Bab. 5

Satu minggu kemudian, tepatnya hari keberangkatan Elsa Safira Nadine Renaldi ke Jakarta bersama Nada Humairah Razak.

"Saya yakin Mas melakukan ini karena sudah banyak tamu pertimbangan yang dia pikirkan, kami tidak perlu takut dan mencemaskan tentang keluarga pendonor jantung putriku yang ingin merebut putri kami dalam pelukanku," batinnya Bu Nadia Elfira.

"Papa berharap kamu bisa bahagia dan menemukan orang yang telah menolong kehidupan kamu nak karena bagaimanapun tanpa mereka kamu tidak akan mungkin bisa hidup hingga detik ini walaupun semuanya itu atas ijin dan restunya Allah SWT yang sangat berperan penting dalam takdir dan garis tangan kehidupanmu." Pak Renald membatin.

Bu Nadia Elfira memeluk tubuh putri tunggalnya itu kedalam dekapannya," sayang maafkan Mama dan Papa yang tidak bisa mengantarmu ke Jakarta karena kesibukan Papa sebagai kepala dinas kabupaten yang tidak mungkin bisa meninggalkan pekerjaannya," jelasnya Bu Nadia.

Elsa tersenyum simpul," tidak apa-apa kok Ma, Elsa diijinkan pergi ke Jakarta saja itu sudah cukup membuatku bahagia dan senang, Elsa hanya meminta kepada kalian jaga diri baik-baik terutama kesehatannya dan Elsa kalau boleh minta sesuatu tolong kalau ada waktu sempatkan diri untuk berkunjung untuk menengok kami Ma," imbuhnya Elsa yang berusaha untuk menahan laju air matanya itu.

"Insya Allah… sayang kalau Papa kamu sudah punya waktu senggang kami pasti akan datang menjenguk kalian berdua dan Mama minta sama kamu awasi Abang kamu yang sikapnya suka koleksi cewek gitu katakan padanya jika dalam tahun ini tidak pulang bawa calon mantu untuk Mama maka Mama sendiri yang akan mencarikan dia jodoh di sini," ultimatum mamanya khusus untuk Ergi Andreas.

Elsa tersenyum sumringah sambil menyeka air matanya itu," siap misi yang Mama berikan akan Elsa laksanakan tanpa ragu sedikitpun," ucapnya Elsa lalu segera mematikan video rekaman langsungnya melalui hpnya itu yang nantinya akan dia pakai sebagai alat untuk mengancam Abangnya jika salah langkah dan keliru dalam bertindak.

Elsa kemudian berjalan ke arah papanya yang sejak tadi hanya terduduk dan terdiam tanpa mau menggangu percakapan dua wanita yang paling disayanginya itu di dunia ini setelah ibunya sendiri.

Elsa berlutut di hadapan Papanya," Pa maafkan Elsa yah Pa kalau selama hidupnya Elsa selalu merepotkan Papa yang belum bisa membalas kebaikan Papa, Elsa hanya selalu memberikan beban saja, makasih banyak sudah jadi papa paling terbaik sedunia khusus untuk Elsa doakan Elsa yah Pa semoga Elsa bisa berangkat dengan selamat sampai ditujuan dan keterima bekerja di perusahaan Mbak Nada," terangnya Elsa panjang lebar.

Apa yang dikatakan dan diutarakan oleh Elsa membuat hati kedua orang tuanya itu terenyuh dan tersentuh hingga air mata mereka tak terbendung lagi. Pak Renaldi hanya menganggukkan kepalanya lalu memeluk erat tubuh putrinya itu dalam keadaan posisi duduk.

Hanya air matanya yang mewakili perasaannya kala itu yang harus ikhlas dan tabah merelakan kepergian anaknya untuk pertama kalinya semasa hidupnya mereka. Nada Humairah yang kebetulan datang tanpa sengaja melihat suasana haru itu hingga ia pun tak tahan untuk mengalirkan air matanya itu.

"Pergilah Nak restu dan doa kami selalu bersamamu, tapi ingatlah Nak baik-baik dalam keadaan apapun itu janganlah pernah untuk meninggalkan shalat lima waktumu dan kalau sempat kerjakan juga shalat sunah dan ini Al-Qur'an yang Mama belikan khusus untuk putri tercantiknya Mama," ungkapnya Bu Nadia Elfira yang semakin terisak dalam tangisannya.

"Makasih banyak Ma, kalau gitu kami pamit karena pesawat akan berangkat sisa sejam dari sekarang, takut juga sama Mbak Nada yang sudah melotot," candanya Elsa sebelum mereka berpisah untuk beberapa waktu kedepannya.

Kepergian mereka diwarnai dengan tangis haru dari keluarga kecilnya Elsa maupun keluarga besarnya Nada yang adiknya cukup banyak itu.

Mobil mereka sudah bertolak dari komplek perumahan elit tersebut. Tatapan matanya Elsa tak pindah dari kedua orang tuanya yang masih berdiri di ambang pintu pagar besi rumahnya yang juga terus melihat ke arah mobil yang dikendarai oleh Elsa dan beberapa sahabatnya Elsa.

Kurang lebih satu jam kemudian, pesawat mereka sudah mendarat dengan selamat di bandara internasional Soekarno Hatta Jakarta Selatan. Elsa merasakan sensasi yang berbeda setelah hampir lima tahun lebih baru bisa menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya itu.

"Welcome Jakarta aku kembali lagi dengan cerita yang tentunya berbeda," gumamnya Elsa lalu turun menapaki setiap undakan tangga pesawat.

"Semoga apa yang kamu cita-cita dan impikan bisa terlaksana dengan baik Elsa," ujarnya Nada.

Elsa mengalihkan pandangannya ke arah Nada perempuan cantik yang tinggi semampai bak model itu," amin ya rabbal alamin Mbak."

"Kalau gitu aku duluan yah Elsa soalnya temen aku sudah datang jemput kami, kita ketemunya besok di perusahaan jam delapan pagi yah ingat jangan sampai lupa atau terlambat," tuturnya Nada.

"Insya Allah… Mbak saya akan tepat waktu ingat kirim alamat lengkapnya kantor Mbak yah," pintanya Elsa.

Nada dan dua orang temannya berjalan mendahului Elsa Safira Nadine yang masih berdiri di depan bandara sembari menunggu kedatangan abangnya itu. Elsa melirik sekilas ke arah jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya itu.

"Ya Allah… Abang sudah hampir setengah jam aku menunggu apa jangan-jangan Abang lupa lagi," ketusnya Elsa lalu berjalan ke arah depan dengan tergesa-gesa sampai-sampai melupakan kondisi jalan yang dilaluinya itu seraya berjalan dengan ngomel-ngomel tangan kanannya menarik sebuah koper besar berwarna hitam sedangkan dipunggungnya terdapat tas ransel kecil berwarna abu-abu gelap.

"Aahhh!!" Teriaknya Elsa.

Decit ban mobil yang bergesekan dengan aspal panas siang hari itu cukup nyaring sehingga menimbulkan keributan dan perhatian dari beberapa pengunjung bandara.

Elsa sudah terjatuh ke atas aspal dengan kondisi yang terduduk. Terdapat beberapa luka di sekitar tubuhnya yang kebetulan langsung bergesekan dengan permukaan asoal, yang cukup panas dan kasar.

Elsa Safira Nadine segera bangkit dari duduknya dan tidak menghiraukan lagi keadaannya itu dan berjalan ke arah mobil sedang merah dengan merek kuda jingkrak itu.

Elsa siap untuk memakai di supir mobil tersebut yang tak punya mata, Elsa menggedor pintu mobil tersebut karena sama sekali sang pemilik mobil tidak ada niat untuk meminta maaf atau pun menolongnya.

"Hey! keluar loh dari dalam mobil, ngapain loh ngumpet seperti keong, apa kamu baru belajar bawa mobil sampai-sampai saya berjalan di sini kamu enggak lihat," kesalnya Elsa.

Elsa semakin mengamuk dan marah karena pengemudi mobil itu sama sekali tidak punya niat dan etikat baiknya hingga membuat Elsa semakin murka saja.

"Saya hitung sampai tiga jika Anda tidak keluar memperlihatkan batang hidungnya aku terpaksa menghancurkan kaca spion Anda!" ancamnya Elsa.

Elsa sama sekali tidak takut untuk melawan dan menantang sang pemilik mobil tersebut dengan amarahnya yang sudah meletup-letup. Kepalan tangannya digenggam dengan kuat hingga terlihat buku urat tangannya yang halus itu.

Baru kali ini Elsa bertemu dengan pria yang sangat menjengkelkan karena sudah memancing emosinya itu.

Elsa segera berhitung mundur," tiga, dua, sa...,"

ucapannya terhenti ketika seseorang keluar dari dalam mobil dengan kaca mata hitamnya yang bertengger di atas hidungnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!