Theodore yang terkejut mendengar berita tentang Selena, tak sengaja menjatuhkan cangkir berisi teh panas pada Ruby yang berdiri didekatnya. Bahkan cangkirnya pun pecah ke lantai.
Prang!
"Auw..." Ruby memekik kesakitan karena tangannya terkena teh panas itu.
"Astaga, Yang Mulia Raja apa anda baik-baik saja?" Duke Abraham dan istrinya langsung menghampiri Theodore dengan cemas. Bahkan orang kepercayaan Theodore yang bernama Damian juga mencemaskannya. Padahal yang terluka adalah Rubiana bukan Theodore.
"Yang Mulia, apa anda terluka?" tanya Damian para Theodore.
"Hey kau! Kenapa kau tidak becus sekali hah?" hardik Duke Abraham pada Rubiana, dengan mata melotot pada gadis itu.
"Kenapa kau tidak hati-hati hah?" tanya nyonya Duke pada Rubiana dengan tatapan marah. Ruby bingung mau bicara apa.
"Sudahlah, ini bukan salahnya! Aku yang menyenggol cangkir tehnya dan aku tidak terluka. Sebaliknya, pelayan ini lah yang terluka." Theodore melihat telapak tangan Rubiana yang memerah karena air teh yang dia tumpahkan. "Maafkan aku, aku tidak sengaja. Pasti sakit ya?" tanya Theodore lembut pada Rubiana.
'Theo, kau tetap baik dan rendah hati meskipun kau sudah menjadi seorang Raja. Maafkan aku, aku tidak mempercayaimu sebelumnya' batin Rubiana sedih. Bukannya menjawab gadis itu malah menatap Theodore dengan mata berkaca-kaca.
"Hey! Yang mulia raja sedang bicara padamu, kenapa kau malah diam hah?" nyonya Duke menyenggol lengan Rubiana dan berbicara ketus padanya. Rubiana yang asli juga di perlakukan dengan tidak baik di kediaman itu.
"Sa-saya tidak apa-apa Yang Mulia. Saya minta maaf karena saya sudah membuat ribut." Rubiana alias Selena terlihat gugup saat bicara dengan Theodore.
"Ini bukan salahmu, jadi jangan minta maaf. Lebih baik kau obati saja lukamu." ucap Theodore lembut pada Rubiana.
Setelah itu Rubiana dibawa oleh pelayan lainnya ke dapur untuk diobati lukanya. Sementara itu Theodore melanjutkan percakapannya dengan Duke Abraham. Theodore menanyakan bagaimana cerita tentang kerajaan Istvan yang sudah diambil oleh Hyacinth dan tentang keluarga kerajaan.
Theodore sangat terpukul saat mengetahui bahwa sahabatnya Arsen dan Selena meninggal dunia. Dia tidak percaya, bahkan sampah meneteskan air mata ketika sedang sendirian. Theodore menginap di kediaman Duke Abraham pada malam itu, kini dia sedang merenung didalam kamarnya.
"Hyacinth kau benar-benar jahat...selain penipu kau juga pembunuh! Kau membunuh Selena!" Theodore meremass tangannya dengan penuh amarah dan kesedihan. Selena adalah sahabatnya sekaligus orang yang sangat ia cintai diam-diam selama ini. Theodore pernah mengingatkannya tentang Hyacinth, namun gadis itu tidak percaya padanya.
"Kalau kau tidak percaya, maka kau akan mati dengan pilihanmu itu, atau kau akan hidup di neraka Selena!"
"Theo, Hyacinth tidak akan pernah menyakitiku...kami saling mencintai! Apa yang kau katakan tidak akan terjadi!" serka Selena.
"Baiklah...aku lelah terus mengingatkanmu. Satu hal yang kutahu, bahwa kau tidak akan pernah bahagia bersamanya. Dia bukan pria baik."
Setelah pertengkaran dengan Selena, Theodore tidak bertemu ataupun bertukar surat lagi dengan sahabatnya itu. Dia tidak ingin tau kabar tentang Selena, bahkan dia tidak datang ke hari pernikahannya.
"Aku...aku harus pergi dan memastikan semuanya. Aku akan pergi ke kerajaan Istvan besok." ucap Theodore sambil memegang dadanya yang terasa sesak.
Tiba-tiba saja Theodore mendengar suara gaduh dari luar, tepatnya di jendela kamar itu. Terdengar suara beberapa perempuan yang berdebat disana. Theodore membuka jendela itu untuk melihat apa yang terjadi.
"Cepat bersihkan! Kenapa kau diam saja? Dasar wanita penggoda!" ketus Anya pada Ruby lalu melempar cucian yang di ambil oleh gadis itu ke kolam ikan kecil yang ada disana.
Bukan hanya Anya saja yang mengerjai Rubiana, tapi juga pelayan lainnya ikut mengerjainya. Mereka semua itu pada Ruby yang memiliki rambut berwarna perak dan juga rupa yang cantik. Ruby berbeda dari pelayan pada umumnya.
"Setidaknya kalau tidak membantu, jangan menggangguku!" hardik Ruby kesal karena semua orang mengganggunya.
Mereka bukannya iba atau menjauh, namun malah semakin menganggu Ruby. Pakaian yang sudah di cuci Ruby mereka injak-injak sampai kotor lagi. Ruby berusaha menghentikan mereka seorang diri, namun sayang dia kalah jumlah. Dia berkata dalam hatinya, seandainya saja tubuh Ruby memiliki kekuatan sihir sama seperti tubuhnya yang dulu. Pasti dia akan memberikan mereka pelajaran.
"Haha...selamat mencuci lagi ya."
"Cih! Rasakan itu!"
"Ayo kita pergi dari sini!" seru Anya pada pelayan lainnya untuk pergi meninggalkan Ruby sendirian disana. Namun saat mereka akan pergi, tiba-tiba saja seseorang memanggil mereka semua.
"Bagaimana bisa kalian pergi setelah membuat ulah?!" sentak Theodore yang sudah ada disamping Rubiana entah sejak kapan. Gadis itu juga tidak menyadarinya.
'Theo' batin Ruby.
Keempat pelayan yang menganggu Ruby barusan langsung membalikkan badan mereka saat mengenali suara itu. Sontak saja mereka langsung membungkukkan badan didepan sang Raja dan tak berani mengangkat kepala mereka.
"Kalian tidak bisa pergi begitu saja, kalian harus bertanggungjawab," ujar Theodore dengan suara tegas dan dinginnya.
"Mak-maksud Baginda apa?" tanya Anya gugup.
"Kalian sudah mengganggunya dengan membuat pakaian ini kotor. Jadi kalian yang harus mencucinya. Cepat, lakukan!" ujar Theodore pada keempat pelayan itu.
Anya dan ketiga temannya tidak berani melawan titah raja,mereka pun mengambil pakaian kotor di tanah dan mengambilnya untuk dicuci ulang. Setelah itu mereka pun pergi dari sana.
Kini hanya tinggal Theodore dan Rubiana yang ada disana. Rubiana terlihat menundukkan kepalanya, dia tidak berani mengangkat wajahnya. Lagi-lagi Theodore menolongnya.
"Apa kau--"
Theodore terdiam manakala dia melihat gerak gerik Rubiana. Dia terpaku beberapa saat saat gadis itu memainkan kuku jari telunjuk dan jempolnya bersamaan. Gerakan Rubiana mengingatkannya pada seseorang yang dekat dengannya.
"Terimakasih Yang Mulia...anda sudah menolong saya yang rendah ini."
Theodore menggigit bibir bagian bawahnya, ia benar-benar tak asing dengan gerakan Rubiana.
'Selena... Selena selalu melakukan gerakan ini bila dia sedang gugup' batin Theodore teringat Selena.
Tanpa menjawab ucapan Rubiana, pria itu meninggalkan gadis itu seorang diri disana. Theodore sedih teringat Selena, dia tidak sabar untuk hari besok. Dia akan memastikan bahwa berita tentang kematian keluarga kerajaan Istvan itu tidak benar.
****
Malam itu di kerajaan Gallahan.
Raja Aiden terlihat sedang duduk sendirian di taman kerajaannya. Pria itu terlihat sedih setelah semua keluarganya dibantai habis oleh Hyacinth. Selena, Liliana, Arsen dan Maximilian telah meninggalkan dunia. Dika menyelimuti hati sang Raja itu.
"Aku bersumpah,aku akan membalas dendam...aku akan merebut kembali kerajaan Istvan! Ayah, ibu, Arsen, Selena..."
"Yang Mulia Raja," lirih seorang wanita seraya menghampiri Aiden yang tengah menyeka air matanya.
"Kak Rose?" sambut Aiden dengan suara paraunya.
Rosela bergerak dan memeluk Aiden, dia mencoba menghibur pria itu. Rosela juga merasakan kesedihan yang sama, kehilangan kedua orang tuanya. Laura dan Eugene.
"Kita harus kuat Aiden, kita harus merebut kembali kerajaan Istvan! Kita harus merebutnya kembali," ucap Rosela dengan mata berkaca-kaca.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-06-23
0
Bila
Theo sahabatmu ada didepanmu😭
2023-02-12
0
Ramadhani Kania
ayo Theodore,knali sahabatmu....jiwanya ad d tubuh Rubiana....
2023-02-06
0