Pilihanku

Pilihanku

Hujan

[Sayang, makasih yah... sudah mau, nganterin sayur buat ibuku. Aku senang,kamu berusaha untuk mendapatkan perhatian ibu]. Reza.

Nana,menghapus air matanya dengan kasar. Dia, terpaksa mengantar sayur hasil kebun ibunya. tepatnya, di belakang rumah.

Nana,harus memetik sayur di belakang rumah. Bermacam-macam sayur,yang di tanam ibunya. Bahkan, dia rela memetik sayur saat lagi hujan deras. Demi mengambil hati,calon ibu mertuanya.

Selesai memetik sayur, dia langsung mengantar ke rumah orangtua sang kekasih. berhalat beberapa rumah,butuh waktu 15 menit baru sampai berjalan kaki.

Seluruh badannya menggigil dan menembus hujan deras. Dia, tetap semangat melanjutkan perjalanan menuju ke rumah sang kekasih.

Sesampai di rumah,sang kekasih. Bukannya, mempersilahkan masuk dan berteduh.

Calon ibu mertuanya, langsung mengusirnya pulang. Karena sang kekasih,tengah bermain game online. Tidak memperdulikan, bagaimana keadaan Nana? Dia,asyik bermain saja.

"Na,kamu langsung pulang aja. Hari juga mau gelap,gak baik seorang perempuan main di rumah pacarnya. Walaupun,calon istri" Ucap,sang calon ibu mertuanya. Tanpa, memprihatinkan keadaan Nana basah kuyup.

"Baiklah," Nana, langsung mengundurkan langkahnya. Belum naik ke motor, matanya menatap ke arah pintu rumah sang kekasih. Yang sudah tertutup rapat,hatinya melongos perih.

Sepanjang perjalanan,air matanya mengalir deras dan bercampur dengan air hujan. Setega itu,sang kekasih tidak ada muncul menyambut kedatangannya.

[Sama-sama]

Nana, langsung membalas pesan untuk kekasihnya. Ada rasa hambar dalam hubungannya, semenjak sang kekasih mengajak dirinya berkenalan dengan ibunya.

Awalnya, hubungan mereka secara diam-diam. Tanpa, sepengetahuan orang-orang sekitar. Lama-kelamaan, akhirnya terbongkar juga.

Apa lagi ibu kandung,sang kekasih. Nampak,tak menyukai Nana. Karena keluarga Nana, sederhana tidak kaya raya.

[Besok kamu,gajihan kan. Belikan tas bermerek,pasti ibuku suka. Secepatnya,kamu harus mengambil hati ibuku. Biar,nanti kamu bakalan di sayangi ibuku. Jangan lupa, belikan martabak daging. Adikku, sangat menyukai martabak daging juga]. Reza.

Nana, tersenyum getir saat membaca pesan dari sang kekasih. "Kamu, memintaku membelikan tas bermerek. Sedangkan,ibuku tidak pernah aku belikan tas apapun. Makan saja,kami selalu berhemat. Kenapa,kamu berubah Reza? Tidak, seperti dulu lagi". Gumam Nana, memutuskan untuk tidak membalas pesan dari kekasihnya.

[Na,kata ibuku. Kalau,panen sayur dan jangan lupa antar ke sini. Gak papakan,kasih sayur ke ibuku. Anggap saja, mengambil hati ibuku. Sebulan lagi,kita akan menikah. Love you,sayang]. Reza.

Nana, ingin tertawa membaca pesan dari kekasihnya. Mana mungkin, dia memberikan sayur hasil panen ibunya. Sedangkan,ibunya panen sayur hanya beberapa kilo. Itupun,dapat uang seberapa untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.

Nana, 24 tahun. Yang bekerja di restoran, gajihnya hanya 2 juta. Dia, tinggal bersama ibunya karena Nana anak tunggal dan ayahnya sudah tiada.

Kebetulan sekali,ibunya suka berkebun. Cukup luas lahan di belakang, rumah. Kesempatan, untuk menanam bermacam jenis sayuran. Jika banyak panen sayur,ibunya selalu menjual ke tetangga lainnya.

Seorang ibu,mana? Yang tadi bahagia,saat anaknya di pinang oleh pria cukup mapan.

Fahreza, kekasih Nana. Yang bekerja di kantor,hanya staf biasa saja. Gajihnya,5 juta perbulannya.

Reza, memutuskan untuk menjalin hubungan ke jenjang pernikahan. Tentu saja,Nana menerima ajakan sang kekasih.

*************

Besok paginya,Nana membantu ibunya mengikat sayur untuk di jual ke pasar. Kebetulan, Nana juga melewati pasar. Saat dia, berangkat bekerja.

"Alhamdulillah,hasil panen lumayan banyak". Nana, tersenyum.

"Alhamdulillah,nak. Makasih, sudah membantu ibu". Ucap bu Rosma, ibu kandung Nana.

"pegangan bu, bismillahirrahmanirrahim". Ucap Nana, menancapkan gas motornya dengan kecepatan sedang.

Di sepanjang perjalanan,hanya ada keheningan semata. Tiba di pasar, Nana juga membantu menata sayur-sayurannya.

"Aku bantu dulu,lagian masih banyak waktu bu". Nana,menata rapi sayuran yang di bawa tadi.

"Gak perlu, pergilah sana. Ibu,bisa sendiri. Gih..sana". bu Rosma, melarang anaknya untuk membantu dirinya. Akan tetapi, Nana berkeras hati tetap membantu ibunya itu.

Setelah selesai, barulah Nana memutuskan untuk pergi ke tempat kerja.

Hanya memerlukan waktu 30 menit,dia sampai di tempat kerja.

"Na,kalau kamu nikah nanti? Kamu,masih kerjakan". Tanya Fitri, teman kerjanya.

"Masih,Fit. Apa lagi,ada ibuku. Gak enak,minta uang ke suami". Jawab Nana, tersenyum sumringah.

"Alah, ngapain kerja. Toh,kamu punya suami kantoran. Sudah pasti, gajihnya gede". Sahut Linda,juga.

Akan tetapi, Nana tersenyum getir. "Hemmm...gak tahu,lihat saja nanti gimana".

Akhirnya, mereka melanjutkan pekerjaan masing-masing. Semakin siang, semakin ramai suasana restoran.

Nana,melap keringat bercucuran membasahi keningnya. Satu persatu,menu makanan di letakkan di meja makan. Sesuai, pesanan pelanggan. Sebisa mungkin, Nana tersenyum dan membuat pelanggan merasa nyaman atas layanannya.

**************

Malam semakin larut, Nana pulang dari kerja. Sekitar pukul sembilan malam.

[Kamu bayarin, martabak daging yang tempat biasa. Cuman tiga kotak,seharga 35 ribu. maaf,aku pesan duluan. Nungguin kamu, nanti malah kemalaman. Maklum,adikku ingin secepatnya memakan martabak. Maaf, sayangku. Jangan marah,yah]. Reza.

Nana, terkejut membaca pesan dari kekasihnya."Astagfirullah,kenapa sebanyak itu? Apa,dia tidak memikirkan keuangan ku". Gumam Nana, sangat kesal karena kelakuan kekasihnya.

[kenapa, sebanyak itu? Kamukan tahu,uang gajihku berapa Reza? Kamu, tidak memikirkan aku nantinya].

Nana, langsung mengirim pesan kepada Reza. Diaz, tidak habis pikir dengan kekasihnya itu. "Sial, tidak bisa di biarkan ini. Semakin lama, semakin menjadi-jadi". Decaknya lagi.

[Alahh...cuman segitu doang, sesekali Na. Jangan lupa, belikan ibuku tas atau baju yang di mall. Pastikan,kamu beli mall. Ibuku, gak mau memakainya kalau gak beli di situ]. Reza.

Nana, memijat pelipisnya. Entah,apa yang di otak kekasihnya. "lama-kelamaan, aku tidak sanggup seperti ini".

Nana, memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang,tak lupa membayar martabak daging yang di pesan kekasihnya.

"Eee...bang,bayar martabak tadi. Atas nama Nana,". Ucap Nana, tersenyum getir. Bagaimana tidak gugup, biasanya, bapak-bapak yang berjualan. Ini,malah seorang pria bertubuh atlet. Jujur saja, Nana mengagumi sesosok pria tengah berdiri di depannya.memang tampan dan berkulit sawo matang.

Pria itu, tersenyum kecil dan memberikan nota kepada Nana. "ini totalnya,mbak". Suara pria itu, terdengar sangat halus di telinga Nana.

Nana, menggogoh kantong celananya dan memberikan dua lembar uang berwarna merah. "Ini,bang".

"Saya,ambil mbak dan tunggu kembaliannya". Pria,itu langsung berbalik mencari kembalian uang Nana.

Nana,hanya terdiam dan melihat gerak-gerik pria itu. Hingga dia, memberikan uang kembalinya. "ini uang kembaliannya, makasih mbak. Kapan-kapan,datang lagi".

"Iya,bang". Nana,hanya mengangguk dan melangkah pergi ke motornya.

Pria itu, masih menatap kepergian Nana dan hilang di belokan jalan.

Dengan langkah berat, Nana memasuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum,bu".

"Wa'alaikum salam,nak. Bersih-bersih sana,kalau sudah makan. Ibu, sudah memasak untuk mu. Tapi,ibu sudah makan duluan. Habisnya,lapar. Hehehe...". Kekehnya bu Rosma, tersenyum.

"Tidak apa,bu. Aku ke kamar dulu,mau mandi. Gerah...". Nana, memeluk ibunya sebelum pergi. Bu Rosma, sangat beruntung memiliki anak seperti Nana. Yang selalu membantu dirinya, walaupun keadaan lelah

Episodes
Episodes

Updated 84 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!