Bab. 5

Pak Budi Jaya yang mendengar teriakan dari istrinya itu segera menyimpan cangkul yang sedari tadi dipegangnya.

"Apa yang terjadi padamu kenapa meski harus berteriak-teriak seperti seorang Tarzan saja," ketusnya Pak Budi yang menatap jenuh kearah istrinya yang kebiasaan berteriak-teriaknya kambuh lagi semenjak Arsyad anak angkatnya pergi merantau.

"Pak katanya orang-orang kapal yang dipakai oleh keluarga besar Pak Utomo tenggelam dan Pratiwi serta beberapa orang belum ditemukan hingga detik ini," jelasnya Bu Hanifah yang nafasnya ngos-ngosan saking kencangnya berlari dari arah pasar tradisional hingga ke rumahnya.

Berita kecelakaan maut yang dialami oleh Pratiwi Andien tersiar begitu cepat dan mudahnya hingga ke telinganya Pak Budi Jaya dan istrinya Bu Hanifah selaku kedua orang tua angkatnya Arsyad.

"Itu tidak mungkin Bu, saya yakin pasti berita tersebut salah dan kamu hanya keliru salah dengar saja," sanggahnya Pak Budi yang sangat tidak ingin mempercayai perkataan dari mulut istrinya itu.

"Kalau Mas tidak percaya ayo kita segera ke rumahnya Tuan Besar Utomo," perintah Pak Budi lalu segera bergegas membersikan tangan dan tubuhnya lalu menaiki motornya menuju rumahnya Pak Utomo pengusaha sukses di daerahnya itu sekaligus orang terkaya di kampung halamannya Arsyad.

"Cepat naik dan jangan lupa berpegangan kuat kita harus secepatnya pergi dari sini untuk memastikan berita kebenarannya apa hanya hoax saja," imbuhnya Pak Budi yang sudah nampak ketakutan dan sangat khawatir dengan kondisi calon menantunya itu.

Hanya butuh waktu sekitar dua puluh menit saja mereka sudah sampai di depan kediaman Tuan Utomo pengusaha beras terbesar di kampung mereka. Banyak sudah orang yang berlalu lalang di sekitar rumahnya. Banyak juga anggota kepolisian yang berdatangan ke sana.

Pak Budi yang melihat ada orang yang baru saja berjalan ke arah luar pagar besi yang menjulang tinggi bercat hitam itu. Pak Budi buru-buru turun dari motor matiknya motor matic injeksi yang dibelikan oleh Arsyad khusus untuk pamannya itu walaupun harus menyicil separuh dari harganya.

"Pak Adi!" Teriaknya Pak Budi.

Pak Adi yang mendengar namanya dipanggil segera berjalan menghampiri pak Budi Jaya.

"Pak Adi saya mau nanya apa yang terjadi sebenarnya karena kami mendengar kabar jika kapal yang dipakai oleh Pratiwi putri tunggalnya Tuan Utomo apa itu benar adanya?" Tanyanya Pak Budi yang berharap berita itu hanya isapan jempol semata.

"Benar Pak Budi kejadiannya terjadi dua hari yang lalu ketika Nona Muda Tiwi bertamasya di pantai dan menaiki kapal kecil untuk menyeberang pulau tapi, waktu itu kondisi cuaca yang tiba-tiba berubah menjadi berombak dan badai datang sehingga kapal mereka terbalik dan satupun penumpangnya belum ada yang ditemukan," jelasnya Pak Adi yang sedih mengingat ada anggota keluarganya yang ikut jadi korban kecelakaan tersebut.

"Kami turut prihatin dan berduka Pak, kami sebaiknya ikut masuk juga ke dalam untuk bertemu dengan Tuan Besar Utomo," ujarnya Pak Budi.

Apa yang dilakukan oleh Pak Budi segera di cegah oleh Pak Adi," Pak Budi saya mohon hentikan keinginan dan niatnya Bapak,kalau bapak ingin tidak menambah masalah yang sudah ada saya mohon jangan mencoba untuk berani bertemu dengan mereka karena semua masalah, kemalangan dan cobaan ini menganggap penyebabnya adalah Arsyad yang penyebab utamanya," cegah Pak Adi sembari menahan tubuhnya Pak Budi dengan sekuat tenaganya.

Pak Budi ingin tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan dari Pak Adi.

"Ya Allah… kenapa ujian yang dihadapi oleh mereka dilampiaskan pada keponakan kami sedang Arsyad sudah tiga tahun lebih tidak pernah pulang menginjakkan kakinya lagi di kampung kita, mereka apa tidak punya otak untuk dipakai berfikir sehingga melampiaskan amarahnya pada Arsyad yang tidak bersalah sama sekali itu!" Sarkasnya Pak Budi.

Bu Hanifa yang melihat suaminya sudah mulai tersulut emosinya segera berusaha untuk menenangkan diri pak Budi.

"Mas hentikan apa yang dikatakan oleh Pak Adi benar adanya lagian kita bertemu dengan mereka pasti akan berujung dengan penghinaan dan kekerasan pasti mereka akan menumpahkan kekesalan pada kita yang tidak tahu menahu permasalahan tersebut jadi sebaiknya kita pulang lalu segera mengabari Arsyad bagaimana pun juga dia harus tahu," ujarnya Bu Hanifa yang meneteskan air matanya mengingat kegigihan dan perjuangan Arsyad beberapa tahun belakangan ini.

Pak Budi mengelus wajahnya dengan gusar, "Ya Allah… betapa malangnya nasib percintaan anak kami, kapan dia juga bisa bahagia ya Allah… dan semoga saja Pratiwi segera ditemukan dalam keadaan yang selamat," cicitnya Bu Hanifah.

"Amin ya rabbal alamin," jawab kedua pria tua itu.

Mereka segera pulang ke rumahnya dan berfikir apa harus mengabari Arsyad di kota Jakarta ataukah menunda ataupun menutupi kejadian itu.

Pak Budi berjalan lunglai ke depan beranda rumah nya itu. Ia sesekali menghembuskan nafasnya dengan cukup kasar dan menatap ke arah langit seolah di atas langit akan ada solusi yang paling tepat dan terbaik terhadap kemelut yang mereka hadapi sekarang ini.

Bu Hanifah membuka kunci pintu rumahnya lalu berjalan ke arah dapur untuk membuatkan segelas teh hangat untuk suaminya agar lebih bisa tenang menghadapi kejadian naas itu.

"Mas teh dan sepiring pisang goreng sepertinya akan membantumu Mas untuk berfikir dan rileks sejenak," tutur Bu Hanifa seraya meletakkan satu teko teh dan juga dua buah gelas minum dan sepiring pisang goreng nugget cokelat dengan toping susu cokelat dan keju semakin menambah selera makan siapa saja.

"Mas ini hp telpon lah Arsyad karena, menutupi kenyataan selamanya tidak akan ada juga gunanya karena pasti Arsyad akan marah dan menyesal dengan sangat," sarannya Bu Hanifah.

Arsyad yang sedang bekerja menjaga keamanan malam itu sama sekali tidak memiliki sedikitpun firasat tentang kejadian kecelakaan maut yang dialami oleh kekasihnya di kampung.

Arsyad yang sedang berpatroli di sekitar beberapa gedung bangunan sedikit tersentak terkejut ketika hp dalam saku celananya bergetar hebat.

"Siapa yang nelpon tengah malam begini?" Gumamnya Arsyad.

Arsyad melihat ke layar hpnya dan tertulis nama pamannya di kampung.

"Tumben paman menelpon tengah malam begini, tapi kenapa perasaanku merasakan keanehan, ya Allah apa yang terjadi dengan mereka?" Lirihnya Arsyad.

"Assalamualaikum warahmatullahi Nak," ucap pria tua dari seberang telepon.

"Waalaikum salam Paman, ada apa Paman tumben telpon saya tengah malam seperti ini, apa Paman dan bibi baik-baik saja?" Tanyanya Arsyad yang mulai timbul rasa khawatirnya dalam dadanya itu.

"Maafkan Paman, Nak sudah gangguin kegiatan kamu, saya hanya ingin menyampaikan sesuatu hal padamu," ujarnya Pak Budi yang mulai ragu dan juga bimbang dengan apa dan bagaimana cara menyampaikan kebenaran berita tersebut.

Bu Hanifah menyentuh punggung tangan suaminya itu seolah memberikan kekuatan pada suaminya untuk santai dan berfikir positif kedepannya. Arsyad segera mempercepat langkah kakinya menuju pos penjagaan.

"Kenapa perlu sungkan dan ragu untuk berbicara paman sampaikan saja sama saya jika ada yang ingin paman katakan," harapnya Arsyad yang sudah duduk di atas kursi kerjanya sambil memperhatikan cctv keamanan.

Bagi Like, Komentar, gift iklan,poin dan koinnya dong kakak readers...

Terpopuler

Comments

y1n hu

y1n hu

arsyad pasti terkejut jika tahu kejadian yang sebenarnya

2023-02-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!