Ch. 5

Ember tersenyum puas setelah melihat Nashaka yang kelelahan dan terlihat begitu puas dengan apa yang Ember lakukan barusan.

Pria itu memang kerap kali bersikap munafik. Di mulutnya mengatai dirinya ****** dan berkata kalimat kasar lainnya yang sebenarnya terdengar begitu menohok dan sangat menyakitkan. Namun, jika itu ditujukan untuk wanita baik-baik. Bukan seperti dirinya yang ... seperti yang terlihat lah.

"Cih! Bilangnya aja murahan, tapi diri sendiri juga mau. Bahkan sampai nambah-nambah," decih Ember menyindir Nashaka yang terkulai lelah akibat permainan mereka barusan. Bukan. Lebih tepatnya Ember yang mengendalikan permainan mereka, dan selalu Ember lah selama ini yang memimpin.

Ember merasa begitu lelah dengan kondisinya yang selalu seperti ini-ini saja. Selalu dirinya yang aktif dan malah Nashaka yang menjadi pihak pasif.

Padahal yang Ember inginkan, Nashaka juga bersikap aktif seperti dirinya. Sehingga dalam hubungan mereka akan terasa penuh warna dan juga tantangan yang akan membuat hubungan mereka lebih erat lagi.

Namun pada nyatanya hingga di usia pernikahan mereka yang berjalan di tahun ke dua, Nashaka tetap seperti itu-itu saja. Karena hal ini juga lah yang membuat Ember tidak betah, namun tidak bisa bertindal lebih dalam hubungan mereka. Mau berpisah pun, itu tidak mungkin.

Seperti halnya Nashaka, Ember pun juga memikirkan perasaan orang tua serta mertuanya. Sehingga mereka juga membuat kesepakatan agar kondisi rumah tangga mereka tidak diketahui oleh kedua belah pihak keluarga mereka.

Merasa tubuhnya lengket semua, Ember bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Membersihkan diri lalu segera istirahat. Sebab besok Ember harus menemui seseorang yang tentunya akan membuatnya senang-senang.

***

Nashaka melangkahkan kakinya menuju ruangan yang menjadi ruangan kerjanya di gedung yang hanya berlantai dua ini. Pria itu berjalan dengan diiringi sapaan dari karyawannya yang berpapasan dengannya. Karena memang hanya berlantai dua, dan ruangannya berada di lantai atas, sehingga banyak kemungkinan Nashaka selalu bertemu dengan karyawannya yang nggak sampai lima puluh orang jumlahnya.

"Apa ada pertemuan hari ini?" tanya Nashaka pada asistennya, setelah masuk ke dalam ruangannya.

"Nanti jam sepuluh ada pertemuan dengan satu orang saja, Pak. Tetapi untuk saat ini beliau masih belum datang," jawab sang asisten sembari melihat jadwal kerja Nashaka yang terbilang tidak sepadat ceo ceo lain.

Mungkin karena perusahaan Nashaka saat ini bukanlah perusahaan besar. Hanya perusahaan yang menyediakan jasa pelayanan pengiriman barang ke beberapa kota yang ada di negara ini. Masih belum menyangkup kesemuanya.

"Memangnya dia dari mana?" tanya Nashaka heran.

Pasalnya, jika biasanya orang yang akan meeting dengannya bakalan datang sebelum jam yang ditentukan. Bukan setelah jam yang ditentukan, baru akan mulai berangkat. Sungguh, tidak menghargai waktu sama sekali.

"Dia berasal dari Surabaya, Pak," jawab asisten itu yang juga bingung mau berkata apa. Sebab tamu yang satu ini atas rekomendasi dari istri bosnya sendiri.

Nashaka mengernyitkan dahi. Sangsi saja dengan apa yang baru ia dengar. Karena seingat dirinya, ia tidak pernah mempunyai janji dengan orang Surabaya, dalam waktu dekat ini.

"Siapa yang kenalin dia sama kita?" cecar Nashaka lagi. Dia merasa curiga, ada sesuatu yang tidak beres terjadi di sini.

Ditanya seperti itu, sang asisten sedikit bingung mau jawab seperti apa. Bukan hanya Nashaka saja yang dia layani, tetapi istri dari bosnya juga. Sedangkan istri bosnya itu sudah mewanti dirinya agar tidak mengungkapkan siapa yang memperkenalkan calon investor kali ini.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***