Hari demi hari pun berganti, tak terasa Jelita sudah satu bulan menjadi mahasiswi. Ia pun telah di sibukkan dengan jadwal mata kuliahnya itu.
Hari ini kelas yang Jelita ikuti di percepat, bahkan selesai lebih awal. Ia berniat mengajak Sarah, untuk membeli buku dan perlengkapan kuliah.
"Sar!" Sahut Jelita melihat Sarah berjalan lebih dulu keluar kelas.
Sarah pun menoleh ke arah Jelita sambil menunggunya.
"Antar aku yuk! beli buku. Ke toko buku di dalam Mall itu!" Ajak Jelita.
"Cie.. mau sekalian shoping ya?" Ledek Sarah.
"Tidak juga sih, cuma mau beli buku sama perlengkapan kuliah aja kok" Tutur Jelita.
"Oh, tapi maaf ya Jel. Aku ga bisa antar kamu, aku udah janji sama Ibuku. Mau antar Ibu ke tempat saudara!" Ujar Sarah merasa tidak enak hati pada Jelita.
"Ya sudah, gak apa-apa aku bisa sendiri kok" Ucap Jelita menepuk bahu sahabatnya itu.
Mereka pun berjalan beriringan, menuju ke luar kampus.
"Hati-hati ya Jel!" Ucap Sarah. Menatap kepergian Jelita yang berlalu dari hadapannya.
Jelita pun menaiki angkutan umum, untuk sampai ke Mall yang ia tuju. Setelah menempuh perjalanan setengah jam akhirnya Jelita sampai. Kemudian menyetop angkutan umum itu untuk turun. tak lupa Jelita membayar ongkos pada Bapak pengemudi angkutan umum.
Kemudian Jelita pun berdiri di sisi trotoar menunggu lalu lalang kendaraan mereda untuk menyebrang. Karena Mall yang akan ia kunjungi berada di sebrang jalan.
Nampak dari arah depan mobil sport warna hitam melaju dengan sangat kencang. Dengan cepat pengemudi mobil itu mendadak membanting setir ke arahnya. Karena menghindari pengendara motor yang menyalip dari arah berlawan.
Buggh
Suara hantaman keras, mobil itu menabrak trotoar persis di depan Jelita, hingga ia terpental tidak bisa menghindar. Jelita tersungkur ke jalanan wajahnya membentur pembatas jalan. Dengan darah segar pun mengucur dari kepalanya. Membuat gadis itu tidak sadarkan diri.
Dari dalam mobil pria itu nampak begitu shock, dengan apa yang terjadi. Ia adalah Rendra Dirgantara. Kemudian pria itu pun turun dari mobilnya dan langsung menerobos orang- orang yang sudah berkerumun melihat seseorang yang ia tabrak.
Kemudian Rendra pun mendekati tubuh gadis itu sambil berusaha mengecek keadaannya. Ternyata gadis itu masih bernapas.
"Tolong bantu carikan taksi, aku harus cepat menolongnya!" Teriak Rendra dengan panik kepada salah satu orang yang berkerumun itu.
"Itu taksinya sudah menunggu Mas!" Tutur pria paruh baya menghampirinya.Rendra pun segera mengangkat tubuh Jelita dan menaikannya ke dalam taksi.
"Tolong cepat Pak, cari rumah sakit terdekat!" Ucap Rendra kepada supir taksi dengan wajah begitu cemas.
"Baik Tuan" Jawab supir taksi mempercepat laju kendaraannya.
Sesampainya di depan Unit gawat darurat rumah sakit Rendra langsung mengangkat tubuh Jelita.
"Tolong Sus!" Sahut Rendra pada perawat yang membawa brankar.
Kemudian ia langsung membaringkan tubuh Jelita. Dan perawat pun langsung mendorong brankar ke dalam ruangan.
Rendra menunggunya di depan ruangan itu. Berdiri di depan pintu ruang UGD dengan kepala yang menyender ke tembok. Sesekali ia membuang napas kasar karena begitu cemas dengan keadaan gadis yang ia tabrak. Tubuhnya pun masih gemetar karena begitu shock dengan kejadian yang baru saja dia alami.
Ia pun langsung mengambil ponsel miliknya yang ada di saku jasnya. Membuka layar benda pipih itu, menekan nama Dev untuk melakukan panggilan telepon.
"Halo Dev! Tolong urus mobilku di depan Mall dekat polsek, aku sedang mendapatkan masalah!" Ucap Rendra.
Dev adalah orang kepercayaan Rendra. Di kantor maupun urusan pribadi. Rendra adalah anak pemilik perusahaan tempat Dev bekerja.
"Bos ada masalah apa?" Tanya Dev
"Laksanakan saja dulu perintahku, kau akan tau jawabannya di sana!" Hardik Rendra.
"Tapi ingat jangan sampai orang tuaku tau hal ini! Setelah selesai temui aku di rumah sakit Medika Sehat!" Sambung Rendra kembali.
Dev pun mengiyakan perintah Rendra tanpa banyak pertanyaan, dia begitu paham kalau Bosnya itu dalam keadaan kurang baik dan tak mau menambah masalah.
Setelah menghubungi Dev, dari arah dalam ruangan, perawat pun menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya Sus?" Tanya Rendra.
"Maaf, apa Tuan keluarga pasien?" Tanya perawat itu.
"Ya saya kakaknya!" Jawab Rendra berbohong. Karena belum ada pihak keluarga korban yang ia hubungi.
"Dokter ingin berbicara dengan anda, mari saya antar ke ruangannya!" Ajak perawat .
"Baiklah sus" Jawab Rendra mengekor di belakang perawat yang hendak mengantarkannya.
****************
Bersambung ✍️🌺🌺🌺 👋❤ next episode selanjutnya ya.. ! Mohon maaf apa bila ada kesalahan dalam penulisan, ini karya pertamaku.. 👋🌹 Mohon dukungannya untuk karyaku lebih baik kedepannya🙏🌺👋🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments