Menikah Dengan Suami Sahabat Karena Dijebak

11 : Empat Hati Di Antara Cinta Dan Obsesi

Kabar terbongkarnya kebohongan Sita dan ibu Misya sudah langsung sampai ke Restu. Melalui pesan WA kemudian dikuatkan dengan telepon, Restu mengetahuinya. Lebih parahnya lagi, ternyata setelah mengarak Sita dan ibu Misya dalam keadaan telan-jang ke rumah orang tua Arnita, Juan juga langsung ke kontrakan Arnita.

Sontak, Restu yang baru sampai toko kue Azelia tentu tidak rela. Sebab yang Restu khawatirkan, Arnita benar-benar akan hamil anaknya. Restu tak mau anaknya tumbuh dalam keadaan keluarga tidak utuh apalagi serba kekurangan.

“Cukup aku saja yang merasakannya. Aku enggak mau anak-anakku juga merasakan pedihnya dicampakkan orang tua!” batin Restu. Matanya sudah sampai berkaca-kaca karena baru membayangkan anaknya dari Arnita malah tak bisa memiliki kasih sayangnya maupun Arnita secara itu sekaligus bersamaan, benar-benar menyakitkan.

Dari pintu masuk toko kue, Azelia yang awalnya akan menghampiri sang suami, menjadi kebingungan sendiri. Sebab bukannya masuk sesuai janji, pria itu malah mendadak pergi dan itu sampai berlari. Lebih menyakitkan lagi, usahanya mengejar Restu sampai ke pinggir jalan raya depan tokonya juga tetap tidak mendapatkan hasil. Namun ketika pada akhirnya ia kembali masuk ke toko kue, kabar yang ia dengar dari para karyawannya langsung membuat Azelia tercengang.

Ulah Juan yang mengarak Sita dan ibu Misya, langsung menjadi kabar terhangat di WA desa sekaligus kecamatan mereka. Layaknya ketika kabar Arnita dan Restu yang nga-mar bareng sebelum Arnita menikah dengan Juan, kabar tersebut juga benar-benar tak kalah ramai. Apalagi ternyata, ulah Juan itu masih bagian dari kasus Arnita dan Restu. Di keterangannya dan sampai diakui, Sita dan ibu Misya sengaja menjebak Arnita dan Restu. Sebenarnya keduanya tidak menargetkan Restu. Restu hanya kebetulan datang ketika ibu Misya dan Sita menunggu calon yang cocok menjadi teman jebakan untuk Arnita.

Azelia yang sudah langsung tidak bisa berpikir lagi, langsung yakin, alasan Restu sampai mengabaikannya masih karena berita yang sedang ramai. Hanya saja Azelia khawatir, alasan Restu sampai mengabaikannya malah karena Restu akan menghalangi Juan agar tidak bisa mendekati Arnita. Sebab bisa Azelia pastikan, Juan yang sempat sangat bucin kepada Arnita, akan langsung meminta kembali kepada Arnita.

“Andai apa yang aku khawatirkan benar, ... jangan salahkan aku kalau aku juga selingkuh. Jangan salahkan aku kalau aku juga berpaling karena kamu melakukan apa, aku juga akan membalasmu dengan hal yang sama bahkan lebih, Mas!” batin Azelia.

Azelia yang tak mau tampak rapuh di hadapan karyawannya, sengaja naik ke lantai atas selaku lantai keberadaan ruang kerjanya. Apalagi semuanya terlebih karyawannya tahu, bagaimana keadaan rumah tangganya dan Restu, setelah Restu malah digerebek akibat nga-mar bareng Arnita. Tentunya, semuanya tetap berpihak sekaligus prihatin kepada Azelia. Bahkan walau kini terbukti, Restu hanya dijadikan mangsa oleh Sita dan ibu Misya untuk menjebak Arnita.

Semuanya benar-benat tetap mengasihani Azelia sebagai istri Restu. Azelia dianggap sebagai pihak paling dirugikan. Bahkan walau mereka sudah mengetahui Arnita merupakan korban, yang mereka komentari adalah kemalangan nasib Azelia. Tentunya, kenyataan tersebut membuat seorang Azelia merasa sangat damai. Sembari terus melangkah, Azelia juga terus membaca setiap komentar di grup WA desa maupun kecamatannya.

Namun ketika akhirnya Azelia sampai di lantai atas, wanita cantik itu malah menjadi sangat ingin memastikan. Ini mengenai kecurigaannya bahwa Restu berusaha menghalang-halangi Juan kembali pada Arnita. Bahwa alasan Restu sampai mengabaikannya karena Restu tidak rela melepas istri barunya!

“Aku harus memastikan walau kemungkinan terpahitnya aku akan makin terluka!” Azelia mantap dengan ulahnya, walau ia juga kembali menyudahi langkahnya. Ragu sekaligus takut, itulah yang ia rasakan. Kedua kakinya sampai seolah tidak bisa digerakkan lagi untuk secepatnya pergi membawanya ke tempat di mana ia bisa memastikan kecurigaannya. “Kalau aku ke kontrakan Nita dan dugaanku benar ...,” pikir Azelia merasa sangat terluka. “Harusnya Nita enggak ngontrak. Harusnya dia tinggal serumah bersamaku dan mas Restu agar dia bisa melihat keromantisan kami. Agar dia bisa semata-mata melihatku yang selalu dimanjakan mas Restu! Biar Nita sadar, dia enggak lebih baik dari lalat hijau yang benar-benar mengganggu!” kesal Azelia dalam hatinya.

Di tempat berbeda, suara motor yang terdengar berhenti di depan kontrakannya, membuat seorang Arnita terjaga. Arnita yang awalnya fokus mendesain aneka model blazer, langsung mengenali suara motor tersebut sebagai suara motor Juan. Terlepas dari semuanya, sampai sekarang Arnita belum tahu mengenai kabar yang sedang ramai-ramainya di grup WA desa maupun grup WA kecamatan. Kenyataan tersebut terjadi lantaran ponsel Arnita sedang dicas dan itu pun dalam keadaan sengaja dimatikan. Kenyataan tersebut pula yang membuat Restu kesulitan menghubungi nomor telepon Arnita.

Sembari terus menyetir dan kini sudah ada di pertigaan menuju kontrakan Arnita, Restu mengakhiri usahanya dalam menghubungi Arnita. Kesibukan yang juga membuat Azelia tak bisa menghubunginya melalui sambungan telepon. Namun meski baru saja telepon masuk dari Azelia membuat ponselnya berdering, Restu sengaja mengabaikannya. Restu meninggalkan ponselnya begitu saja di tempat duduk sebelah setir karena ia lebih memilih memarkir mobilnya di depan pos ronda sebelah pertigaan menuju kontrakan Arnita. Di depan sana, Juan sudah mengetuk pintu kontrakan Arnita.

Walau sudah sangat muak berurusan dengan Juan, Arnita sengaja menemui Juan. Bagi Arnita, menghindar apalagi pergi hanya akan menambah masalah. Baginya, setiap masalah harus diselesaikan walau prosesnya sangat menyakitkan agar tidak melahirkan hutang atau malah beban baru. Itu juga yang membuatnya membuat kesepakatan dengan Restu, untuk mengakhiri hubungan mereka secara baik-baik setelah kasus mereka selesai. Meski hari ini, Restu malah membahas kehamilan sekaligus anak dan itu membuatnya makin serba salah.

Syok, itulah yang Arnita rasakan ketika kedua tangan Juan yang masih dihiasi bekas oli, menariknya, mendekapnya sangat erat. Keringat yang sudah membuat tubuh Juan kuyup sampai menempel di sebagian tubuh Arnita yang bersinggungan.

“Juan, lepas! Aku ini istri orang dan kamu pun suami orang! Tolong yang sopan! Kalaupun di mata kamu aku tidak lebih baik dari seorang pela-cur, bukan berarti kamu bisa menyentuh apalagi memelukku sesuka hati kamu! Aku sudah punya suami dan kamu juga yang menikahkan kami secara paksa!” kesal Arnita yang tak segan menginjak sekuat tenaga kedua kaki Juan yang hanya memakai sandal jepit.

Lantaran Juan kembali berusaha memeluknya, Arnita buru-buru masuk, kemudian mengambil pisau dari sebelah pintu karena ia sudah menyediakan itu di sana untuk jaga-jaga.

“Lebih baik aku berurusan dengan polisi daripada aku membiarkanmu menyentuhku seenak jidat kamu!” tegas Arnita sambil menyodorkan mata pisaunya kepada Juan. Pisau itu masih sangat baru. Restu yang membelikannya untuk perlengkapan dapur. Tentunya, pisau berukuran lumayan besar itu juga masih sangat tajam. “Aku enggak segan pakai pisau ini buat nu-suk kamu kalau kamu berani kurang-ajar ke aku!”

“Hanya karena kamu anak kades, kamu merasa di atas segalanya?” tegas Arnita yang kemudian menyeringai, sengaja menge-jek Juan. “Pergi sekarang juga, sebelum aku benar-benar melukaimu menggunakan pisau ini!” ancamnya sengaja memaksa Juan pergi dari sana. Namun, tiba-tiba tubuh Juan ambruk. Dan ternyata, mantan calon suaminya itu berlutut.

“Aku benar-benar minta maaf, Nit!” ucap Juan yang berangsur menengadah, menatap Nita dengan sangat memohon.

Kedua mata Juan yang basah mulai bergetar, menahan penyesalan yang tengah ia rasakan. Iya, Juan menyesal kenapa ia tidak pernah percaya apalagi memberi Arnita kesempatan untuk menjelaskan perihal apa yang sebenarnya terjadi. Penyesalan yang tentu saja terlambat. Namun, Juan yakin, Anita mau memaafkannya kemudian memperbaiki hubungan mereka lantaran Juan tahu, Arnita tulus mencintainya.