‘Oh ternyata dia ‘orang tanaman’, tapi kebunnya dimana ya? Bodo ah, nanti aku tanya-tanya kalau pas tepat waktu aja.’ pikir Alesha.
“Kenapa beli disini? Apa kebunnya dekat sini?” selidik Alesha, dia juga harus punya input dari pelanggan tentang keberadaan supermarketnya.
“Cari yang sekali datang ke sebuah toko tu semua barang ada, enggak perlu cari di toko lain untuk melengkapinya,” jawab Garo, dia tidak tau yang dia ajak bicara adalah cucu pemilik supermarket bangunan yang dia datangi.
“Buru-buru enggak? Kalau enggak buru-buru kita duduk sana yok,” ajak Alesha menunjuk coffee shop diujung tempat parkir supermarketnya.
“Ha ha ha ha ha … tukang kebun kayak aku mah nyantai, kayaknya mbak ECHA nanti yang kesita waktunya,” jawab Garo santai.
‘ECHA? Dia panggil aku Echa? Hanya daddy yang selama ini enggak panggil aku Alesha, daddy panggil aku Princess atau sebut lengkap Alesha. Dan mayoritas orang panggil aku LESHA. Pria ini panggil aku dengan sebutan yang beda.’
‘Bila daddy menekankan kata Alesha artinya kalimat daddy perlu diperhatikan. Ibaratnya bila ditulis, kalimat daddy ditulis dengan tinta tebal, bold atau garis bawah. Tapi whatever lah,’ pikir Alesha sambil berjalan ke coffee shop miliknya.
“Mau minum apa Pak, eh mas Garo?” tanya Alesha.
“Wah saya minum apa ya? Malah bingung,” jawab Garo yang merubah kata-kata aku yang tadi dia sebut untuk dirinya menjadi saya.
“Mochachino, vanilla latte, frape, chococino atau yang lain mungkin?” tawar Alesha.
“Samain ama kamu deh,” jawab Garo
“Mas Udeng, seperti biasa dua ya, aku minta kue lumpur dua juga sosis solo dan pastel juga masing-masing dua,” pinta Alesha pada pramusaji yang berdiri dekat meja mereka siap mencatat pesanannya.
“Kamu enggak pesan jenis minumanmu, apa mereka hafal?” tanya Garo bingung “Kamu kerja disini?”
“Ya aku kerja disini,” jawab Alesha
“Oh pantas, tapi apa nanti enggak dimarahin bossmu kalau jam kerja kamu duduk disini?” selidik Garo.
“Enggak apa-apa Mas, kalau ditanya aku akan jawab sedang survey pendapat konsumen tentang produk dan harga yang kami sediakan,” jawab Alesha dengan santai.
“Kenapa kamu masih kerja diluar sedang nursery ibumu cukup besar dan bisa kamu kelola?” tanya Garo malah penasaran.
“Biar enggak jenuh, kalau kerja di nursery kan cuma dari rumah ke keboen aja, cuma keluar pager. Enggak ada pemandangan luar,” kilah Alesha.
“He he he iya sih, untung aku juga enggak gitu, rumahku di Suronatan dan kebunku di Jakal KM 13. Jadi ada pemandangan,” Garo membenarkan pendapat Alesha.
“Bisa tukeran pin BB?” Saat itu fase terakhir BlackBerry Messenger atau BBM, sedang masa awal Whats App atau WA.
Alesha memberikan pin BB nya untuk di invite Garo. Selanjutnya Garo menanyakan apa yang paling laris di keboen mommy nya Alesha saat ini.
Nama nursery mommy nya Alesha memang KEBOEN MOMMY.
“Kapan-kapan aku boleh ketemu kamu di keboen mommy enggak?” tanya Garo saat akan pamit.
“Wah harus janjian dulu, karena aku sudah enggak tinggal di rumah mommy,” jawab Alesha.
“Lho, kamu tinggal dimana?” tanya Garo penasaran.
“Aku di Jakal KM 4, berdua suamiku,” jawab Alesha.
“Oh gitu, ya udah nanti aku bakal tanya dulu kalau mau ke keboen, kali aja pas kamu juga kesana,” Garo sedikit kecewa saat mendengar Alesha sudah menikah. Dia melambai pada pramusaji, ingin meminta bill.
“Enggak usah Pak, semua sudah masuk bill bu Lesha” jawab pramusaji yang mendekat ke meja mereka.
“Echa koq kamu semua yang bayar?” tanya Garo tidak enak.
“Udah enggak apa-apa, santai wae. Jangan kapok belanja disini ya?” tukas Alesha santai, Coffee shop ini adalah miliknya, dia tak mau kalah dengan mas Fajar kakak sulungnya yang memiliki beberapa coffee shop dan cafe.
“Coffee shop ini milik bu Lesha koq Pak, bukan bu Lesha yang bayar!” jawab pramusaji santai. Membuat Garo terbelalak.
“Kamu tu sebenernya kerja didalam toko enggak sih?” selidik Garo setelah mendengar Alesha lah pemilik coffee shop ini.
“Aku serius kerja koq di dalam. Enggak bohong” jawab Alesha sambil mengangguk, menguatkan jawabannya
***
Garo tak menyangka, anak bu Dewi pemilik nursery besar bernama keboen mommy mempunyai coffee shop di tempat kerjanya.
Garo ingat pertama kali melihatnya lima tahun lalu. Gadis itu baru saja memarkirkan motornya di parkiran nursery milik ibunya sepulang sekolah, dia masih berseragam SMA, sedang Garo baru saja ujian skripsi, tapi sejak awal kuliah dia sudah memiliki usaha nursery kecil-kecilan di tanah pakdenya di Jakal ( singkatan jalan kaliurang ).
“Mommy dimana Om?” tanya gadis itu pada pegawai disana kala itu.
“Baru aja masuk ke rumah Mbak, Tuan baru aja pulang jadi nyonya langsung masuk,” jawab si pegawai. Disitulah Garo tau, gadis SMA itu anak pemilik nursery.
Pertemuan ke dua satu tahun kemudian di pameran tanaman, Garo melihatnya dari jauh, karena saat itu dia ikut lomba Anthurium dan sedang menunggu hasil penjurian, dia melihat bu Dewi menjadi juri lomba Aglaonema dan gadis manis itu datang menghampiri ibunya sambil membawakan minum. Saat itu gadis mungil itu datang bersama dua gadis kecil berseragam SMP dan terlihat mereka kembar.
Pertemuan ketiga di pameran tanaman dan dilihatnya gadis itu sedang sibuk memilih banyak bibitan anggrek.
“Kamu beli apa sayang?” tanya bu Dewi ketika gadis itu menghampiri ibunya. Garo dengar karena dia sedang memilih buah Tin saat bu Dewi datang ikut memilih aneka jenis tin yang baru mulai masuk ke Indonesia.
“Mbak jajan anggrek Mom” kata si gadis yang belum Garo ketahui namanya
“Ampuuun Mbak, teman-temanmu jajan tas atau make up, kamu malah jajan anggrek” goda mommy nya.
“Kayak mommy enggak aja. Dikasih uang daddy juga enggak pernah belanja apa pun kecuali tanaman,” jawab gadis itu dengan senyum kecil.
‘Wah dia enggak suka hura-hura,’ batin Garo, yang selalu bete kalau pacarnya minta traktir tas atau baju bahkan alat make up.
Garo pikir semua itu tidak berguna karena tak bisa buat invest, beda dengan belanja tanaman, bisa dikembangkan dan bisa buat investasi. Itu sebabnya akhirnya Garo malas pacaran dengan para pesolek, sehingga banyak yang mengira dia homo.
Pertemuan ke empat dua tahun lalu baru Garo bisa salaman dengan gadis itu. Saat itu bu Dewi sedang berbincang dengannya di nursery bu Dewi, saat gadis itu datang sehabis belanja dengan adik-adiknya.
“Assalamu’alaykum Mom,” gadis tersebut menghampiri bu Dewi dan mencium tangan bu Dewi serta menciumi pipi ibunya dengan mesra, bukan sekedar cipika cipiki.
“Wa'alaykum salam cantik, sudah jalan-jalannya?” tanya bu Dewi penuh kelembutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
yeeee Garo......
2023-09-25
1