Jodoh Titipan Tante
"Saya gak mau tau, pokoknya kamu harus bilang ke orang tua kamu agar perjodohan di antara kita dibatalkan!" tegas seseorang menatap tajam ke arah wanita di hadapannya.
Mereka kini tengah berada di salah satu cafe yang ada di Jakarta, wanita tersebut tampak tenang dengan meminum-minuman yang dipesannya tadi.
"Kamu dengar apa yang saya katakan apa tidak, sih?" bentak orang tersebut dengan memukul meja.
Membuat orang yang ada di dalam cafe seketika menatap ke arah mereka, dirinya hanya bisa menampilkan cengengesan agar menutupi malu.
"Kenapa gak Bapak aja yang minta orang tua Bapak buat batalin perjodohan ini?" tanya wanita itu enteng.
Laki-laki tersebut menguasap wajahnya dengan kasar, "Saya sudah bujuk berapa kali, bahkan lebih dari seratus kali kayaknya! Tapi mereka bilang, harus pihak orang tua kamu yang membatalkan perjodohan itu."
"Apa Bapak kira saya gak bujuk mereka untuk membatalkan perjodohan ini? Saya juga udah bujuk mereka, tapi hasilnya sama kayak Bapak! Mereka gak mau membatalkan," jelas wanita itu tampak tenang.
Bahkan, kali ini mulutnya mengunyah salah satu desert best seller di cafe ini. Laki-laki itu menatap dengan kesal ke arah wanita tersebut.
"Atau jangan-jangan, kamu memang mau menjadi istri saya?" tanya laki-laki tersebut penuh dengan selidik.
"Uhuk-uhuk!" Wanita tersebut tersedak makanan yang masuk ke mulutnya tadi, ia segera mengambil minum hingga habis.
Disapunya air yang membekas di sekitar bibir menggunakan baju miliknya.
"Dengar, ya, Pak! Bapak memang idola orang di kampus! Tapi, bukan berarti saya juga mengidolakan Bapak! Gak usah kecakepan deh, Pak! Gak semua orang itu tertarik sama Bapak!"
"Jadi, kenapa kamu gak berusaha agar perjodohan kita itu batal?"
"Bapak kira saya gak berusaha? Selama ini saya juga sudah berusaha, ketika saya tau kalo yang akan dijodohkan sama saya adalah Bapak saya pun mulai membujuk orang tua saya! Tapi, hasilnya? Mereka tetap aja gak mau membatalkan perjodohan ini!"
Laki-laki tersebut membuang napasnya sekali tarik, ia mengusap kembali wajahnya dengan kasar.
"Intinya, saya tidak akan pernah menginginkan perjodohan ini dan asal kamu tau! Saya sudah memiliki kekasih yang bahkan lebih cantik dan pintar dari kamu!"
"Bapak kira saya gak punya? Bahkan pacar saya lebih bijaksana, pengertian, lemah lembut dan sayang sama saya dan jangan lupa dia peka sama saya! Apalah Bapak dengan dia? Gak sebanding!" balas wanita itu tak mau kalah.
Laki-laki tersebut mengepalkan tangannya dan rahang yang sudah mengeras, ia berdiri dengan kasar dan keluar dari cafe meninggalkan wanita tersebut sendirian.
***
Abibah Eviza, itulah nama yang disematkan kedua orang tuaku untuk anak semata wayangnya ini.
Aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta dan semester akhir, awalnya aku sudah sangat bahagia dan bersemangat menyelesaikan skripsi.
Teman-temanku banyak yang mengambil S2 di luar negri bahkan aku pun ingin juga menempuh pendidikan itu di salah satu universitas terbaik yang ada di dunia.
Akan tetapi, semua itu hanya angan-angan semata. Saat tengah semangat menyelesaikan skripsi, aku harus menerima kenyataan bahwa aku akan dijodohkan oleh anak dari teman Mamaku.
Malik Fazal Gafi, ia nama yang begitu bagus. Dia kerap dipanggil dengan Malik oleh mahasiswa juga mahasiswi serta dosen-dosen yang ada di kampus.
Dia adalah dosenku, laki-laki yang berumur 27 tahun dengan tinggi yang bisa kutaksir sepertinya 180cm ke atas juga berat badan yang sepertinya 70-an karena badannya begitu tinggi tegap.
Kulihat punggung tegapnya sudah tak ada lagi di cafe, dia pergi meninggalkanku sendirian di sini.
Awalnya, dia yang meminta aku untuk berbicara empat mata bersamanya di sini. Eh, malah sekarang aku ditinggal. Sangat tidak sopan santun sekali, bukan?
Diantara kami, tak ada yang menerima perjodohan ini termasuk aku. Sudah sering sekali aku menolak dan menolak.
Namun, tetap saja hasilnya tak pernah sesuai ekpektasiku. Apa katanya tadi? Bujuk? Jangankan membujuk, aku bahkan pernah mengancam akan gantung diri.
Bukan mengancam, bahkan aku nekat melakukan hal tersebut. Sayangnya, Tuhan masih begitu cinta pada hamba-Nya ini.
Aku selamat, baru 2 menit kira-kira leherku tersangkut di tali tersebut. Mama sudah masuk ke dalam kamar.
Bukan hanya itu saja sih, masih banyak lagi. Itu semata-mata aku lakukan karena keinginan bisa kuliah di luar negri.
Tapi, sepertinya harus kuenyahkan dari pikiran ini. Mangkanya, aku sekarang lebih tenang dan mencoba menerima takdir yang sebenarnya aku pun enggan mendapatkan takdir ini.
Setelah memakan pesanan yang kupesan tadi sampai habis, aku berdiri dan berniat untuk pulang karena kelas hari ini telah selesai.
Tentu saja yang bayar adalah Pak Malik, aku menyuruh dia membayar pesanan di awal karena biasanya di novel-novel ketika laki-laki kesal maka dia akan pergi begitu saja.
Ternyata memang benar, untung saja aku terlalu pintar untuk hal itu. Lumayan, uangku tak berusak dari dompet lusuh ini.
Meskipun terbilang sebagai anak orang kaya, tapi aku bukanlah anak yang suka dengan kemewahan.
Sebisa mungkin berpenampilan sederhana, berbeda dengan Mama. Sudah pasti wanita itu begitu elegan dan glamor. Intinya, sangat berbeda denganku.
"Mbak Abibah, ya?" tanya gojek menatapku.
"Iya, Pak. Kok tau nama saya?"
"Lah 'kan di aplikasi emang udah tertulis nama Mbak," jelas Bapak gojek membuatku tertawa menahan malu.
"Oh, jadi Bapak gojek yang saya pesan? Hahaha, bilang dong Pak. Mana helmnya?" tanyaku meminta helm.
Di sela-sela perjalanan menuju pulang, aku mencoba bercengkrama dengan si Bapak gojek. Mana tahu 'kan dapat diskonan.
"Pak, kalo Bapak dijodohkan sama saya. Bapak mau, gak?" tanya Abibah sedikit berteriak.
"Wahh ... yo, ndak mau atuh Mbak!"
"Ha? Kenapa Pak?" tanyaku kaget. Buset, bisa-bisanya aku bahkan di tolak sama tukang gojek.
Padahal, aku gak jelek-jelek amat dah. Cuma, ya, aku terlalu random anaknya dan gak bisa diam doang, kok.
"Kan saya udah punya istri Mbak, gak mungkin saya dua-in istri saya. Saya setia Mbak," ungkap tukang gojek memberi alasan.
Aku mangut-mangut, "Kalo misalnya Bapak gak punya istri, Bapak mau sama saya? Misalnya, nih, Bapak masih lajang gitu!" tegasku mempertanyakan hal itu lagi.
Mungkin, aku akan bertanya itu-itu saja sampai si Bapak mau nerima. Mana terima aku jika ditolak begini.
Bukannya menjawab, si Bapak malah melihat wajahku dari kaca spion dan kebetulan aku pun melihat ke arah yang sama.
Dia tampak tersenyum dengan kumis tebalnya membuat aku bergedik ngeri.
"Mbak suka, ya, sama saya? Kok sampe seperti itu banget? Emang, sih Mbak. Dulu saya itu rebutan pas masih lajang, tapi ini 'kan posisinya beda Mbak. Saya udah nikah, lho," jelasnya panjang kali lebar.
'Waduh, salah tempat bertanya deh kayaknya gue! Astaga, Abibah! Apes banget dah lu!' batinku merutuki diri sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
endang nastusil
he he he mbk mbk
2024-10-04
0
Mukmini Salasiyanti
🤣🤣🤣😆
2023-07-12
0
Mukmini Salasiyanti
Assalamu'alaikum
Salken, Mbak/Mas..
Ikutan nyimak yaa...
Awalny dah seru... 🥰💪
2023-07-12
1