun Yona bekerja sebagai asistennya, Stevani tidak langsung lepas tangan mengenai pekerjaannya.
Grep!
Kedua tangan saling menyentuh satu koper yang sama, "Maaf Nona, ini koper saya." Ucap seorang pria dengan suara bassnya.
Yona yang merasa tangan kekar berada di atas tangannya seketika menoleh, nampak pria mengenakan pakaian rapi tengah menatapnya.
"Tapi...."
Hingga suara bariton membuat Yona tidak bisa melanjutkan ucapannya karena pria itu sudah lebih dulu mengangkat koper yang Yona yakini adalah miliknya.
"Jun! Cepatlah." Seru pria dengan cukup jauh dari keduanya.
Yona menatap punggung kedua pria dengan balutan jas hitam, rambut tertata rapi, pundak bidang.
Kesadaran Yona kembali saat pundaknya di tepuk cukup keras oleh Stevani, "Apa yang kamu lihat?" Tanya Stevani mencari sesuatu yang mungkin menarik untuknya.
"Ah, tidak. Tadi hanya salah ambil koper." Jawab Yona dengan tersenyum kaku.
Stevani dan Yona berjalan dengan menyeret koper masing-masing menuju ke luar bandara, Yona sibuk dengan ponselnya karena harus memastikan mobil jemputannya sudah berada di depan.
Begitu juga Stevani yang sibuk mengambil beberapa foto untuk mengabadikan moment di Bandara Granada.
Bandara yang di dominasi warna putih dengan tulisan besar yang menggantung di tembok, jendela-jendela yang estetic bagi para turis yang datang, juga deretan mobil taxi berwarna putih yang sudah terparkir rapi menunggu penumpang.
Yona lantas menarik pergelangan tangan Stevani yang masih asik mengabadikan momen di ponsel miliknya, "Eh tunggu! Koperku."
Stevani berlari ke arah koper yang tertinggal dan kembali berlari menyusul Yona yang sudah berada di depan mobil jemputannya. Keduanya telah masuk ke dalam mobil jemputan dari hotel yang mereka pesan, mobil mulai bergerak meninggalkan area bandara setelah sang sopir memasukkan koper ke dalam bagasi mobil.
Stevani dan Yona tampak takjub dengan pemandangan Kota Granada, tidak henti-hentinya mereka berdecak kagum, dan mengabadikan banyak moment yang ada di sana. Tampak rumah warga dan toko-toko yang mereka lalui, suasana di Granada sedikit berbeda dengan benua Eropa lainnya. Di sini cukup kental dengan peninggalan agama Islam.
Bangunan di dominasi cat putih dan batu merah, tidak lupa beberapa piring kramik yang di pajang di beberapa tembok rumah, lampu gantung, dan juga tanaman rambat yang menempel pada tembok batu bata. Mayoritas penduduk Granada adalah pemeluk agama Kristen dan Khatolik, tetapi penduduk di sana sangat toleran terhadap agama Islam karena tidak memiliki statement fobia buruk terhadap Islam sebagaimana terjadi di negara-negara Eropa lainnya.
Granada, kota indah ini terletak di Negara Spanyol bagian selatan. Lebih tepatnya, di kaki Gunung Sierra Nevada dan memiliki ketinggian 738 meter dari permukaan laut. Sehingga, para penduduk membangun rumah mereka sesuai dengan struktur tanah. Ratusan anak tangga menjadi pijakan bagi mereka untuk beraktifitas menuju rumah mereka. Sungguh sangat cantik.
Menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit dari bandara Granada menuju Hotel Gran Hotel Luna de Granada, hotel bintang empat ini memiliki tiga gedung utama. Gran Hotel Luna de Granada menawarkan kolam renang dalam ruangan berpemanas dan kolam renang luar ruangan musiman. Tersedia Wi-Fi gratis di semua area. Kamar-kamarnya yang luas memiliki AC, minibar, dan TV satelit dengan saluran Canal Plus Fútbol.
Kamar mandi pribadinya menyediakan bathtub dan shower. Suite-suitenya juga memiliki area tempat duduk dengan tempat tidur sofa. Spa di Gran Hotel Luna de Granada mencakup hot tub, bathtub Turki, sauna, dan layanan pijat, tersedia dengan biaya tambahan. Ada juga kolam renang dalam ruangan, lapangan paddle tennis, dan gym gratis.
Istana Alhambra terletak 3 km dari hotel. Stasiun Kereta Api Granada dan universitas kota terletak 1 km dari hotel. Tempat parkir tersedia di akomodasi dengan biaya tambahan dan hotel ini memiliki akses langsung ke Jalan Lingkar A44 di Granada.
Stevani dan Yona keluar dari dalam mobil jemputan sedangkan sopir mengeluarkan koper mereka, "Terima kasih," kata Yona dan Stevani bersamaan.
Keduanya lantas masuk ke dalam hotel, pemandangan di dalam hotel seperti kebanyakan hotel bintang empat pada umumnya. Dengan lobi yang luas dan megah, Stevani berjalan menuju resepsionis untuk meminta kunci kamar yang sebelumnya sudah Yona pesan.
Pandangan kedua gadis itu terkunci pada dua sosok pria berbalut jas hitam, dengan tenang keduanya mengantri di bagian resepsionis hotel. Yona mengenal salah satu pria yang ada di depannya "Bukankah dia pria di bandara tadi." Gumamnya dalam hati.
"Jika kali ini salah lagi, akan aku tendang kau sampai planet Pluto." Omel Bara dengan wajah masam.
"Pluto bukan lagi planet, lagipula kenapa kamu juga tidur tidak menemaniku mencari di mana letak hotelnya." Jawab Jundi tidak ingin mengalah.
"Hey! Di sini aku bosnya." Bara bertambah kesal karena Jundi menyalahkan dirinya.
"Di luar perusahaan kamu bukan bosku, lihat. Kita sampai terlambat menghadiri rapat, beruntung klien kita berbaik hati mengundurnya besok pagi karena mereka hanya tinggal satu hari lagi berada di sini." Oceh Jundi yang tidak terima Bara memarahinya.
Pegawai resepsionis yang melihat tamu hotelnya bertengkar menjadi bingung, karena saat akan menyela baik tangan Jundi maupun Bara bergerak menandakan jika tidak ingin di ajak mengobrol. Hingga Stevani merasa jengah karena kedua pria yang berada di depannya bertengkar seperti anak kecil.
Dengan kasar Stevani mendorong kedua bahu Bara dan Jundi sehingga Stevani berada di tengah-tengah kedua pria yang masih ingin melanjutkan adu mulut mereka.
"Selamat datang, Nona. Ada yang bisa kami bantu?" Tanya sang resepsionis ramah.
"Pesanan atas nama Stevani Kristoff." Ucap Yona dengan menunjukkan bukti transaksi.
"Tunggu sebentar." Jawab sang resepsionis yang mengecek pesanan kamar hotel secara online.
"Ini kunci anda, dengan nomor kamar B-123." Resepsionis menyerahkan kartu berwarna hitam dengan nama hotel berwarna emas.
"Terima kasih." Jawabnya serempak.
"Selamat beristirahat."
Stevani memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Bara, menatap jengah pria tampan yang tampak kesal karena ulahnya. Dengan sengaja Stevani berjalan melalui Bara menyenggolkan pundaknya dengan pundak Bara.
"Wah...." Bara tersenyum tidak percaya karena baru kali ini menemui wanita kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ita rahmawati
seru nih
2023-04-15
0
Elisa Nursanti Nursanti
🤭🤭🤭🤭🤭bara vs stefani
2023-02-08
0
Rapa Rasha
gk kebayang deh kak kalau bara sama stevani
2023-02-06
0